(Membahas Buku Mengenal Sastra dan Sastrawan NTT)
Theo Uheng Koban Uer *
Flores Pos (Ende) 7 Juli 2012
Seorang seniman, dalam hal ini, seorang sastrawan, berkreasi untuk memperlihatkan hidup dalam artinya yang semesta dan kekal. Mereka membukakan nilai-nilai dalam keragamannya yang tidak terhitung. Mereka menimbulkan ngeri dengan yang mengerikan dan membikin orang bersorak dengan yang menggirangkan. Mereka membanjiri perasaan-perasaan yang mendesak dari kenyataan-kenyataan, mengayakan pandangan hidup orang, mempengaruhi dalam keyakinan dan sikap susila seseorang.
Nilai-nilai kehidupan yang disajikannya bertujuan untuk dinikmati, bermanfaat untuk perkembangan hidup, mengkritik kekuasaan dan penguasa yang otoriter, mendorong keseimbangan batin dan kemandirian, menata etika dan etis pergaulan, menegakkan persatuan dan keadilan serta persaudaraan, dan sebagainya dalam koridor Ketuhanan yang Maha Esa sebagai kebenaran yang mutlak.
Seorang pengarang adalah anggota masyarakat yang berpijak pada buminya yang nyata, namun melalui kreativitas dan imajinasinya, dia menciptakan suatu kenyataan baru sebagai hasil imajinasinya. Dan dari aspek sosiologis, seorang sastrawan sebagai anggota masyarakat perlu membangun suatu dunia sosial yang bermanfaat bagi anggota kolektivitasnya.
Sebagai anggota komunitas dia harus berupaya untuk secara tetap mendialogkan kehidupan dengan anggota komunitasnya. Dengan demikian, seorang sastrawan, sebagai subjek kreator harus berada pada kondisi transendental sehingga muatan intelektualitas dan emosionalitasnya mempresentasikan kondisi lingkungan kolektivitasnya.
Melacak Sastrawan NTT
Upaya melacak sastra dan sastrawan NTT (Nusa Tenggara Timur) yang dilakukan Yohanes Sehandi dalam buku Mengenal Sastra dan Sastrawan NTT (yang diterbitkan Penerbit Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2012, 130 halaman) ini memang belum berbuah banyak, apalagi ada banyak hambatan yang tidak disebutkan dalam buku ini. Namun demikian, si pelacak sastra dan sastrawan NTT ini sudah mempunyai disposisi batin untuk menerima segala kemungkinan yang bakal terjadi. Hanya ada satu tekad penulis buku ini: “Kalau bukan sekarang, kapan lagi!”
Apabila kita menelusuri sejarah kesusastraan, baik kesusastraan di dunia Barat maupun kesusastraan nasional Indonesia, telah terbukti bahwa suatu masyarakat itu akan berkembang maju apabila masyarakat tersebut mempunyai minat, penghayatan, dan pengamalan nilai-nilai yang terkandung dalam bahasa dan kesusastraannya.
Kekhasan sastra Indonesia modern berkembang bersamaan dengan perkembangan bahasa dan sastra Indonesia. Nasionalisme bertumbuh dan berkembang sejalan dengan berkembangnya sastra Indonesia mulai dengan Angkatan Pujangga Baru dan ditingkatkan melalui Angkatan 45 dengan tokoh kunci Chairil Anwar yang memperkenalkan bahasa Indonesia ke dunia Barat, kemudian dilanjutkan oleh angkatan-angkatan sesudahnya.
Menurut hemat saya, mungkin penulis buku ini, Yohanes Sehandi, dosen pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), Universitas Flores, memiliki intuisi seperti itu. Kondisi wilayah NTT mungkin akan berubah dan berkembang dari “Nasib Tidak Tentu” (NTT) akan munuju ke kondisi yang lebih pasti atau lebih baik, apabila para peminat bahasa dan sastra lebih meningkatkan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai yang disajikan dalam setiap karya sastra oleh para pengarangnya atau sastrawannya sendiri, dalam hal ini sastrawan NTT.
Jika demikan, maka akan muncul beberapa masalah, antara lain, bagaimanakah masyarakat NTT memanfaatkan nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra NTT tersebut. Apakah para pembaca dan peminat karya sastra NTT sungguh merespon nilai-nilai yang terkandung dalam karya sastra NTT tersebut. Wadah manakah yang bisa digunakan untuk memanfaatkan hasil karya sastra NTT tersebut. Dan mungkin masih banyak lagi masalah yang perlu didiskusikan bersama melalui buku Mengenal Sastra dan Sastrawan NTT karya Yohanes Sehandi ini.
Inilah Sastrawan-Sastrawan NTT
Penulis buku ini menyodorkan 22 nama sastrawan NTT dengan hasil karya sastranya. Diurutkan berdasarkan umur atau usia setiap sastrawan. Sesungguhnya ada 64 yang telah didata pada ahkir Januari 2012. Masih ada 42 orang lagi yang belum bisa diperkenalkan secara lengkap, tetapi nama-nama mereka sudah tercantum dalam buku ini (halaman 71).
H. B. Jassin seorang visioner kesusasteraan Indonesia, mungkin sebelum menulis berbagai buku kritik sastra dan esai sastra Indonesia, bekerja seperti penulis buku ini lakukan. Dalam bukunya Kesusastraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei (Jilid 1), mengawali tulisannya dengan topik “Bahasa Indonesia dalam Perkembangannya” mengamanatkan bahwa bahasa Indonesia bertambah kaya, baik di bidang kebahasaan maupun kesusasteraan dengan masuknya bahasa dan sastra daerah. Dan sekarang sedang digalakkan upaya meliterasikan sastra lisan ke dalam bahasa Indonesia di seluruh wilayah Nusantara.
Memang, selama berkarya H.B. Jassin banyak dikritik, bahkan diejek atau dicemoohkan. Tetapi tokoh yang satu ini tahan bantingan. Malah sebaliknya, beliau mendapat julukan terhormat, Paus Sastra Indonesia. Banyak pihak mendukung perilakunya termasuk karya-karya tulisnya. Buku-bukunya Kesusasteraan Indonesia Modern dalam Kritik dan Esei (bahkan sampai 4 Jilid), Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45, Angkatan 66, dan masih banyak lagi yang lain, sungguh diminati oleh para pembaca dan peminat sastra Indonesia, baik dalam negeri maupun di luar negeri, khususnya di Belanda.
Sekali lagi saya mengatakan bahwa mungkin Yohanes Sehandi, penulis buku ini, terinspirasi oleh perilaku H.B. Jassin atau secara intuitif terdorong oleh semangat H.B. Jassin tersebut, lalu dengan berani dan gamblang menyodorkan “Inilah Sastrawan-Sastrawan NTT.” Meskipun pribadi-pribadi tersebut tidak atau belum bersedia menyandang predikat sastrawan. Tujuann utamanya adalah agar para sastrawan NTT dan karya-karyanya dikenal dan dicintai oleh masyarakat NTT sendiri. Masalah yang muncul adalah apakah gagasan ini dapat menggugah para pembaca dan peminat sastra kita di NTT?
Gerson Poyk dan Dami N. Toda
Penulis buku ini ingin menunjukkan kepada para pembaca dan peminat sastra bahwa sastrawan NTT itu bisa disejajarkan dengan sastrawan serta budayawan Nasional Indonesia. Untuk itu ada dua tokoh besar dalam sastra yang diperkenalkan dalam buku ini, yakni Gerson Poyk sebagai perintis sastra NTT dan Dami N. Toda sebagai kritikus sastra.
Dengan mencermati biografi (riwayat hidup) dan data karya-karya sastranya, sudah sepantasnya kalau Gerson Poyk menyandang predikat “Perintis Sastra NTT.” Karena dialah seorang sastrawan yang secara intelektual dan emosional mempresentasikan kondisi lingkungan NTT kepada dunia luar bahwa inilah kondisi lingkungan anggota kolektivitasnya, mewakili kolektivitas NTT.
Beliau memperkenalkan NTT melalui novel-novel dan cerpen-cerpennya, seperti Cumbuan Sabana (1979), Puber Kedua di Sebuah Teluk (1985), Tarian Ombak (2009), Enu Molas di Lembah Lingko (2009), Keliling Indonesia dari Era Bung Karno sampai SBY (2011), dan sebagainya. Menurut penulis buku ini, beberapa karya Gerson Poyk sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman, Rusia, Belanda, Jepang, dan Turki. Ini berarti karya beliau bisa dijadikan promosi pariwisata NTT. Menjadi pertanyaan berikutnya adalah dapatkah generasi penerus berikutnya bisa berbuat lebih dari Gerson Poyk?
Berikut tentang Dami N. Toda sebagai kritikus sastra. Dari berbagai opini, beliau layak disebut sebagai kritikus sastra. Hanya sayangnya predikat ini belum tercantum dalam jajaran kritikus sastra nasional, seperti H. B. Jassin, W.S. Rendra, Ajip Rosidi, dan sebagainya. Sesungguhnya sebagai budayawan yang diakui dunia internasional, Dami N. Toda adalah seorang kritikus yang mendasarkan pandangannya pada psikoanalisis Jung karena mengulas novel-novel Iwan Simatupang, seperti Merahnya Merah (1968), Ziarah (1969), Kering (1972), dan Koong (1975).
Novel-novel Iwan Simatupang ini agak sulit dicerna oleh pembaca yang tidak memahami psikoanalisis. Demikian pula beliau dapat menganalisis puisi-puisi nyentrik dari Sutardji Calzoum Bachri yang aneh-aneh bentuknya, namun bernas isinya, sebab mendialogkan kehidupan yang nyata hidup dan universal. Dengan membaca hasil telaahannya dapatlah dikatakan bahwa beliau seorang kritikus sastra. Pertanyaan berikutnya lagi adalah apakah akan muncul Dami N. Toda yang baru lagi di daerah ini?
Catatan Refleksi
Yohanes Sehandi, penulis buku ini, sudah membuka cakrawala bagi para pembaca dan peminat sastra dalam wilayah Provinsi NTT. Inilah suatu tantangan yang perlu dihadapi, baik oleh para sastrawan maupun oleh para pembaca, peminat sastra, dan masyarakat luas di NTT sebagai penikmat sastra. Untuk itu baiklah kita menyimak pesan atau himbauan sekaligus catatan refleksi kritikus sastra Indonesia, H.B. Jassin dalam bukunya Tifa Penyair dan Daerahnya (1977 : 4-5).
Pertama, menjadi sastrawan itu tidak mudah, sebab sebagai pemikir, penyair, dan pengarang itu, bertindak “memaksa” orang meninjau lebih mendalam hakikat segala. Mereka memiliki bakat dan karakter yang memungkinkan mereka melihat dengan kepolosan seorang anak kecil yang masih hidup dalam dunia yang serba ajaib. Di belakang alam yang nampak dan penjelmaan-penjelmaannya, di belakang hidup dan kejadian sehari-sehari, mereka melihat kerajaan Tuhan, yakni Kerjaaan Kasih yang terbentang teratur.
Inilah sebabnya maka hasil seni yang baik, tahan hidup di segala zaman, karena kecakapan seniman merasakan, memilih, dan membentuk inti atau saripati yang berlaku bagi segala zaman. Kekuasaan penyair ialah bahwa ia bisa menangkap dalam perkataan dan memberi bentuk apa yang cuma dirasakan samar-samar dan tidak jelas bentuk serta rupanya bagi orang biasa.
Kedua, sebaliknya peminat sastra yang juga adalah seniman walaupun seniman pasif, sudah sepantasnyalah dengan usaha yang sungguh untuk mengerti apa yang disajikan oleh seniman atau sastrawan. Mereka harus memiliki kesediaan untuk melatih diri. Untuk menikmati karya sastra perlu ada kasih sayang dan cinta serta studi yang mendalam terhadap hasil karya. Sebab untuk mengerti sastra, orang harus mengerti bahasa dan kemungkinan-kemungkinan pengungkapannya.
*) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
FKIP, Universitas Flores
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar