Sutejo *
Karya Darma, 30 Nov 1994
Berlakunya kurikulum bahasa Indonesia 1994 dalam dunia pendidikan
kita secara teoritis akan menuansakan warna baru dalam pengajarannya. Di
samping alokasi waktu yang lebih besar dibandingkan dengan kurikulum
sebelumnya, juga ditingkatkannya aspek reproduksi sastra yang menekankan
pada kemampuan dan bakat siswa untuk melahirkan karya sastra.
Kalau selama ini sering disinggung oleh banyak pihak bahwasannya
pengajaran sastra telah mengalami kegagalan, maka kita sebagai pengajar
sastra akan merasa ikut bertanggung jawab atas terhapusnya suara sumbang
berkaitan dengan isu pengajaran sastra yang demikian. Sebagaimana
bidang seni yang lain, tentunya aspek reproduksi sastra sebenarnya tidak
berbeda dengan reproduksi seni yang lain. Kalau menggambar bisa
diajarkan kepada siswa yang menekankan pada kemampuan melukis, dan bukan
pengetahuan tentang seni lukisnya, maka pengajaran sastra pun mestinya
juga harus mengarah pada orientasi yang demikian. Dan gejala ke arah
demikian tampaknya sudah ada, yakni dengan berlakunya kurikulum Bahasa
Indonesia (BI) 1994.
Isyarat kurikulum
Kurikulum 1994 Bahasa Indonesia dalam hal pengajaran sastra sudah
mendiktum akan pentingnya pengajaran reproduksi sastra. Hal demikian
tampak pada kelas satu, dua dan tiga, yang tentunya berbeda dengan
kurikulum 1984. Adapun aspek pembelajaran reproduksi sastra seperti yang
diisyaratkan kurikulum 1994 itu dapat dikemukakan sebagai berikut pada
cawu 2 kelas I, siswa dituntut mampu menulis puisi, cerita pendek, atau
drama, dan mempublikasikannya di majalah dinding, majalah sekolah, atau
media massa.
Pada cawu I kelas II, siswa juga dituntut sampai membuat puisi,
cerita pendek atau drama, dan mempublikasikannya. Berikutnya siswa harus
membuat tanggapan terhadap karya sastra. Sedangkan pada cawu 3 kelas
II, aspek reproduksi juga dibelajarkan secara lebih spesifik, yakni (i)
siswa diharapkan mampu menulis karya sastra yang berkaitan dengan
keindahan alam, (ii) mampu menuliskan pengalaman yang paling menarik
dalam bentuk drama, dan (iii) mampu membahas drama yang telah disusun
dan memperbaiki berdasarkan hasil pembahasan.
Pada kelas III cawu 1 siswa juga dibelajarkan untuk mampu menyusun
resensi sebuah novel karya pengarang Indonesia. Untuk program bahasa di
kelas III, siswa dalam hal aspek reproduksi ini juga dituntut untuk (i)
menyusun kritik terhadap karya sastra baik prosa, puisi, drama, dan
film, dan (ii) menyusun esai terhadap karya sastra baik prosa, puisi,
drama dan film.
Isyarat kurikulum BI demikian menuntut pengajar sastra secara
teoritis-logis mampu secara reproduktif menghasilkan karya sastra. Maka,
tak ada jalan lain kecuali membekali diri bagi pengajar sastra dengan
kemampuan reproduksi karya, bukan saja sebagai selama ini terjadi, yang
hanya mengajarkan teori sastra, sejarah sastra, dan sedikit pelatihan
apresiasi.
Problema dan alternatif
Kalau kurikulum 1994 sudah memberikan rambu reproduksi sastra yang
demikian leluasa maka permasalahan yang segera tampak adalah
bagaimanakah pengajar sastra mampu menerjemahkan rambu-rambu itu dalam
aplikasi pengajarannya? Sudahkah pengajar sastra kita mempunyai
kemampuan reproduksi sastra? Tampaknya kita harus membuka diri dan
memasang cermin lebar-lebar untuk mendapatkan bayangan sejujurnya
tentang realitanya.
Pengajar sastra (dalam hal ini guru BI) kalau mau jujur tidaklah
semuanya berkompetensi terhadap sastra. Oleh sebab itu, pengajarannya
tak lebih hanya bercerita tentang teori dan sejarah sastra.
Pengajarannya hanya bercerita tentang sinopsis cerpen, sinopsis novel,
tanpa pengenalan secara langsung terhadap karya sastra secara utuh.
Demikian juga tentang puisi pengajarannya masih sepenggal-penggal, tanpa
melibatkan siswa dalam proses kreatif-rekreatif sehingga tidaklah
memberikan pengalaman batin yang dalam. Sebaliknya, hanya pengulangan
sejarah sastra yang kian hari tambah menjemukan.
Sastra mestinya dapat secara reproduktif aktif dibinakan kepada siswa
didik. Sebagaimana pengajaran seni lukis dan seni tari. Karenanya,
sudah waktunya ada semacam upaya peningkatan mutu kualitas pengajaran
sastra untuk mengembangkan semaksimal mungkin reproduksi sastra sehingga
minimal akan memberikan bekal sastra yang akan sangat berguna dalam
kehidupan siswa didik.
Sebagaimana respon berlakunya kurikulum 1994 maka alternatif pengajaran sastra dapat dikemukakan sebagai berikut: Pertama, pengajar
sastra dipersyaratkan mampu secara aktif terlibat langsung dalam
melahirkan karya sastra (minimal karya fiksi imajinatif). Dengan begitu,
akan dapat mengenali, mengarahkan, dan membimbing siswa didiknya untuk
mereproduksi karya. Bagaimana mungkin kalau pengajar sastra tidak
mempunyai pengalaman langsung, kreatif imajinatif, untuk mengajarkan
kepada anak didiknya, menggelutinya secara langsung. Lembaran-lembaran
budaya dan sastra yang hampir tiap pekan terpublikasikan di berbagai
media massa dapat dimanfaatkan sebagai tempat mengasah dan mempertajam
kemampuan reproduksinya.
Kedua, pengajar sastra hendaknya mampu memanfaatkan
pengakuan “proses kreatif” para penyair kita, yang banyak ditemukan
dalam berbagai wawancara dan dialog di berbagai media massa, atau yang
sudah terkumpulkan dalam tiga buku Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang,
yang dieditori Pamusuk Eneste. Pengalaman proses kreatif para penyair
demikian penting artinya bagi siswa didik untuk menumbuhkan aspek
reproduksi sastranya. Meskipun, pengalaman proses kreatif itu sendiri
sangat khas dan individual sifatnya, namun setidaknya secara umum kita
dapat mengambil mutiara hikmah yang ada pada mereka.
Sebagai contoh: proses kreatif Arswendo Atmowiloto yang pada
awal-awal kepenulisannya diilhami dengan kisah dan keinginan batinnya
untuk mendapatkan seorang gadis idamannya. Kemudian dia gubah sebuah
cerita pendek dan dimuat dalam media massa. Ditunjukkan pada sang gadis,
sayang gadis idamannya tidak percaya kalau itu karya Arswendo. Kemudian
dia menulis lagi, dan menulis lagi. Sayang tulisan berikutnya tidak
dimuat. Sementara, gadis yang diburunya sudah tergaet cowok lain yang
bervespa. Dalam buku Proses Kreatif I, dia menuliskan pengakuan begini: Seandainya saya putus asa ketika itu barangkali saya tidak akan menjadi penulis.
Ketiga, pengajar sastra juga harus mampu menawarkan
buku-buku yang berkaitan langsung dengan kegiatan reproduksi, yakni
buku-buku bimbingan menulis. Buku-buku semisal Mengarang itu Gampang-nya Arswendo Atmowiloto, Menggebrak Dunia Mengarang-nya Eka Budianta (1992), ataupun Yuk, Nulis Cerpen Yuk (1994, cet. ke-2)
dari Muhammad Diponegoro patut kiranya diperkenalkan kepada siswa didik
untuk memberikan bimbingan praktis dalam mengembangkan aspek reproduksi
sastra.
Keempat, pengajar sastra harus mampu memanfaatkan motto para
penyair. Putu Wijaya misalnya menyebutnya mengarang itu berjuang. Budi
Darma menyebutnya dengan mengarang itu berpikir dan berfilsafat, atau
juga Arswendo yang menyebutnya bahwa mengarang itu gampang. Dalam
konteks langkah ini, siswa didik akan diajak mengenal dan menggeluti
proses kreatif mereka dengan teknik “Menggareng dan Mempetruk”. Gareng
biasanya dalam cerita wayang terkenal dengan kemampuan memberikan
motivasi sementara Petruk suka menakut-nakuti. Keadaan demikian,
tentunya akan menawarkan keseimbangan kejiwaan dalam mengembangkan
kemampuan reproduksi sastra pada diri siswa didik.
Kelima, perlunya pelatihan reproduksi siswa sehingga anak
akan memetik langsung hikmah pengembaraan jiwanya untuk memberikan
pengalaman yang baik. Melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan uji coba
kreativitas, dan kegiatan lain yang membimbing kedewasaan reproduksi
untuk mencapai pengembangan potensi kepenulisannya secara maksimal.
Dari alternatif di atas barangkali akan dapat membantu pengajar
sastra dalam menerjemahkan “aspek reproduksi sastra” sebagaimana yang
diisyaratkan dalam kurikulum 1994 di mana hakikatnya siswa didik
dituntut mampu menulis (memproduksi) puisi, cerpen, maupun drama dan
mempublikasikannya.
*) Sutejo atau S. Tedjo Kusumo penulis adalah pengasuh Sanggar Wahana
RKPD Suara Ponorogo dan Staf Pengajar di lingkungan Kopertis Wilayah
VII Surabaya.
Dijumput dari: http://sastra-indonesia.com/2012/11/reproduksi-sastra-dalam-kurikulum-1994/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar