Rabu, 27 Maret 2013

Dari Tamasya Bahasa ke Refleksi Intelektual

Tjahjono Widijanto
Suara Karya, 9 Maret 2013

PENYAIR Sutardji Cazloum Bachri pada sebuah tulisan Catatan Kebudayaan di Majalah Horison berjudul “Rasa Hormat Maksimal Terhadap Puisi” berseloroh bahwa sastrawan dan karya sastranya bisa dikelompokkan sebagai olahragawan, karena olahraga disamping menyehatkan badan juga bisa menghibur dan menyegarkan jiwa.

Sutardji dengan guyon (namun dengan nada serius) juga mengatakan, sebagai sesuatu yang dapat menyegarkan jiwa, puisi (penyair) dapat dikelompok dengan dagelan atau pelawak di samping sebagai tukang kritik dan “kaum pembangkang”. Tentu saja guyonan Tardji tinggalah sebagai guyonan karena pada kenyataannya meski membaca bisa menyegarkan dan menghibur tidak pernah ada orang yang memasukkan sastrawan/penulis dalam kelompok olahragawan karena mungkin biasanya sastrawan, penulis, penyair atau novelis hanya kuat imajinasi dan pikirannya sedangkan ototnya seringkali lebih lembek bila disandingkan dengan seorang atlet.

Guyonan Tardji itu bisa saja membekas dan meninggalkan pertanyaan yang menyoal kembali tentang keberadaan membaca, keberadaan sastrawan (baca: penulis) dan fungsinya. Terlebih lagi bila orang mendengar cerita nyata yang terjadi pada abad akhir abad XIX, saat seorang anggota parlemen Inggris bernama John Ruskin berkata: “Shakespeare bagi Inggris jauh lebih penting dari India. Inggris tanpa India tetap Inggris. Namun Inggris tanpa Shakespeare akan kehilangan citranya!” Apa yang terdapat pada Shakespeare dan apa pula yang dibuatnya sehingga orang Inggris mendudukannya sebagai ikon bangsanya? Mengapa dia telah mendapatkan kehormatan begitu tinggi di mata bangsanya sehingga dianggap mewakili citra Inggris sebagai bangsa yang berkebudayaan tinggi?

Sampai saat ini kita berpandangan bahwa kita hanya bisa hidup di bumi, hanya memiliki satu bumi. Tempat tinggal kita yang juga kita sebut dunia ini dahulu pernah kita bayangkan sebagai suatu hunian yang mahaluas, yang terdiri atas lima benua dan tujuh samudera. Di antara semua itu terbentang jarak tempat dan waktu yang jauh dan panjang.

Itu sebabnya di kisah Marcopolo yang menjelajah dunia di zaman lampau menjadi penting dalam sejarah peradaban manusia. Ketika teknologi transportasi dan komunikasi mengalami perkembangan yang tidak terbayangkan pesatnya, dunia menciut; semua menjadi sangat dekat. Batas-batas politik, sosial, dan ekonomi yang sebelumnya dengan susah-sayah kita usahakan menjadi sama sekali tidak ada artinya. Dalam situasi demikian itulah batas-batas budaya menjadi kabur. Apa yang terjadi di New York dalam waktu yang sama bisa diketahui di Tasikmalaya, Subang, dan Bandung; telepon, radio, televisi, internet praktis menghapuskan jarak.

Harus diakui bahwa capaian budaya digital berikut piranti audio-visualnya telah memberikan beragam keuntungan: lebih efektif, efisien, dan universal. Tidaklah mengherankan jika terdapat kecenderungan bahwa sebagian dari kita begitu bergantung kepadanya. Tidak mustahil apabila budaya alfabetik yang salah satu perwujudannya berupa teks-teks sastra akan dipandang sebagai sesuatu yang anakronistik.

Buku-buku sastra makin jarang dibaca secara individual, dongeng-dongeng pun makin jarang dituturkan oleh para guru atau orang tua pada kesempatan tertentu. Pada masa kini, beragam narasi pemikiran yang bersandar pada pengalaman hidup kemanusiaan tidak lagi disimpan dalam dan dipindahkan melalui cerita, baik yang dituturkan maupun yang dibuku-tuliskan, tetapi disimpan dalam beragam piranti.

Makin merosotnya budaya alfabetik bisa saja dipandang sebagai salah satu bagian dari bencana kemanusiaan. Walaupun anggapan semacam ini terasa berlebihan, dalam kaitannya dengan ketergantungan yang begitu tinggi kepada budaya audio visual, anggapan tersebut cukup beralasan. Kita memahami bahwa piranti audio visual berikut nilai-nilai kultural yang inheren di dalamnya lebih mudah dikendalikan, dimanipulasikan, dan didegradasikan oleh kekuasaan. Ia berbeda dengan kata-kata tertulis, misalnya saja dalam hal kerahasiaanya menyampaikan pesan-pesan dan tanda-tanda keabadian mengenai hati nurani manusia lewat imaji-imaji dan simbol-simbol literer. Bahkan, seringkali pula karya-karya sastra mewujudkan dirinya sebagai benteng terakhir kebebasan, yakni ketika terjadi penelikungan pikiran yang harus tunduk-patuh secara total pada kekuasaan politik. Sementara, di “kerajaan audio-visual,” peluang melakukan perlawanan budaya begitu sempit: kita tidak mungkin melawan nahkoda teknologi kebudayaan yang sekaligus sebagai seorang raja produksi kultural. Langsung atau tak langsung, hal itu bisa saja menimbulkan sejumlah akibat yang tidak diinginkan karena prakarsa dalam aktivitas kultural akan secara mudah diganti dengan sesuatu yang akhirnya menggelincirkan pikiran-pikiran kita menjadi budaknya.

Tidak seperti sastra, produk-produk audio-visual cenderung membatasi imajinasi, memperlemah sensibilitas, dan sering membuat pikiran menjadi dungu dan pasif. Pemikiran semacam ini bukanlah perwujudan alergi pada budaya audio-visual. Juga bukan merupakan sebuah “tangisan romantis” dan pernyataan belasungkawa atas terancamnya eksistensi sastra umumnya di tengah kehidupan yang makin teknologis.

Tentu argumentasi tersebut terlampau sepihak. Karena, dalam kenyataannya kita semua juga memiliki daya tolak terhadap produk-produk budaya audio-visual. Karenanya pula, kita mestinya tidak perlu berpikir bahwa “kekalahan” buku (sastra) oleh piranti-piranti akan benar-benar terjadi. Semuanya berpulang pada sikap kultural kita.

Maju mundurnya kebudayaan tidak pernah buta, dan impersonal. Dalam konteks yang bersifat strategis, sudah sewajarnya kalau ruang dan peluang bagi generasi muda kita untuk tetap menaruh peduli pada karya-karya sastra kreatif, tetap disediakan agar orientasi mereka tidak melulu pada piranti-piranti praktis. Pembelokkan orientasi yang hanya bersandar pada alasan kemajuan iptek, yang secara eksklusif cenderung membuang teks kreatif dan meletakkannya pada peranan sekunder dan subordinat belaka, niscaya penting untuk diluruskan dengan sejumlah alternatif yang dimungkinkan.

Teks-teks sastra itu juga merupakan ujaran-ujaran indah yang membagikan kepada kita, sejumlah “makanan spiritual” yang penting. Bukankah kita memang “dikutuk” untuk menginginkan lebih dari apa yang kita punya? Ia juga merupakan sebuah realitas tempat manusia secara bahagia mengistirahatkan jiwanya yang gelisah. Dalam kabut ambiguitasnya, sastra juga menawarkan efek katarsis. Dalam sastra, pengalaman-pengalaman kemanusiaan kita dirumahkan.

Di bawah peradaban saintifik, kita juga merasakan bagaimana kita telah menjadi gampang pecah dibandingkan dengan nenek moyang kita. Menanamkan kembali sastra, menjadikannya sebagai salah satu narasi dalam pikiran generasi muda kita, dengan demikian, dapat dijadikan salah satu imperatif yang musti ditunaikan dalam kerangka strategi kebudayaan kita.

Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2013/03/dari-tamasya-bahasa-ke-refleksi.html

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi