Ketika Puisi Masih Dipercaya
Dorothea Rosa Herliany
http://www2.kompas.com/
PENGARANG Jerman, Wolfgang Borchert, pada Oktober 1947, pernah menulis manifesto antiperangnya yang terkenal, “Maka, hanya ada satu pilihan. Katakan Tidak!” (dann giht es nur eins! “sag nein!”). Kemudian hari-hari berlalu dan suatu hari aku datang di negeri itu. Aku habiskan waktu dengan menyusuri jalan-jalan di Berlin. Sampai Tembok Berlin itu juga: bilakah dulu jadi lambang kebebasan manusia? Betapa kini sudah tak tampak lagi jejak-jejak perjuangan manusia melawan tirani politik dan kekuasaan itu. Tapi, bisa jadi inilah wujud kebebasan itu, Berlin yang bebas, yang dipenuhi lalu-lalang para turis dan deretan toko-toko suvenir di sepanjang jalannya.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Sabtu, 31 Maret 2012
Diam sebagai Puncak Perlawanan
Tjahjono Widarmanto
http://www.suarakarya-online.com/
“Kita telah melawan,
Nak, Nyo, sebaik-baiknya,
sehormat-hormatnya”
Perempuan itu bernama Nyai Ontosoroh ia telah melakukan perlawanan hampir sepanjang hidupnya. Perlawanan melawan nasib dantakdirnya. Dengan penuh kesadaran mencoba mengubah nasibnya melawan berbagai kemungkinan. Saat nasib mengantarkannya menjadi gundik Mellema, seorang amtenar Belanda ia hanya pasrah menerima takdirnya.
http://www.suarakarya-online.com/
“Kita telah melawan,
Nak, Nyo, sebaik-baiknya,
sehormat-hormatnya”
Perempuan itu bernama Nyai Ontosoroh ia telah melakukan perlawanan hampir sepanjang hidupnya. Perlawanan melawan nasib dantakdirnya. Dengan penuh kesadaran mencoba mengubah nasibnya melawan berbagai kemungkinan. Saat nasib mengantarkannya menjadi gundik Mellema, seorang amtenar Belanda ia hanya pasrah menerima takdirnya.
Membincang Puisi Protes
Jusuf AN
http://sastra-indonesia.com/
Dua hal yang penting untuk dikaitkan ketika kita membincang puisi, yakni penyair dan lingkungan yang melingkupinya. Sebuah puisi tentu saja tidak lahir dari ruang hampa, melainkan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal si penyair. Selain kondisi sosial budaya saat menciptakannya, perasaan dan ideologi penyair juga mempengaruhi sebuah puisi yang lahir. Puisi merupakan alat yang digunakan penyair untuk menyuarakan apa yang dilihat dan dirasakannya. Ketika bencana merajalela di mana-mana maka puisi berusaha merekamnya. Ketika kezaliman penguasa membabi buta, maka puisi lahir untuk menggugatnya. Ketika kebebasan berpendapat dibungkam penyair tetap dapat berteriak lewat puisi-puisinya.
http://sastra-indonesia.com/
Dua hal yang penting untuk dikaitkan ketika kita membincang puisi, yakni penyair dan lingkungan yang melingkupinya. Sebuah puisi tentu saja tidak lahir dari ruang hampa, melainkan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal si penyair. Selain kondisi sosial budaya saat menciptakannya, perasaan dan ideologi penyair juga mempengaruhi sebuah puisi yang lahir. Puisi merupakan alat yang digunakan penyair untuk menyuarakan apa yang dilihat dan dirasakannya. Ketika bencana merajalela di mana-mana maka puisi berusaha merekamnya. Ketika kezaliman penguasa membabi buta, maka puisi lahir untuk menggugatnya. Ketika kebebasan berpendapat dibungkam penyair tetap dapat berteriak lewat puisi-puisinya.
Sabtu, 24 Maret 2012
Birokrasi!
Bandung Mawardi
Koran Tempo, 23 Okt 2011
Sejarah Indonesia adalah sejarah tuan dan hamba (patron-client ). Kita bakal menelisik ini dari proses modernisasi awal di Nusantara, agenda transformasi sosial-politik-ekonomi, ketamakan kolonial, dan utopia kemodernan kaum pribumi. Perkebunan, pabrik gula, birokratisasi, percetakan, pendidikan, dan transportasi menjadi prolog modernisasi pada abad XIX. Perubahan-perubahan ini lekas melahirkan dikotomi politik, ekonomi, sosial, dan kultural. Sejarah pun bergerak dalam dikotomi telak: tuan dan hamba.
Koran Tempo, 23 Okt 2011
Sejarah Indonesia adalah sejarah tuan dan hamba (patron-client ). Kita bakal menelisik ini dari proses modernisasi awal di Nusantara, agenda transformasi sosial-politik-ekonomi, ketamakan kolonial, dan utopia kemodernan kaum pribumi. Perkebunan, pabrik gula, birokratisasi, percetakan, pendidikan, dan transportasi menjadi prolog modernisasi pada abad XIX. Perubahan-perubahan ini lekas melahirkan dikotomi politik, ekonomi, sosial, dan kultural. Sejarah pun bergerak dalam dikotomi telak: tuan dan hamba.
Rabu, 21 Maret 2012
Sumpah Bersejarah
Asarpin
http://sastra-indonesia.com/
Bahasa Indonesia bermula dari proyek kebangsaan. Ini setidaknya bisa dilihat sejak Sumpah Pemuda 1928, di mana harapan untuk menjadikan bahasa sebagai proyek nasionalisme di kalangan kaum pergerakan mencapai puncaknya dengan membacakan ikrar bersama tentang pentingnya memiliki satu bangsa, satu nusa dan satu bahasa.
http://sastra-indonesia.com/
Bahasa Indonesia bermula dari proyek kebangsaan. Ini setidaknya bisa dilihat sejak Sumpah Pemuda 1928, di mana harapan untuk menjadikan bahasa sebagai proyek nasionalisme di kalangan kaum pergerakan mencapai puncaknya dengan membacakan ikrar bersama tentang pentingnya memiliki satu bangsa, satu nusa dan satu bahasa.
Sajak Kritik Sosial di Tengah ‘Tarung Penyair’
Ahmadun Yosi Herfanda*
Republika, 14 Sep 2008
stafku, stafku
ada yang bekerja setengah hati
ada yang bekerja semaunya sendiri
ada yang tak suka apel pagi
ada yang pagi-pagi sudah di kedai kopi
ada yang takut diminta mewakili
Republika, 14 Sep 2008
stafku, stafku
ada yang bekerja setengah hati
ada yang bekerja semaunya sendiri
ada yang tak suka apel pagi
ada yang pagi-pagi sudah di kedai kopi
ada yang takut diminta mewakili
Tadarus Sastra Para Penyair
Ribut Wijoto
http://www.beritajatim.com/
Lebih dari seratus sastrawan dan masyarakat berkumpul di pendopo Taman Budaya Jawa Timur, Genteng Kali, Surabaya, Senin (22/8/2011) malam. Menikmati sajian musik dan baca puisi.
Ada lebih dari 18 penyair bergiliran membacakan puisi. Mayoritas penyair muda. Ada penyair Dian Nita Kurnia, Saiful Anam, Dheny Jatmiko, Ahmad Fatoni, Gita Pratama, Deny Tri Aryanti, dan lain-lain. Para penyair senior pun turut meramaikan. Semisal Aming Aminudin, Saiful Hadjar, Tjahjono Widarmanto, dan lainnya.
http://www.beritajatim.com/
Lebih dari seratus sastrawan dan masyarakat berkumpul di pendopo Taman Budaya Jawa Timur, Genteng Kali, Surabaya, Senin (22/8/2011) malam. Menikmati sajian musik dan baca puisi.
Ada lebih dari 18 penyair bergiliran membacakan puisi. Mayoritas penyair muda. Ada penyair Dian Nita Kurnia, Saiful Anam, Dheny Jatmiko, Ahmad Fatoni, Gita Pratama, Deny Tri Aryanti, dan lain-lain. Para penyair senior pun turut meramaikan. Semisal Aming Aminudin, Saiful Hadjar, Tjahjono Widarmanto, dan lainnya.
[Perempuan] Inggit Putria Marga
Frans Ekodhanto
Koran Jakarta, 14 Agu 2011
PEREMPUAN ini lebih memilih puisi karena sangat misterius. Menurut dia, puisi mengundang banyak persepsi, tafsir, lebih menantang, dan lebih menuntut kompleksitas.
Di kamar hotel 317 yang terletak di salah satu jantung Kota Palembang, beberapa waktu lalu, Inggit berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang proses kreatifnya. Dari bibirnya yang basah, terucap rangkaian cerita pada masa kecil hingga menjadi penyair papan atas.
Koran Jakarta, 14 Agu 2011
PEREMPUAN ini lebih memilih puisi karena sangat misterius. Menurut dia, puisi mengundang banyak persepsi, tafsir, lebih menantang, dan lebih menuntut kompleksitas.
Di kamar hotel 317 yang terletak di salah satu jantung Kota Palembang, beberapa waktu lalu, Inggit berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang proses kreatifnya. Dari bibirnya yang basah, terucap rangkaian cerita pada masa kecil hingga menjadi penyair papan atas.
Diskusi Sastra Satellite Event Ubud Writers & Readers Festival 2011
Febby Fortinella Rusmoyo
http://www.kompasiana.com/febbyfortinellarusmoyo
Diskusi Sastra Satellite Event Ubud Writers and Readers Festival 2011 kembali diselenggarakan di Pekanbaru, kali ini ini mengupas tema “Sastra Multikultural”. Acara ini diselenggarakan pada tanggal 13 Oktober 2011, di Galeri Ibrahim Sattah, Kompleks Bandar Serai Pekanbaru. Hadir sebagai pembicara adalah dua orang penyair yang berasal dari negara yang berbeda, yaitu Sean M. Whelan dari Australia, dan Budy Utamy dari Indonesia, tepatnya dari Riau, dengan pembawa acara Refila Yusra (Komunitas Paragraf Pekanbaru) dan sebagai moderator sekaligus interpreter yaitu Febby Fortinella Rusmoyo (Komunitas Paragraf Pekanbaru).
http://www.kompasiana.com/febbyfortinellarusmoyo
Diskusi Sastra Satellite Event Ubud Writers and Readers Festival 2011 kembali diselenggarakan di Pekanbaru, kali ini ini mengupas tema “Sastra Multikultural”. Acara ini diselenggarakan pada tanggal 13 Oktober 2011, di Galeri Ibrahim Sattah, Kompleks Bandar Serai Pekanbaru. Hadir sebagai pembicara adalah dua orang penyair yang berasal dari negara yang berbeda, yaitu Sean M. Whelan dari Australia, dan Budy Utamy dari Indonesia, tepatnya dari Riau, dengan pembawa acara Refila Yusra (Komunitas Paragraf Pekanbaru) dan sebagai moderator sekaligus interpreter yaitu Febby Fortinella Rusmoyo (Komunitas Paragraf Pekanbaru).
JILFest 2011 Mengangkat Citra Sastra Indonesia Di Dunia Internasional
E. Syahputra
http://www.sumbawanews.com/
“Syair ini kupersembahkan untukmu/tatkala malam memekat langkah sang lautan/Cinta telah bertarung kembali dengan jaraknya/engkau nian terlukis di saat ombak.” Bunyi salah satu bait dari puisi cinta Leonowens SP yang berjudul “Ivory” saat dibacakan pada pembukaan The 2nd Jakarta International Literary Festival (JILFest) 2011 di Gedung Kesenian Jakarta (7/12).
http://www.sumbawanews.com/
“Syair ini kupersembahkan untukmu/tatkala malam memekat langkah sang lautan/Cinta telah bertarung kembali dengan jaraknya/engkau nian terlukis di saat ombak.” Bunyi salah satu bait dari puisi cinta Leonowens SP yang berjudul “Ivory” saat dibacakan pada pembukaan The 2nd Jakarta International Literary Festival (JILFest) 2011 di Gedung Kesenian Jakarta (7/12).
Selasa, 20 Maret 2012
Sastrawan Jawa Timur: Peta Kebangkitan Jaman
Sabrank Suparno
http://sastra-indonesia.com/
Jawa Timur yang luasnya sekitar157.922 kilo meter persegi, dengan jumlah penduduk 36.294.280 merupakan wilayah fenomenik. Berbagai kajian keilmuan tak pernah sepi mengangkat Jawa Timur sebagai topik utama.
Dari sudut sastra, para esais sastra sedang gencar mengupas perihal tarik-ulur eksistensi kesusastraan yang pada akhirnya menguatkan titik fokus jati diri Jawa Timur sebagai wilayah kesusastraan tersendiri di Indonesia, wilayah yang tak lagi menjadikan Jakarta dan Melayu sebagai pusat imperium kesusasteraan.
http://sastra-indonesia.com/
Jawa Timur yang luasnya sekitar157.922 kilo meter persegi, dengan jumlah penduduk 36.294.280 merupakan wilayah fenomenik. Berbagai kajian keilmuan tak pernah sepi mengangkat Jawa Timur sebagai topik utama.
Dari sudut sastra, para esais sastra sedang gencar mengupas perihal tarik-ulur eksistensi kesusastraan yang pada akhirnya menguatkan titik fokus jati diri Jawa Timur sebagai wilayah kesusastraan tersendiri di Indonesia, wilayah yang tak lagi menjadikan Jakarta dan Melayu sebagai pusat imperium kesusasteraan.
Sastra Pesantren dan Kosmopolitanisme Islam
Syarif Hidayat Santoso
Kompas Jawa Timur, 2005
Terdapat problem dalam merumuskan apa yang dimaksud dengan sastra pesantren. Disatu sisi, sastra pesantren dimaknai sebagai alur keislaman profetik dalam bersastra ria pada masa Arab klasik, sementara ada pula yang memberi limitasi sastra pesantren hanyalah karya yang dihasilkan para santri (Kompas Jatim, 6/9/2005). Tapi, kedua tataran ini jelas menunjukkan bahwa sastra pesantren merupakan kesusasteraan yang diikat dalam nuansa Arab-Islam plus penambahan area dari lingkungan pesantren atau minimal bagi kalangan yang dekat dengan pesantren.
Kompas Jawa Timur, 2005
Terdapat problem dalam merumuskan apa yang dimaksud dengan sastra pesantren. Disatu sisi, sastra pesantren dimaknai sebagai alur keislaman profetik dalam bersastra ria pada masa Arab klasik, sementara ada pula yang memberi limitasi sastra pesantren hanyalah karya yang dihasilkan para santri (Kompas Jatim, 6/9/2005). Tapi, kedua tataran ini jelas menunjukkan bahwa sastra pesantren merupakan kesusasteraan yang diikat dalam nuansa Arab-Islam plus penambahan area dari lingkungan pesantren atau minimal bagi kalangan yang dekat dengan pesantren.
Suara Kemanusiaan Penyair Iran dan Dunia
http://indonesian.irib.ir/
2011 Oktober 01
Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad dalam pembukaan seminar para penyair Iran dan dunia mengatakan, “Dewasa ini, pesan kemanusiaan para penyair yang mengusik arogansi negara-negara adidaya global adalah sebuah perjuangan besar.” Ahmadinejad menegaskan, bahasa adalah manifestasi akal dan psikis dan spirit. Namun, puncaknya membuncah dalam bahasa yang dikemukakan dengan perasaan dan kecintaan. Bahasa cinta berbeda dengan bahasa para filosof.
2011 Oktober 01
Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad dalam pembukaan seminar para penyair Iran dan dunia mengatakan, “Dewasa ini, pesan kemanusiaan para penyair yang mengusik arogansi negara-negara adidaya global adalah sebuah perjuangan besar.” Ahmadinejad menegaskan, bahasa adalah manifestasi akal dan psikis dan spirit. Namun, puncaknya membuncah dalam bahasa yang dikemukakan dengan perasaan dan kecintaan. Bahasa cinta berbeda dengan bahasa para filosof.
Pergulatan Sastra Pesantren; Sebuah Harapan
M. Arwan Hamidi*
http://ind.lakpesdam-ponorogo.org/
Prof. Drewes, sarjana bahasa Jawa, Melayu dan Arab dari Leiden, dalam bukunya Javanese Poems Dealing wuth, or Atributed to the Stain of Bonang (1968), pernah mengkritik sangat tajam ahli antropologi dari Amerika, Clifrord Geertz mengenai pengamatannya tentang Islam di Jawa: “kalau kita membaca pengamatan Geertz mengenai Islam di Jawa, maka kita akan mendapat kesan seolah bangsa Jawa adalah bangsa yang buta huruf. Karya sastra Islam sama sekali tidak disebut: tidak satu kitab kuningpun yang disebut dan juga karya sastra Islam dalam bahasa Jawa dibaitkan secara total….” (Karel A. Steenbrink, 1988).
http://ind.lakpesdam-ponorogo.org/
Prof. Drewes, sarjana bahasa Jawa, Melayu dan Arab dari Leiden, dalam bukunya Javanese Poems Dealing wuth, or Atributed to the Stain of Bonang (1968), pernah mengkritik sangat tajam ahli antropologi dari Amerika, Clifrord Geertz mengenai pengamatannya tentang Islam di Jawa: “kalau kita membaca pengamatan Geertz mengenai Islam di Jawa, maka kita akan mendapat kesan seolah bangsa Jawa adalah bangsa yang buta huruf. Karya sastra Islam sama sekali tidak disebut: tidak satu kitab kuningpun yang disebut dan juga karya sastra Islam dalam bahasa Jawa dibaitkan secara total….” (Karel A. Steenbrink, 1988).
Bayang Negeri Tropis
Yusri Fajar *)
http://nasional.kompas.com/
Akhirnya aku tiba di negeri kelahiran Shakespeare, sastrawan ternama Inggris yang dikagumi banyak orang. Pilot mengumumkan beberapa saat lagi pesawat akan mendarat. Hari masih pagi namun bandara Internasional Heathrow London sudah ramai oleh penumpang yang datang dan pergi. Aku datang ke sini untuk menghadiri pentas puisi sekaligus menemui Carina di kota Leeds. Dari London aku akan melanjutkan perjalanan dengan bus ke Leeds. Carina pasti sudah menunggu kedatanganku.
http://nasional.kompas.com/
Akhirnya aku tiba di negeri kelahiran Shakespeare, sastrawan ternama Inggris yang dikagumi banyak orang. Pilot mengumumkan beberapa saat lagi pesawat akan mendarat. Hari masih pagi namun bandara Internasional Heathrow London sudah ramai oleh penumpang yang datang dan pergi. Aku datang ke sini untuk menghadiri pentas puisi sekaligus menemui Carina di kota Leeds. Dari London aku akan melanjutkan perjalanan dengan bus ke Leeds. Carina pasti sudah menunggu kedatanganku.
Dicari: Rektor Bervisi Budaya
Udo Z. Karzi
Lampung Post, 3 Agu 2011
UTOPIA! Ya, begitulah saya memberanikan diri menulis tentang kemustahilan. Tapi, betapa pun sia-sianya melontarkan ide ini—sebagaimana ketika saya coba uji tanya gagasan ini kepada rekan-rekan—artikel ini tetap harus ditulis. Walaupun hasilnya cuma munggak-medoh alias ngalor-ngidul. Hahaa. Setidaknya untuk memberitahu pihak Universitas Lampung (Unila) bahwa ada yang terasa janggal ketika Unila menggagas universitas kelas dunia.
Lampung Post, 3 Agu 2011
UTOPIA! Ya, begitulah saya memberanikan diri menulis tentang kemustahilan. Tapi, betapa pun sia-sianya melontarkan ide ini—sebagaimana ketika saya coba uji tanya gagasan ini kepada rekan-rekan—artikel ini tetap harus ditulis. Walaupun hasilnya cuma munggak-medoh alias ngalor-ngidul. Hahaa. Setidaknya untuk memberitahu pihak Universitas Lampung (Unila) bahwa ada yang terasa janggal ketika Unila menggagas universitas kelas dunia.
Sastra China: Bangkit dari Mati Suri
Lan Fang, Anung Wendyartaka
Kompas, 2 Juni 2008
DUA minggu lalu, tepatnya tanggal 13 Mei, adalah peringatan 10 tahun reformasi. Imbas positif dari gerakan reformasi yang mengorbankan nyawa beberapa mahasiswa Trisakti, Jakarta, ini bagi masyarakat di Indonesia adalah dibukanya keran-keran kebebasan berekspresi bagi seluruh elemen masyarakat yang selama ini sempat dibungkam oleh pemerintahan Orde Baru.
Kompas, 2 Juni 2008
DUA minggu lalu, tepatnya tanggal 13 Mei, adalah peringatan 10 tahun reformasi. Imbas positif dari gerakan reformasi yang mengorbankan nyawa beberapa mahasiswa Trisakti, Jakarta, ini bagi masyarakat di Indonesia adalah dibukanya keran-keran kebebasan berekspresi bagi seluruh elemen masyarakat yang selama ini sempat dibungkam oleh pemerintahan Orde Baru.
Penyair pun Berpesta
Adhitia Armitrianto
http://www.suaramerdeka.com/
DOROTHEA Rosa Herliany (Magelang), Sosiawan Leak (Solo), dan Martin Jankowski (Berlin, Jerman), Jumat (21/7) malam, telah menghibur ratusan penonton di auditorium Univesitas Muria Kudus (UMK).
Namun duet Leak dan Martin saat membacakan puisi “Vorortzug Jakarta-Bogor (Kereta Api Jakarta-Bogor)” agak terganggu. Sebab, Leak mendapati halaman kosong dalam buku yang dibacanya.
http://www.suaramerdeka.com/
DOROTHEA Rosa Herliany (Magelang), Sosiawan Leak (Solo), dan Martin Jankowski (Berlin, Jerman), Jumat (21/7) malam, telah menghibur ratusan penonton di auditorium Univesitas Muria Kudus (UMK).
Namun duet Leak dan Martin saat membacakan puisi “Vorortzug Jakarta-Bogor (Kereta Api Jakarta-Bogor)” agak terganggu. Sebab, Leak mendapati halaman kosong dalam buku yang dibacanya.
Dari Korea hingga “ayam” Riau
Fazar Muhardi
http://m.antarariau.com/
Pembukaan acara pertemuan penyair Korea-ASEAN atau Korean-ASEAN “Poets Literature Festival” (KAPLF) ke II di Pekanbaru, Provinsi Riau, Selasa malam, diwarnai paduan penyair dengan ragam bahasa, dari Korea hingga bahasa “ayam” khasnya orang Riau.
Diawal pembukaan, dengan kental sang penyair kawakan asal Korea, Ko Hyeong Ryeol, menguntai kata-kata “mutiara” yang membuat ratusan hadirin dari berbagai negara mulai dari Thailand, Malaysia, Vietnam, Birma, Filipina dan Singapura terpukau dengan sendu.
http://m.antarariau.com/
Pembukaan acara pertemuan penyair Korea-ASEAN atau Korean-ASEAN “Poets Literature Festival” (KAPLF) ke II di Pekanbaru, Provinsi Riau, Selasa malam, diwarnai paduan penyair dengan ragam bahasa, dari Korea hingga bahasa “ayam” khasnya orang Riau.
Diawal pembukaan, dengan kental sang penyair kawakan asal Korea, Ko Hyeong Ryeol, menguntai kata-kata “mutiara” yang membuat ratusan hadirin dari berbagai negara mulai dari Thailand, Malaysia, Vietnam, Birma, Filipina dan Singapura terpukau dengan sendu.
Al-Makmun, Khalifah Pengembang Sains
Hepi Andi Bastoni
http://www.republika.co.id/
Abdullah Al-Makmun bin Harun Ar-Rasyid (813-833 M) mulai memerintah Bani Abbasiyah pada 198-218 H/813-833 M. Ia adalah khalifah ketujuh Bani Abbasiyah yang melanjutkan kepemimpinan saudaranya, Al-Amin.
Untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan saat itu, Khalifah Al-Makmun memperluas Baitul Hikmah (Darul Hikmah) yang didirikan ayahnya, Harun Ar-Rasyid, sebagai Akademi Ilmu Pengetahuan pertama di dunia. Baitul Hikmah diperluas menjadi lembaga perguruan tinggi, perpustakaan, dan tempat penelitian. Lembaga ini memiliki ribuan buku ilmu pengetahuan.
http://www.republika.co.id/
Abdullah Al-Makmun bin Harun Ar-Rasyid (813-833 M) mulai memerintah Bani Abbasiyah pada 198-218 H/813-833 M. Ia adalah khalifah ketujuh Bani Abbasiyah yang melanjutkan kepemimpinan saudaranya, Al-Amin.
Untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan saat itu, Khalifah Al-Makmun memperluas Baitul Hikmah (Darul Hikmah) yang didirikan ayahnya, Harun Ar-Rasyid, sebagai Akademi Ilmu Pengetahuan pertama di dunia. Baitul Hikmah diperluas menjadi lembaga perguruan tinggi, perpustakaan, dan tempat penelitian. Lembaga ini memiliki ribuan buku ilmu pengetahuan.
Selasa, 13 Maret 2012
Skizofrenia, Kegilaan, dan Modernitas: Perihal Prosa Iwan Simatupang
Asarpin *
http://sastra-indonesia.com/
Novel pelacur mesti diuji keampuahannya
dari suatu keadaan tepi-tepi terakhir
tepi yang menari-nari di remang kejauhan
Tepi, daerah terakhir sebelum ketamatan
–IWAN SIMATUPANG
http://sastra-indonesia.com/
Novel pelacur mesti diuji keampuahannya
dari suatu keadaan tepi-tepi terakhir
tepi yang menari-nari di remang kejauhan
Tepi, daerah terakhir sebelum ketamatan
–IWAN SIMATUPANG
Merintis Estetika Baru Sastra Indonesia
Tulus Wijanarko
http://www.tempointeraktif.com/
kapal memang terlambat ditambat
tapi masih kusaksikan segaris pelangi berlari-lari
lalu berhenti menjadi lengkung di bibirmu
lalu sebentang kampung halaman terkenang
dalam rumah kian mengecil
………………….
http://www.tempointeraktif.com/
kapal memang terlambat ditambat
tapi masih kusaksikan segaris pelangi berlari-lari
lalu berhenti menjadi lengkung di bibirmu
lalu sebentang kampung halaman terkenang
dalam rumah kian mengecil
………………….
Penerjemah Sastra
Herie Purwanto
http://www.suaramerdeka.com/
MUNGKIN sudah saatnya dibentuk lembaga penerjemah sastra. Ya, gagasan awal yang dilontarkan Sapadi Djoko Damono itu perlu ditindaklanjuti.
Mengapa? Dalam Jurnal Nasional (edisi 004/Februari 2007), Sapadi menyatakan prihatin karena banyak karya sastra Indonesia tak kalah bagus dari negara lain, khususnya Spanyol, Italia, Rusia, dan Swedia yang acap mendapat Nobel sastra. Pemerintah berbagai negara itu punya kemauan politik dan sangat peduli terhadap eksistensi sastra.
http://www.suaramerdeka.com/
MUNGKIN sudah saatnya dibentuk lembaga penerjemah sastra. Ya, gagasan awal yang dilontarkan Sapadi Djoko Damono itu perlu ditindaklanjuti.
Mengapa? Dalam Jurnal Nasional (edisi 004/Februari 2007), Sapadi menyatakan prihatin karena banyak karya sastra Indonesia tak kalah bagus dari negara lain, khususnya Spanyol, Italia, Rusia, dan Swedia yang acap mendapat Nobel sastra. Pemerintah berbagai negara itu punya kemauan politik dan sangat peduli terhadap eksistensi sastra.
Sastra Islam versus Penyempitan Ilmu Islam
http://gusdurian.net/
Majalah Horison, 7/1984
Wawancara Abdurrahman Wahid, sang kiai dari Ciganjur, dengan Hardi, wartawan Majalah Horison. Tulisan ini masih sangat relevan bagi kita, untuk mengkaji gugus pemikiran Gus Dur. Terutama dalam hal dialektika antara Islam sebagai sebuah agama, dengan Islam sebagai sebuah hasil kebudaayaan. Dengan membaca ini, –meski dalam pandangan saya materi wawancara lebih bisa diperdalam,– setidaknya ada pintu masuk bagi kita untuk mempelajari setiap perca pemikiran sang cucu Hadlratusy-Syaikh Hasyim Asy’arie tersebut. (Saiful Amien Sholihin)
Majalah Horison, 7/1984
Wawancara Abdurrahman Wahid, sang kiai dari Ciganjur, dengan Hardi, wartawan Majalah Horison. Tulisan ini masih sangat relevan bagi kita, untuk mengkaji gugus pemikiran Gus Dur. Terutama dalam hal dialektika antara Islam sebagai sebuah agama, dengan Islam sebagai sebuah hasil kebudaayaan. Dengan membaca ini, –meski dalam pandangan saya materi wawancara lebih bisa diperdalam,– setidaknya ada pintu masuk bagi kita untuk mempelajari setiap perca pemikiran sang cucu Hadlratusy-Syaikh Hasyim Asy’arie tersebut. (Saiful Amien Sholihin)
Leila Chudori Tampil di Festival Sastra Belanda
Ging Ginanjar
http://www.tempo.co/
Den Haag - Dinginnya udara tak menghalangi orang berduyun-duyun mendatangi festival sastra internasional Winternachten di Theatre aan het Spui, Den Haag, Belanda. Festival yang berlangsung empat hari, 19-22 Januari 2011, ini diisi beragam acara mulai dari pertunjukan film, musik, pembacaan puisi, hingga diskusi.
http://www.tempo.co/
Den Haag - Dinginnya udara tak menghalangi orang berduyun-duyun mendatangi festival sastra internasional Winternachten di Theatre aan het Spui, Den Haag, Belanda. Festival yang berlangsung empat hari, 19-22 Januari 2011, ini diisi beragam acara mulai dari pertunjukan film, musik, pembacaan puisi, hingga diskusi.
Melankoli Sebentar Sembari Minum Kopi
Akhiriyati Sundari
http://sastra-indonesia.com/
Entahlah..
Perkenankan saya buka kalimat saya dengan kata bermakna ketidaktahuan itu. Dalam batin saya hanya ingin sekadar menulis.
Jogja mendadak garang saat ini. Lepas beberapa jam di belakang, hujan yang sebentar. Lebih tepatnya gerimis yang merintik-rintik. Nuansa melankolik [melankolis? melankoli?] bermunculan di seputar tempat saya duduk.
http://sastra-indonesia.com/
Entahlah..
Perkenankan saya buka kalimat saya dengan kata bermakna ketidaktahuan itu. Dalam batin saya hanya ingin sekadar menulis.
Jogja mendadak garang saat ini. Lepas beberapa jam di belakang, hujan yang sebentar. Lebih tepatnya gerimis yang merintik-rintik. Nuansa melankolik [melankolis? melankoli?] bermunculan di seputar tempat saya duduk.
Para Pewaris Ronggeng Gunung
Pandu Radea
http://www.kabar-priangan.com/
Bulan pucat pasi, bergetar di atas riak gelombang. Angin laut menderu-deru mengiris malam. Waktupun terasa berdetak lambat seolah ingin menegaskan harapan yang tersirat pada wajah wanita yang benama Pejoh.
Dialah yang menjadi pemeran utama malam ini. Tokoh kunci yang akan mentasbihkan sekelompok peronggeng muda yang akan menjadi pewaris kesenian khas Ciamis di masa yang akan datang. Calon peronggeng gunung yang merupakan generasi muda dibawah asuhan Neng Peking malam itu didaulat untuk melanjutkan amanat karuhun, menari dan mendendangkan wawangsalan buhun Dewi Siti Samboja.
http://www.kabar-priangan.com/
Bulan pucat pasi, bergetar di atas riak gelombang. Angin laut menderu-deru mengiris malam. Waktupun terasa berdetak lambat seolah ingin menegaskan harapan yang tersirat pada wajah wanita yang benama Pejoh.
Dialah yang menjadi pemeran utama malam ini. Tokoh kunci yang akan mentasbihkan sekelompok peronggeng muda yang akan menjadi pewaris kesenian khas Ciamis di masa yang akan datang. Calon peronggeng gunung yang merupakan generasi muda dibawah asuhan Neng Peking malam itu didaulat untuk melanjutkan amanat karuhun, menari dan mendendangkan wawangsalan buhun Dewi Siti Samboja.
Membaca Katarsis karya “HADI NAPSTER”
Epilog “KATARSIS” Karya Hadi Napster
Imron Tohari
http://sastra-indonesia.com/
Ketidaksempurnaan dan kerusakan, yang terlihat di mana pun,
semuanya adalah cerminan keindahan.
Pengatur tulang, di manakah dia dapat mencoba ketrampilannya
kalau bukan pada persendian yang patah? Penjahit di mana?
Tentunya bukan pada busana siap yang indah potongannya.
Bila tiada tembaga kasar ditempat peleburan,
bagaimana ahli kimia dapat mempertunjukan keahliannya? (Jalaluddin Rumi)
Imron Tohari
http://sastra-indonesia.com/
Ketidaksempurnaan dan kerusakan, yang terlihat di mana pun,
semuanya adalah cerminan keindahan.
Pengatur tulang, di manakah dia dapat mencoba ketrampilannya
kalau bukan pada persendian yang patah? Penjahit di mana?
Tentunya bukan pada busana siap yang indah potongannya.
Bila tiada tembaga kasar ditempat peleburan,
bagaimana ahli kimia dapat mempertunjukan keahliannya? (Jalaluddin Rumi)
Setahun Pelangi Sastra Malang
Denny Mizhar
__Pelangi Sastra Malang
Pada mulanya adalah pertemuan yang sering terjadi antara saya dan Ragil Supriyanto yang biasa dipanggil Ragil Sukriwul. Saya diajak gabung di Komunitas Mozaik Malang dengan gerak yang merambah dunia seni dan sastra. Tetapi saya belum intens, hanya ketika Mozaik dengan penerbitannya menggarap antologi cerpen yang diberi judul “Pledoi: Pelangi Sastra Malang dalam cerpen” saya dimintanya untuk memegang tanggung jawab di bagian produksi: membantu mencari dana penerbitan hingga buku tersebut terbit pada tahun 2009.
__Pelangi Sastra Malang
Pada mulanya adalah pertemuan yang sering terjadi antara saya dan Ragil Supriyanto yang biasa dipanggil Ragil Sukriwul. Saya diajak gabung di Komunitas Mozaik Malang dengan gerak yang merambah dunia seni dan sastra. Tetapi saya belum intens, hanya ketika Mozaik dengan penerbitannya menggarap antologi cerpen yang diberi judul “Pledoi: Pelangi Sastra Malang dalam cerpen” saya dimintanya untuk memegang tanggung jawab di bagian produksi: membantu mencari dana penerbitan hingga buku tersebut terbit pada tahun 2009.
Seksualitas dalam Fiksi Soni
Judul Buku: Empat Dayang Sumbi dan sepuluh cerita lainnya
Penulis : Soni Farid Maulana
Penerbit : Komunitas Sastra Lingkar Selatan – Cetakan 1, 2011
Peresensi : Nazaruddin Azhar *
http://www.kabar-priangan.com/
Soni Farid Maulana, penyair produktif itu kembali menerbitkan buku. Kali ini buku “Empat Dayang Sumbi dan sepuluh cerita lainnya”. Isinya empat cerpen dan “Sepuluh cerita lainnya” dalam judul itu adalah jumlah fiksi mini yang ditulis Soni, yang dalam bahasanya diterangkan sebagai cerpen-puisi mini. Tentu istilah ini terdengar agak memaksa, makanya ijinkan saya menyebut “Sepuluh cerita lainnya” itu dengan istilah fiksi mini saja.
Penulis : Soni Farid Maulana
Penerbit : Komunitas Sastra Lingkar Selatan – Cetakan 1, 2011
Peresensi : Nazaruddin Azhar *
http://www.kabar-priangan.com/
Soni Farid Maulana, penyair produktif itu kembali menerbitkan buku. Kali ini buku “Empat Dayang Sumbi dan sepuluh cerita lainnya”. Isinya empat cerpen dan “Sepuluh cerita lainnya” dalam judul itu adalah jumlah fiksi mini yang ditulis Soni, yang dalam bahasanya diterangkan sebagai cerpen-puisi mini. Tentu istilah ini terdengar agak memaksa, makanya ijinkan saya menyebut “Sepuluh cerita lainnya” itu dengan istilah fiksi mini saja.
Senin, 12 Maret 2012
Membaca, Membuka Cakrawala
Neni Nureani
http://www.kabar-priangan.com/
Seperti anda tahu, minat baca bisa dibilang cukup rendah. Membaca merupakan kebutuhan manusia yang sama pentingnya seperti kebutuhan sandang, pangan, papan, dan seperti kebutuhan lain yang harus dipenuhi setiap hari. Membaca bukanlah kebiasaan yang biasa, tapi hal biasa yang harus dibiasakan, karena manfaatnya sangat besar untuk masa depan.
http://www.kabar-priangan.com/
Seperti anda tahu, minat baca bisa dibilang cukup rendah. Membaca merupakan kebutuhan manusia yang sama pentingnya seperti kebutuhan sandang, pangan, papan, dan seperti kebutuhan lain yang harus dipenuhi setiap hari. Membaca bukanlah kebiasaan yang biasa, tapi hal biasa yang harus dibiasakan, karena manfaatnya sangat besar untuk masa depan.
Selasa, 06 Maret 2012
PUISI: Melayat Kemanusiaan Kita
Muhammad Rain *
http://sastra-indonesia.com/
Puisi dapat dinikmati dengan beragam cara. Ada dua cara di antara ragam penikmatan dan pemahaman puisi sebagai benar satu (kita tak mau salah) karya sastra sebagaimana yang disampaikan oleh M. Saleh Saad dalam Prasaran Catatan Kecil Sekitar Penelitian Kesusastraan miliknya yang dimuat dalam buku Bahasa dan Kesusastraan Indonesia sebagai Cermin Manusia Indonesia Baru (Ali, ed., 1967: 111 – 27; 128 – 51). Pertama, bersatu dan menenggelamkan diri ke dalam karya sastra itu, sehingga persoalan yang ada ialah merasakan; dan cara kedua ialah menikmatinya secara sadar dengan memanfaatkan kaidah atau kriteria tertentu untuk menganalisis karya sastra, sehingga persoalannya ialah menilai secara obyektif.
http://sastra-indonesia.com/
Puisi dapat dinikmati dengan beragam cara. Ada dua cara di antara ragam penikmatan dan pemahaman puisi sebagai benar satu (kita tak mau salah) karya sastra sebagaimana yang disampaikan oleh M. Saleh Saad dalam Prasaran Catatan Kecil Sekitar Penelitian Kesusastraan miliknya yang dimuat dalam buku Bahasa dan Kesusastraan Indonesia sebagai Cermin Manusia Indonesia Baru (Ali, ed., 1967: 111 – 27; 128 – 51). Pertama, bersatu dan menenggelamkan diri ke dalam karya sastra itu, sehingga persoalan yang ada ialah merasakan; dan cara kedua ialah menikmatinya secara sadar dengan memanfaatkan kaidah atau kriteria tertentu untuk menganalisis karya sastra, sehingga persoalannya ialah menilai secara obyektif.
Langganan:
Postingan (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi