Minggu, 07 Oktober 2012

Ekapisme Dalam Politik Sastra

Happy Ied Mubarak
Radar Banjarmasin, 26 Agu 201

Banjarbaru semakin digadang-gadang menjadi kota kebudayaan dan kesustraan. Saya percaya benar bahwa meski publik sastra Banjarbaru mungkin tidak lebih baik daripada di kota dan kabupaten lain di Kalimantan selatan tetapi setidaknya kota ini punya inisiatif dan dukungan infrastruktur yang relatif lebih siap dibanding kota dan kabupaten lainnya, meski harus saya akui saya tidak banyak mengetahui dinamika kesusastraan di kota-kota yang dimaksud.
Ada berbagai konsep yang telah, sedang, dan akan siap-siap untuk digagas untuk ditampilkan di panggung bundar Mingguraya setiap bulannya. Dari yang konvensional, sekadar baca puisi, duet, bermonolog dll hingga ekspresi sastra kontemporer sampai ke beyond innovation seperti tarung puisi. Yang terakhir ini konon murni kreasi dari maestro kita, Ali Syamsudin Arsy (ASA). Kalau di TPI ada tarung dangdut, kenapa di Mingguraya tidak boleh ada tarung puisi? Di luar dari pro kontra tentang hukum-hukum estetikanya, tarung puisi mungkin akan menjadi salah satu master piece ASA, selain gumam tentu saja.

Alhamdulillah, saya yang tidak memiliki wawasan tentang puisi kecuali keterlenaan tak putus-putus akan keindahan universalnya yang bernama sastra, sempat satu kali membacakan puisi milik pak Hamami Adaby. Waktu itu, Hudan Nur – si Pipit kecil itu – menembak dari belakang pentas. Sebelumnya ia juga membidik sahabat saya yang terkasih –Sandi Firly – untuk “membacakan sesuatu, apa saja.” Redaktur sastra Media Kalimantan dan novelis pilihan ubud writers itu menyesal kemudian, “Seandainya tahu, saya bacakan kepada mereka bab awal dari novel The Kite runner-nya Hosseini.” Kini Sandi tumun. Dia katanya bersiap untuk membacakan puisi pada pentas panggung bundar ke depannya. Dengan semangat Ied Mubarak ini, dia jelas mulai berniat merintis karir menjadi penyair. Amin ya Robbal Alamien…

Yang terbaru, tanggal 24 nanti panggung Mingguraya akan meminjam tema dari isu yang actual tentang Rohingya. Dalam dunia yang multipolar hal ini menarik karena persilangan garisnya terlalu bias. Tetapi bukankah justru karena itu dia menarik? Sesuatu yang sedang terjadi jauh melintasi batas geografi, suku, ras, budaya, sedang dilawan oleh sesuaatu lainnya (yang romantis) di sebuah tempat yang terpisah ribuan kilometer. Oleh puisi pula. Ilmu rekayasa sejarah dan politik internasional jelas mengalami kegagapan intelektual membaca fenomena ini.

Saya percaya apapun bentuknya pembacaan puisi itu nantinya menjadi semacam doa atas tregadi kemanusiaan. Nurani para seniman, penyair, sastrawan, yang sangat peka, tidak akan membiarkan kekejaman terjadi kepada sesama manusia. Mungkin akan ada tarung puisi untuk mengartikulasikan perjuangan imanen di hati masing-masing. Betapa kita semua ini jika diijinkan sangat gatal untuk bertarung melawan pemerintahan otoriter di Myanmar untuk membela saudara-saudara kita.

Di saat Banjarbaru telah melangkah jauh dengan ide-idenya tentang tarung dangdut dan -mungkin saja- sastra perlawanan lewat panggung-panggungnya yang dinamis, riuh dan revolusioner, nun jauh di ibu kota sastra sedang bergelut dengan permasalahan yang sungguh serius. ASKS Banjarmasin tahun ini berlangsung dengan kabar tak mengenakan. Saya membaca beberapa artikel dan juga maklumat. Dan menanyakan hal ini kepada beberapa teman. Rata-rata mereka mengatakan lebih baik tidak berkomentar apapun. Saya tidak tahu kenapa harus begitu. Salah seorang Begawan sastra yang saya temui juga menghindar untuk menuliskan isu ini karena flaming dan “terlalu rawan.”

Saya tidak tahu kenapa bisa rawan. Karena informasi yang saya baca sangat gamblang. Dan dituliskan dengan sangat sadar. Ada pihak yang mengundurkan diri karena sesuatu dan lain hal. Itu bukanlah hal baru. Dan “ sangat wajar” terjadi bagi dunia kesustraan kita yang belum bisa mendapatkan identitas dari miskinnya modal kultural pemerintah untuk menjadikan sastra sebagai misalnya, satu aspek penting dari pembangunan daerah. Apa yang berlangsung selama ini hanyalah edisi dari ketidakberdayaan dan lemahnya bargaining sastra dan sastrawan untuk mengambil tempat di tribun lapangan rekayasa sejarah yang disana dimainkan politik, kekuasaan, kepentingan dan uang. Para sastrawan hanyalah supporter haram yang sewaktu-waktu bisa dikeluarkan dan dipentungi kapan saja oleh kebijakan-kebijakan atas nama birokrasi dan keamanan resmi pertandingan.

Ironisnya, kubu-kubu antar supporter tak hanya membuat sastra semakin tidak diuntungkan posisinya, tetapi juga membuat segalanya makin kabur dan tidak terjelaskan. Tidak jelas yang mana lapangannya yang sedang main siapa, supporter mana duduk di tribun apa, yang mana stadion untuk para pemain cadangannya yang tidak mengerti apa-apa dan sebagainya.

Mungkin itu hanya semacam dialektika. Sekadar kompromi. Bahwa romantisitas sastra tidak selalu harus dihidupi dengan idealisme serupa. Di sisi lain, kelemahan tidak bisa dicanggih-canggihkan dengan gagasan patriotis tentang “penyelamatan sastra atau ASKS.” Bahwa “lebih baik sedikit daripada kada ada.” Mereka yang telah telanjur mengirim naskah untuk lomba dan naskahnya telah ketlingsut tanpa tahu kemana mereka bisa menuntut hanya bisa merutuk. Sementara kepanitian transisi pemungutak karcis tak menyisakan seusap tenggang rasa sedikitpun kepada mereka untuk masuk dalam stadion. Di saat kita sedang menerapkan sejenis belas kasihan kultural kepada saudara-saudara kita yang jauh di negeri Rohingya, kenapa kita tidak mengimplementasikannya melalui perlawanan yang jelas dan lebih berharga diri di tanah kita sendiri?

Ketika menyadari jawabannya, saya makin sedih : Justru karena kita tidak bisa mengambil peran sentral untuk membebaskan sastra kita sendiri dari ketergantungan modal lalu akhirnya lebih baik menolehkan wajah ke negeri-negeri yang jauh dengan tema-tema yang abstrak?

Dijumput dari: http://www.radarbanjarmasin.co.id/index.php/berita/detail/Budaya%20dan%20Sastra/34023

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi