Minggu, 07 Oktober 2012

Terorisme, Semiotika dan Bahasa Indonesia

Jafar M. Sidik
http://oase.kompas.com/

Percaya tidak, Bahasa Indonesia turut mengeraskan pimikiran radikal yang memicu aksi-aksi teror belakangan ini?

Anda tak wajib menyepakati pernyataan ini. Tetapi sebelum menyimpulkan pernyataan itu spekulatif, tanyalah dulu pada Nasaruddin Umar, Guru Besar Tafsir Alquran pada Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
“Bahasa Indonesia itu miskin,” kata sang profesor pada simposium “Memutus Mata Rantai Terorisme” di Jakarta, 29 Juli 2010. Dan itu, lanjutnya, membuat orang-orang menyimpangkan pengertian dan pesan sebenarnya dari ayat-ayat Alquran.

Nasaruddin mengritik miskinnya kosa kata dalam Bahasa Indonesia sehingga terjemahan Alquran ke dalam bahasa itu sering tidak lengkap sehingga menciptakan lubang-lubang yang dapat dimanipulasi untuk tujuan-tujuan yang melenceng dari pesan sejati Islam.

Banyak kasus menunjukkan lebih dari satu kata pada Bahasa Arab dalam Alquran kerap dipadankan hanya dengan satu kata dalam Bahasa Indonesia, seperti kata “dan”. Padahal, pemakaian dan konteks pengertiannya berbeda, kata Nasaruddin.

Itu belum lagi dengan kian gampangnya orang mengaku berhak menafsirkan “kalimat-kalimat Tuhan” dalam Alquran, padahal menafsirkan kitab suci membutuhkan keluhuran ilmu, kemuliaan hati dan otoritas teologis. Apalagi jika kata-kata itu sarat filosofi dan makna.

Nasaruddin menegaskan betapa kekacauan literal dan malas menelusuri konteks sejarah dan sosial budaya, telah membuat orang-orang yang tidak berhak menafsirkan Alquran, membelokkan pesan-pesan ilahiah sehingga Islam menjadi demikian terlihat keras dan pembenci. Padahal, sama sekali tidak!

Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama ini menyampaikan proposal mencengangkan mengenai kaitan radikalisme dengan semiotika.

Setidaknya ada 12 ayat Alquran yang pengertian diamputasi untuk kepentingan para radikal, kata salah seorang dari 500 tokoh muslim berpengaruh dunia ini.

Para radikal yang sebagian di antaranya adalah ideolog-ideolog teror, memangkas keutuhan pesan Alquran sekehendak hatinya demi justifikasi pemikiran dan aksi ekstrem mereka.

Itu terjadi, demikian Nasaruddin, karena orang-orang tak memahami pesan sesungguhnya dari Alquran, tidak berupaya mengenali konteks dasar keluarnya ayat Tuhan, dan tidak cukup ahli untuk menafsirkan makna bahasa.

Pendekatan semiotik ala Nasaruddin pantas dipakai, karena terorisme dan radikalisme ternyata tak berhenti oleh umpatan, slogan, dan kekerasan atas nama negara.

Bahkan, mantan Kepala Densus 88 Brigjen Pol Muhammad Tito Karnavian mengakui kebutuhan meninggikan dialog dan pertempuran di ranah intelektual melawan terorisme, yang disebutnya sebagai soft power.

Oleh karena itu, mesti ada babak baru yang dimasukkan dalam kampanye antiterorisme dan orang-orang seperti Nasaruddin Umar harus mendapat tempat yang lapang untuk menginvasi pemikiran-pemikiran keras yang memicu tindakan-tindakan ekstrem tersebut.

Menelanjangi

Para pemikir agama tak cukup hanya dengan menyebut Islam anti kekerasan. Mereka harus bisa meyakinkan bahwa pengutipan-pengutipan ayat yang koruptif dan meninggalkan esensi Islam sebagai agama yang menyelamatkan –bukan membinasakan– harus diakhiri.

Cerita mengenai Hamoud al-Hitar berikut mengilustrasikan keberanian seorang ulama dalam meluruskan pemikiran keras para radikal dengan mengunjungi para tervonis teroris di berbagai penjara di Yaman.

“Jika kalian bisa meyakinkanku bahwa pemikiran-pemikiran kalian dibenarkan oleh Alquran, maka aku akan bergabung dalam kalian,” tantang al-Hitar kepada teroris-teroris itu. “Tapi jika aku yang berhasil meyakinkan kalian, maka kalian harus menanggalkan metode keras kalian.”

Dengan metode dialog sepercaya diri itu, al-Hitar berhasil meredakan radikalisme dan kekerasan ekstrem orang-orang Yaman rekrutan Alqaeda. Hasilnya, sejak Desember 2002, serangan teroris di Yaman menyurut, kendati Yaman dinilai banyak orang akan menjadi ibukota teror.

“364 pemuda (tersangka teroris) dibebaskan dari penjara setelah melewati proses dialog, dan tak seorang pun dari mereka keluar Yaman untuk berperang lagi di medan (jihad) manapun,” kata al-Hitar.

Kita bisa mencoba metode al-Hitar, setidaknya untuk mengetahui setinggi apa kepercayaan diri agamawan kita menghadapi pemikiran pelaku teror.

Al-Hitar tak berbicara di ruang-ruang teduh untuk mengatakan kekerasan kaum ultraradikal itu salah, namun mendatangi langsung para pelaku teror untuk mengadu bukti bahwa Alquran tak pernah menitahkan umatnya menyerang orang tak berdosa.

Akademisi Islam, Walled al-Ansary, lain lagi. Dia menelanjangi pesan fatwani Osama bin Laden yang disebutnya menyimpang dari Islam.

“Osama mengatakan membunuh orang Amerika dan sekutunya, baik sipil maupun militer, itu wajib,” kata Walleed. Tapi, syariat Islam tak pernah mengenal kata `militer` dan `sipil.`

“Islam hanya mengenal kombatan (muqatala) dan nonkombatan (ghoiro muqatala). Dan nonkombatan adalah termasuk wanita, anak-anak, pendeta, orangtua, dan sejenisnya,” kata Walleed.

Maka itu, sebut al-Waleed, Osama telah melanggar hukum Islam mengenai perang.

“Irjaf”

Mufti Mesir (Ketua MUI-nya Mesir), Syeikh Ali Goma, bahkan menawarkan perspektif yang jauh lebih maju.

Ulama terkemuka dunia ini menawarkan asosiasi baru untuk “teroris” dengan mencopot label “jihad” pada aksi terorisme Alqaeda dan afiliasinya, termasuk di Indonesia, dengan kata “Irjaf”.

“Irjafiyyun` adalah terjemahan paling tepat untuk `teroris`, yaitu mereka yang menyebabkan keguncangan,” kata Ali Goma.

Dari perspektif linguistik, lanjut Ali Goma, “irjaf” berarti pengecut, penipu, dan pengkhianat karena menyerang dari belakang.

“Irjaf hanya berani menyerang yang tak berdosa. Tak ada mulianya tindakan itu, dan sangat negatif. `Irjaf` jelas berbeda dari perang,” kata ulama besar ini.

Ali Goma memesankan bahan ajar penting, bahwa pemikiran-pemikiran keras seharusnya tak dilawan oleh senjata dan retorika, namun dengan menelisik akar dan makna bahasa.

Itu juga adalah pesan bahwa agamawan harus mengambil peran lebih luas pada episode-episode deradikalisasi generasi muda Islam berikutnya.

Hal penting lainnya adalah mendekati dan bukan balik membenci, merangkul dan bukan mengasingkan, memilah dan bukan membuat generalisasi, adalah cara bijak memadamkan radikalisme dan menutup katup terorisme.

Ini karena, meminjam Ketua Yayasan Prasasti Perdamaian Noor Huda Ismail yang berada satu podium dengan Nasaruddin Umar pada simposium 29 Juli tersebut, para aktivis jihad itu berkelas-kelas.

“Ada jihad putih, jihad hitam, dan jihad abu-abu,” kata Noor Huda.

Kelompok putih yang adalah ideolog dan orang-orang inti gerakan teror hampir tak mungkin dibelokkan, sebaliknya “si hitam” dan “si abu-abu” yang keyakinan spiritualnya tak sekukuh si putih, masih bisa diluruskan.

Biarlah “si putih” menjadi urusan hukum, tapi “si hitam” dan “abu-abu” yang merupakan mayoritas pelaku teror di lapangan, mesti bisa didekati untuk meninggalkan kekerasan, seperti al-Hitar melakukannya di Yaman.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi