Tjahjono Widijanto
Suara Karya, 9 Maret 2013
PENYAIR Sutardji Cazloum Bachri pada sebuah tulisan Catatan Kebudayaan di Majalah Horison berjudul “Rasa Hormat Maksimal Terhadap Puisi” berseloroh bahwa sastrawan dan karya sastranya bisa dikelompokkan sebagai olahragawan, karena olahraga disamping menyehatkan badan juga bisa menghibur dan menyegarkan jiwa.
Sutardji dengan guyon (namun dengan nada serius) juga mengatakan, sebagai sesuatu yang dapat menyegarkan jiwa, puisi (penyair) dapat dikelompok dengan dagelan atau pelawak di samping sebagai tukang kritik dan “kaum pembangkang”. Tentu saja guyonan Tardji tinggalah sebagai guyonan karena pada kenyataannya meski membaca bisa menyegarkan dan menghibur tidak pernah ada orang yang memasukkan sastrawan/penulis dalam kelompok olahragawan karena mungkin biasanya sastrawan, penulis, penyair atau novelis hanya kuat imajinasi dan pikirannya sedangkan ototnya seringkali lebih lembek bila disandingkan dengan seorang atlet.
Guyonan Tardji itu bisa saja membekas dan meninggalkan pertanyaan yang menyoal kembali tentang keberadaan membaca, keberadaan sastrawan (baca: penulis) dan fungsinya. Terlebih lagi bila orang mendengar cerita nyata yang terjadi pada abad akhir abad XIX, saat seorang anggota parlemen Inggris bernama John Ruskin berkata: “Shakespeare bagi Inggris jauh lebih penting dari India. Inggris tanpa India tetap Inggris. Namun Inggris tanpa Shakespeare akan kehilangan citranya!” Apa yang terdapat pada Shakespeare dan apa pula yang dibuatnya sehingga orang Inggris mendudukannya sebagai ikon bangsanya? Mengapa dia telah mendapatkan kehormatan begitu tinggi di mata bangsanya sehingga dianggap mewakili citra Inggris sebagai bangsa yang berkebudayaan tinggi?
Sampai saat ini kita berpandangan bahwa kita hanya bisa hidup di bumi, hanya memiliki satu bumi. Tempat tinggal kita yang juga kita sebut dunia ini dahulu pernah kita bayangkan sebagai suatu hunian yang mahaluas, yang terdiri atas lima benua dan tujuh samudera. Di antara semua itu terbentang jarak tempat dan waktu yang jauh dan panjang.
Itu sebabnya di kisah Marcopolo yang menjelajah dunia di zaman lampau menjadi penting dalam sejarah peradaban manusia. Ketika teknologi transportasi dan komunikasi mengalami perkembangan yang tidak terbayangkan pesatnya, dunia menciut; semua menjadi sangat dekat. Batas-batas politik, sosial, dan ekonomi yang sebelumnya dengan susah-sayah kita usahakan menjadi sama sekali tidak ada artinya. Dalam situasi demikian itulah batas-batas budaya menjadi kabur. Apa yang terjadi di New York dalam waktu yang sama bisa diketahui di Tasikmalaya, Subang, dan Bandung; telepon, radio, televisi, internet praktis menghapuskan jarak.
Harus diakui bahwa capaian budaya digital berikut piranti audio-visualnya telah memberikan beragam keuntungan: lebih efektif, efisien, dan universal. Tidaklah mengherankan jika terdapat kecenderungan bahwa sebagian dari kita begitu bergantung kepadanya. Tidak mustahil apabila budaya alfabetik yang salah satu perwujudannya berupa teks-teks sastra akan dipandang sebagai sesuatu yang anakronistik.
Buku-buku sastra makin jarang dibaca secara individual, dongeng-dongeng pun makin jarang dituturkan oleh para guru atau orang tua pada kesempatan tertentu. Pada masa kini, beragam narasi pemikiran yang bersandar pada pengalaman hidup kemanusiaan tidak lagi disimpan dalam dan dipindahkan melalui cerita, baik yang dituturkan maupun yang dibuku-tuliskan, tetapi disimpan dalam beragam piranti.
Makin merosotnya budaya alfabetik bisa saja dipandang sebagai salah satu bagian dari bencana kemanusiaan. Walaupun anggapan semacam ini terasa berlebihan, dalam kaitannya dengan ketergantungan yang begitu tinggi kepada budaya audio visual, anggapan tersebut cukup beralasan. Kita memahami bahwa piranti audio visual berikut nilai-nilai kultural yang inheren di dalamnya lebih mudah dikendalikan, dimanipulasikan, dan didegradasikan oleh kekuasaan. Ia berbeda dengan kata-kata tertulis, misalnya saja dalam hal kerahasiaanya menyampaikan pesan-pesan dan tanda-tanda keabadian mengenai hati nurani manusia lewat imaji-imaji dan simbol-simbol literer. Bahkan, seringkali pula karya-karya sastra mewujudkan dirinya sebagai benteng terakhir kebebasan, yakni ketika terjadi penelikungan pikiran yang harus tunduk-patuh secara total pada kekuasaan politik. Sementara, di “kerajaan audio-visual,” peluang melakukan perlawanan budaya begitu sempit: kita tidak mungkin melawan nahkoda teknologi kebudayaan yang sekaligus sebagai seorang raja produksi kultural. Langsung atau tak langsung, hal itu bisa saja menimbulkan sejumlah akibat yang tidak diinginkan karena prakarsa dalam aktivitas kultural akan secara mudah diganti dengan sesuatu yang akhirnya menggelincirkan pikiran-pikiran kita menjadi budaknya.
Tidak seperti sastra, produk-produk audio-visual cenderung membatasi imajinasi, memperlemah sensibilitas, dan sering membuat pikiran menjadi dungu dan pasif. Pemikiran semacam ini bukanlah perwujudan alergi pada budaya audio-visual. Juga bukan merupakan sebuah “tangisan romantis” dan pernyataan belasungkawa atas terancamnya eksistensi sastra umumnya di tengah kehidupan yang makin teknologis.
Tentu argumentasi tersebut terlampau sepihak. Karena, dalam kenyataannya kita semua juga memiliki daya tolak terhadap produk-produk budaya audio-visual. Karenanya pula, kita mestinya tidak perlu berpikir bahwa “kekalahan” buku (sastra) oleh piranti-piranti akan benar-benar terjadi. Semuanya berpulang pada sikap kultural kita.
Maju mundurnya kebudayaan tidak pernah buta, dan impersonal. Dalam konteks yang bersifat strategis, sudah sewajarnya kalau ruang dan peluang bagi generasi muda kita untuk tetap menaruh peduli pada karya-karya sastra kreatif, tetap disediakan agar orientasi mereka tidak melulu pada piranti-piranti praktis. Pembelokkan orientasi yang hanya bersandar pada alasan kemajuan iptek, yang secara eksklusif cenderung membuang teks kreatif dan meletakkannya pada peranan sekunder dan subordinat belaka, niscaya penting untuk diluruskan dengan sejumlah alternatif yang dimungkinkan.
Teks-teks sastra itu juga merupakan ujaran-ujaran indah yang membagikan kepada kita, sejumlah “makanan spiritual” yang penting. Bukankah kita memang “dikutuk” untuk menginginkan lebih dari apa yang kita punya? Ia juga merupakan sebuah realitas tempat manusia secara bahagia mengistirahatkan jiwanya yang gelisah. Dalam kabut ambiguitasnya, sastra juga menawarkan efek katarsis. Dalam sastra, pengalaman-pengalaman kemanusiaan kita dirumahkan.
Di bawah peradaban saintifik, kita juga merasakan bagaimana kita telah menjadi gampang pecah dibandingkan dengan nenek moyang kita. Menanamkan kembali sastra, menjadikannya sebagai salah satu narasi dalam pikiran generasi muda kita, dengan demikian, dapat dijadikan salah satu imperatif yang musti ditunaikan dalam kerangka strategi kebudayaan kita.
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2013/03/dari-tamasya-bahasa-ke-refleksi.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar