Tulus Wijanarko, Olivia Kristina Sinaga, Syaiful Amin, Faidil Akbar
http://majalah.tempointeraktif.com/
SUATU hari pada tahun 2000. Di sebuah warung Internet di Depok, Gratiagusti Chananya Rompas duduk mencangkung di depan komputer. Tangannya memencet-mencet papan tombol, mengisi kolom-kolom pada tampil-an Yahoogroups. Anya, begitu ia biasa dipanggil, be-lum lama kenal Internet. Tetapi ia tahu, di ranah maya ini bisa terbentuk ruang diskusi. Ia memilih Bunga Matahari sebagai nama milis.
Selama beberapa waktu, milis itu hanya beranggotakan dua orang. Anya dan temannya, Danar Pramesti. Keduanya adalah mahasiswa Universitas Indonesia penyuka puisi. Bunga Matahari semula mere-ka bangun sebagai ajang rendezvous pertukaran puisi antar-mereka. “Sebelum di milis, kami tuker-tukeran puisi kalau ketemu di kampus,” kata Anya.
Kini, enam tahun kemudian, Danar sudah bekerja di bidang periklanan. Dan Anya baru saja kelar kuliah S2-nya di Universitas Stirling, Skotlandia. Ke-dua sahabat itu tak berubah, tetap menulis puisi. Tetapi- yang tak sama lagi adalah milis Bunga Matahari (Buma). Jumlah anggotanya kini sekitar 600 orang. Belum lama ini Buma meluncurkan kumpulan puisi pertama mereka, Antologi Bunga Matahari.
Jangan cari penyair bernama dalam buku itu. Tak ada Sutardji Calzoum Bachri, Sapardi Djoko Damono, Joko Pinurbo, atau Acep Zamzam Nor. Para penulis Buma tak pernah dikenal di dunia sastra tanah air. Kebanyakan bahkan menggunakan nickname-Pepsi-_golda, Sihirhujan, Skeptical_jo, Yohihup, Stormix_jungle, Bercaspa, Redi@nfield, plus sederet nama ajaib lainnya. Datang dari manakah “makhluk-makhluk” itu? Pada halaman identitas penulis, terungkap bahwa kebanyakan mereka adalah kalang-an profesional: perancang grafis, periklanan, perbankan, staf manajemen artis, konsultan arsitektur, otomotif, aktivis LSM, ada juga pemain band.
l l l
PUISI dan sastra tiba-tiba menjadi akrab. Di ranah- Internet, sastra menjadi membumi. “Saya pertama kali belajar menulis puisi di Buma. Makin sering nulis, makin ingin terus belajar,” kata Festi Noverini, seorang peserta milis yang bekerja di kantor manajemen artis. Seno Gumira Ajidarma dalam pengantar buku itu menyebut gejala ini sebagai keberhasilan sosialisasi sastra. “Prestasi sosialisasi sastra tercapai- ketika kesan sastra (sebagai sesuatu) yang kurang gaul dihancurkan. Sastra menjadi sesuatu yang sehari-hari saja,” katanya.
Kata kuncinya adalah komunitas. Selain berinteraksi di milis, Buma juga memiliki Kebun Kata-acara bulanan pembacaan puisi yang digelar di kafe-kafe. Selain Buma, ada pula milis sastra lainnya seperti Penyair, Bumi-manusia, Puisi Kita, Gedong Puisi, Musyawarah Burung, Apresiasi Sastra, Cerpen Indonesia, Sastra Pembebasan, dan sebagainya.
Perjalanan milis Penyair cukup unik. Semula milis- ini “dimiliki” dan dimoderatori Nanang Surya-di, seorang penyuka puisi dari Malang. Belakangan, milis ini dikelola oleh Yayasan Multimedia Sastra (YMS), lembaga yang didirikan sesama aktivis milis.
Soal peralihan “kepemilikan” ini, ada ceritanya. Awalnya ada posting dari seorang anggota milis yang minta dukungan dana agar bisa berangkat ke Amerika Serikat. Ia baru saja menang dalam sebuah kompetisi penulisan puisi- di sana. Tapi duit cekak. Perserta milis lainnya trenyuh.
Maka, bertemu daratlah beberapa anggota yang sebelumnya tak saling kenal. “Akhirnya kita sepakat membentuk suatu badan yang bisa mengayomi bakat-bakat muda seperti ini,” kata Medy Loekito, mantan Presiden YMS. Lembaga inilah yang kemudi-an me-ngelola milis Penyair, situs Cybersastra.net, dan menggelar berbagai kegiatan sastra. Dari sini komunitas terbentuk.
Mei 2001, komunitas ini meluncurkan antologi puisi pertama mereka, Graffiti Gratitude: Sebuah Antologi Puisi Cyber. Pada saat itu ikut pula diperkenalkan situs Cybersastra.net kepada khalayak. Sejumlah kalangan menyebut momentum ini sebagai semacam “proklamasi” sastra cyber.
Tahun-tahun berikutnya, YMS kembali menerbitkan antologi dari beberapa genre sastra. Misalnya: Cyber-Graffiti (kumpulan esai), Graffiti- Imaji (antologi cerpen-pendek), Les Cyberlettres (puisi), dan Cyberpuitika (lihat, Hutan Kata dari Internet).
Seperti Buma, anggota komunitas milis Penyair da-tang dari pelbagai kalangan. “Saya kira lebih dari 60 persen anggotanya dari kalangan profesional,” ka-ta Yono Wardito, Presiden YMS yang menggantikan- Me-dy Loekito. Yono adalah eksekutif di bidang teknologi informasi di Balikpapan. Hingga pertengahan Fe-bruari, anggota milis Penyair sekitar 2.600 orang.
Milis lainnya adalah Apresiasi Sastra (Apsas). Dijaga oleh sembilan moderator, secara rutin mereka menggelar pembahasan karya-karya anggotanya secara online. Tidak hanya itu, Apsas juga menggelar berbagai workshop yang berkaitan dengan dunia kata-kata.
l l l
TAK semua orang bisa menghargai komunitas sastra Internet ini-meski harus diakui kualitas pu-isi atau prosa mereka banyak yang biasa-biasa saja. Sutardji Calzoum Bachri mengkritik keras mutu sastra- cyber pada peluncuran Graffiti-Gratitude tahun 2001. Penulis Ahmadun Y. Herfanda di sebuah koran Ibu Kota mengibaratkan sastra cyber sebagai tong sampah. Resistansi masih berlanjut ketika Antologi Puisi Digital diluncurkan pada 2002. Beberapa penyair di Yogyakarta dan Bandung memandang skeptis. Tapi ini tak menciutkan nyali penggiat sastra cyber. “Puisi adalah milik semua orang,” kata Anya. “Ini milis asyik-asyik saja, kok. Yang penting teman-teman merasa pede menulis puisi.”
Menurut penulis Linda Christanty, pada dasarnya setiap orang ingin menulis puisi. “Lalu setelah itu se-lalu ada keinginan untuk berbagi,” kata pengarang- kumpulan cerpen Kuda Terbang Mario Pinto ini. Linda bersama Eka Kurniawan adalah pendiri mi-lis Bumi Manusia (lihat, Sejumlah Oasis Sastra Vir-tu-al-)-.
Sejatinya, milis sastra dipergunakan untuk mewadahi hasrat penulis yang karyanya tak lolos terbit di media cetak. Selain itu, menurut Saut Situmorang, penulis Yogyakarta, sastra ini menjadi “perlawanan” terhadap media cetak yang kerap menjadi “pembaptis” para penulis. Mereka yang karyanya pernah muncul di koranlah yang berhak menyebut diri penyair atau penulis. Jika lahan koran hanya bisa memuat lima dari 1.000 puisi yang masuk, “Tidak berarti 995 puisi lainnya itu sampah, kan?” kata Medy Loekito.
Tumbuhnya komunitas sastra ini disambut gembira Jamal D. Rahman, seorang pekerja harian di Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Menurut dia, komunitas yang menyandarkan kegiatannya di dunia maya itu membuka kemungkin-an bagi sosialisasi sastra lebih jauh. Berbagai milis sastra dan situs sastra baginya adalah medan di mana orang-orang bisa saling berekspresi melalui sastra. “Karya sastra yang dulu terasing menjadi kebutuhan sehari-hari masyarakat kita,” katanya.
l l l
BICARA sosialisasi sastra, sebuah cerita datang dari Desa Ciloang, Serang, Banten. Di lahan seluas 1.000 meter, di kompleks Hegar Alam, ada sebuah komunitas yang menjadikan kesusastraan aktivitas sehari-hari. Inilah Rumah Dunia, yang dirikan pasang-an suami-istri Heri Hendrayana Harris (Gola Gong) dan Tias Tatanka.
Rumah Dunia, yang didirikan pada 1990-an, mela-tih anak-anak desa menulis. “Mere-ka dilatih menulis puisi dan jurnalistik,” ujar Gola Gong. Selain itu-, ada pula latihan teater dan seni rupa. Semua gratis.
Untuk menggerakkan aktivitas itu, Gong dibantu sahabat-sahabatnya, antara lain Toto St. Radik, Firman Venayaksa, Qizink La Aziva, Ade, Piter Tamba, Indra Kesumah, Ibnu Adam Avicena, dan Deden. Ha-silnya, lumayan. Dalam tiga tahun terakhir, beberapa buku kumpulan puisi dan cerpen pernah diterbitkan Rumah Dunia. “Mereka jadi lebih percaya diri,” kata Gola Gong.
Gagasan mendirikan Rumah Dunia berawal ketika Gola Gong kuliah di Universitas Padjadjaran, Ban-dung, 1982. Idenya terkesan muluk: mereka ingin terlibat dalam per-ubahan masyarakat. “Saya bukan yang- paling berkemampuan secara finansial, tapi sa-ya terdorong untuk memulai.”
Maka, dengan modal perpustakaan milik ayahnya. Harris Sumantapura, seorang pensiunan guru, dimulailah langkah itu. Tekad itu disokong oleh Tias Tantaka. Rumah Dunia kini menjadi semacam padepok-an bagi mereka yang ingin menggeluti sastra dan kesenian. Mereka datang dari berbagai kalangan. Termasuk guru-guru setempat yang ingin meluaskan wawasan dalam bidang tulis-menulis, seni rupa, dan teater.
Rumah Dunia terus bergerak. Sebuah perhelatan yang diberi tajuk Ode Kampung, Temu Sastrawan se-Kampung Nusantara, awal Februari lalu, menjadi arena mengasah kemampuan menulis dan bersastra-. Ada diskusi, ada pula pembacaan puisi dan pentas kesenian. Pelbagai penulis diundang, di antaranya Gus tf. Sakai (Payakumbuh), Isbedy Stiawan Z.S. (Lampung), Saut Situmorang (Yogya-karta), Acep Zamzam Noor (Tasikmalaya), dan Ahmadun Y. Herfanda (Jakarta). Selain itu, datang pula 12 mahasiswa dari Universitas Sriwijaya.
Hujan sesekali mengguyur arena acara. Tetapi itu tak mampu membendung keakraban yang tumbuh di antara seniman dan masyarakat sekitar. Tidak ada jarak. Semua merasa “Ode Kampung” adalah wujud keprihatinan bersama: jalan-an yang rusak, harga gabah yang ren-dah, lampu penerangan jalan yang byar-pret, dan budaya mem-baca yang sangat kurang. Dari Bu-nga Matahari hingga Rumah Dunia. Sastra menyusup dari kafe gemerlap hingga kampung-kampung.
06 Maret 2006
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar