Rabu, 19 Desember 2012

Pemikiran Keagamaan Irshad Mandji

Sartika Dian Nuraini *
http://jejerwadonsolo.wordpress.com

Saya membuka lembaran-lembaran dua buku Irshad Manji, Beriman Tanpa Rasa Takut (The Trouble with Islam Today: A Wake-Up Call for Honesty and Change) dan buku Allah, Liberty and Love: Sebuah Keberanian Mendamaikan Iman dan Kebebasan (Allah, Liberty and Love: the Courage to Reconcile Faith and Freedom). Saya mencoba membuat sketsa pemikiran Irshad Manji, meski kehadiran tubuhnya (yang konon lesbian tapi tak seorang Indonesia pun yang sampai saat ini bisa membuktikan) ditolak berdiskusi dan berdialog dengan umat Islam Indonesia.

Tentu saja saya tidak sepenuhnya setuju dengan pemikiran keagamaan Irshad Manji, tapi setidaknya saya mencoba untuk memahami dia, tidak seperti mereka yang menolak tanpa membaca buku, juga tanpa harus menolak kehadiran tubuhnya. Saya melihat adalah ganjil jika umat Islam menolak kehadirannya sedangkan buku-bukunya masih tetap beredar bahkan barangkali akan terbaca keturunan mereka yang menolak Irshad Manji. Maka adalah perlu untuk memahami pemikiran dan refleksinya tentang Islam.

Pencerahan Eropa

Pemikiran keagamaan Irshad Manji berangkat dari keingintahuan masa kecilnya yang mendalam tapi malah membuat dia mengalami trauma atau, dalam kata-katanya, mengalami “benturan peradaban”. Pada waktu kecil, setelah dia dan keluarganya pindah ke Kanada, Irshad Manji harus memasuki dua sekolah yang berlainan, sekolah sekuler dan sekolah madrasah. Pada sekolah sekuler, keingintahuan Irshad Manji yang terpantul dalam pertanyaan yang dalam umat Islam Indonesia barangkali sudah dianggap final, bisa terpenuhi. Para guru Irshad Manji tetap menjawab atau menyuruhnya mencari sendiri di perpustakaan jika tak mampu. Tak ada doktrin keagamaan yang diyakini tanpa memberinya kesempatan untuk memikirkan.

Tapi, di sekolah madrasah keingintahuan Irshad Manji dibungkam dan dihabisi. “Di kelas-kelas hari Sabtuku, aku didoktrin: Kalau kau orang beriman, kau jangan berpikir. Kalau kau berpikir, maka kau bukan orang yang beriman,” kata Irshad Manji (2008:39). Tak berlebihan jika Irshad Manji (2008: 34) mengatakan, “Aku harus jujur pada kalian semua. Hubunganku dengan Islam kurang begitu menyenangkan. Hidupku bergantung pada fatwa yang dikeluarkan oleh orang-orang yang mengklaim diri sebagai wakil Allah.”

Dalam dua buku Irshad Manji saya melihat bagaimana pengaruh pemikiran pencerahan yang ajukan Immanuel Kant pada 1784. Pemikiran Kantian Irshad Manji tampak sekali dalam proyek intelektualitasnya. Immanuel Kant dalam jawabannya kepada raja Prusia pada 30 September 1784 mengatakan, “Pencerahan adalah kebangkitan manusia dari ketidakdewasaan yang menjatuhkannya. Ketidakdewasaan adalah ketidakmampuan manusia untuk menggunakan pemahaman-pemikirannya tanpa bimbingan dari orang lain.”

Immanuel Kant mengkritisi tradisi (yang merasuki) agama yang membuat manusia berada dalam ketidakdewasaan selamanya, tak berani untuk mengkritisi, menolak, atau membantah nilai-nilai yang diajarkan oleh tradisi yang merasuki agama. Bukan karena manusia tak punya akal, yang membuat manusia terkungkung dogmatisme tradisi-agama, tapi hilangnya keberanian untuk menggunakan akal pikirannya.

Maka, sebagai motto Pencerahan, Kant mengatakan dan menggunakan syair Homer, “Sapere Aude! Beranilah menggunakan akal pikiran sendiri. Dengan semboyan itu, keberanian manusia tak boleh lagi dikeberi dan dikerdilkan oleh dogmatisme tradisi dan agama. Manusia bisa melangkah lebih maju dengan rasionya, tanpa ada bimbingan dari satu otoritas tradisional atau agama.

Tak ada yang mengejutkan tentang hal ini. Dalam tradisi intelektual Islam hal ini sebenarnya tidak ada yang baru. Bahkan kita juga pernah mendengarkan suara yang sama dari Ahmad Wahib dalam buku Pergolakan Pemikiran Islam. Yang perlu diperhatikan, Irshad Manji tampaknya tak begitu mendalami tradisi (pencerahan) pemikiran intelektual Islam dan dari beberapa intelektual mengkritik Irshad Manji.

Budaya tak sakral

Dengan titik berangkat seperti itu, maka bisa diduga apa yang hendak Irshad Manji serang dengan dua bukunya itu terutama Beriman Tanpa Rasa Takut. Irshad Manji melihat bahwa umat Islam, khususnya perempuan, masih terkungkung di bawah bimbingan dogmatisme tradisi dan otoritas keagamaan yang merasuki agama terutama yang berakar dalam kebudayaan Arab.

Menurut Irshad Manji, salah satu kemerosotan dan kemalangan yang diamali umat Islam bersumber dari semua ini. Bahkan Irshad Manji juga menyerang bahasa Arab yang terlalu dipaksakan meski tak memberikan pemahaman keislaman atau keimanan. Maka, terlihat bahwa proyek intelektualitas Irshad Manji adalah membedakan antara budaya dan agama. Di sini tampak sekali sebenarnya pemikiran Irshad Manji masih dalam jalur modernisasi Islam yang baginya belum selesai.
Di sini, suara advokatif Irshad Manji yang sedikit banyak bersifat emosional tampak sekali dalam bukunya yang kedua yang penuh dengan contoh dan bersifat tanya-jawab, Allah, Liberty and Love: Sebuah Keberanian Mendamaikan Iman dan Kebebasan. Yang hendak dilawan oleh Irshad Manji adalah tradisi, bukan agama Islam sendiri. Maka, tradisi itu tidak sacral bahkan harus dilawan jika tak masuk akal rasio manusia.

Sebagai akibatnya, proyek intelektualitas Irshad Manji adalah menganjurkan umat Islam khususnya perempuan untuk berani bersuara, berani merebut hak-haknya, berani untuk menyuarakan kepentingan-kepentingannya yang selama ini dihilangkan, diabaikan, atau dihabisi oleh tradisi. Dengan berani berpikir, maka mereka akan berani menentang dogmatisme tradisi Arab dan sebagainya, dan dengan berani menentang maka mereka akan dewasa dan mereka akan memiliki kebebasan.

Tuhan yang membebaskan

Dalam proyek pembebasan ini, saya melihat bagaimana basis teologis Irshad Manji mengasumsikan atau mengidealkan Allah. Irshad Manji melihat bahwa Allah tidak mengkungkung umat Islam, Allah itu membebaskan. Dalam tafsir ini memang tampak sekali kalau Irshad Manji dimasukkan dalam golongan liberal klasik, bukan sebagai seorang skriptualis yang kritis dengan ilmu keagamaan yang kuat dan mapan. Bahkan sebagian pengecamnya mengatakan dengan sinis bahwa apapun yang mau dilakukan oleh Irshad Manji adalah boleh dan bebas.

Barangkali memang proyek intelektual Irshad Manji bukan pada pengembangan atau pengajuan gagasan baru dalam diskursus Islam. Irshad Manji lebih tergerak untuk menghadapi realitas umat Islam dengan segala persoalan praktisnya. Maka, Irshad Manji lebih tepat untuk dikatakan sebagai seorang aktivis daripada seorang pemikir keagamaan.

Maka, sudah bisa diperkirakan apa yang hendak dia lakukan. Irshad Manji lebih banyak berbicara tentang kebebasan sebagai fondasi kerja aktivisme, dan mengangankan masyarakat multikultural karena realitas umat Islam sendiri adalah sebuah mozaik bukan hanya budaya Arab. Di sini cinta-kasih dan empati menjadi tak terelakkan untuk menghindari perbenturan baik antara umat Islam dengan umat Islam atau dengan golongan lain. Sebagai penutup sketsa kecil ini, saya ingin mengutip Irshad Manji untuk diri saya sendiri dan Anda yang membaca esai ini: “Kita tahu apa yang menimpa masyarakat yang menjalankan keyakinan buta.”

*) Sartika Dian Nuraini, aktivis Jejer Wadon Solo, Mahasiswa American Studies Universitas Sebelas Maret.
Dijumput dari:  http://jejerwadonsolo.wordpress.com/2012/07/14/pemikiran-keagamaan-irshad-mandji/

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi