Selasa, 15 November 2011

Lagu Puisi, Kesetiaan Untung Basuki

Lukas Adi Prasetyo
Kompas,7 Mei 2008

RUANG tamunya agak sempit. Tiga gitar bolong tergeletak, beberapa lukisan berbingkai kayu berikut perlengkapannya, hingga kasur di atas ubin memenuhi ruangan itu. Untung Basuki, si empunya rumah, menyambut kami dengan senyum lebar.

Monggo, silakan duduk,” ucapnya. Dua busa kursi tipis lalu ditariknya mendekat ke meja kayu lesehan. Belum lima menit obrolan mengalir, tangannya sudah menyambar gitar.

Dia ingin dan antusias bermain gitar sambil bernyanyi. Sembari duduk di kursi kecil, ia melantunkan ”Bunga-bunga”, salah satu lagunya pada era 1970-an, Ia bernyanyi dengan penuh semangat. Terkadang dia pejamkan mata, menengadah ke atas, menghayati lirik lagunya.

Bunga-bunga bergayutan, angin-angin di puncak pohon, nafasku membuka lembaran namamu, Ratri…. Bunga-bunga bernyanyi riang, bergoyang-goyang pohon cemara bergeleng kepala. Aku berdansa di taman, tanganmu adalah buku yang terselip di pinggang.

Iramanya country dengan lirik puitis. Suaranya serak, namun bertenaga. Jari-jemarinya masih cekatan berpindah chord, dan petikan senarnya jelas dan kencang terdengar, pertanda sering berlatih. Tak lebih empat menit, tembang itu selesai.

Untung lantas tertawa. Katanya, itu lagu yang dia ciptakan untuk menggambarkan suara hati saat kasmaran. Obrolan pun mengalir diselingi dengan nyanyian yang dia lantunkan. Beberapa lagu ciptaannya pun meluncur, seperti Lepas-lepas, Maju Perang, serta Langkahku Menuju Ke Mana.

Puluhan tahun bergelut dengan teater, puisi, dan musik, namun penampilan Untung bisa dikatakan bersahaja. Ia tetap merasa nyaman tinggal di Kampung Ngadisuryan, 100 meter sebelah barat Alun-alun Selatan Yogyakarta, serta senang mengenakan kaus tipis dan celana pendek.

Puisi sebagai lirik

Sebagai seniman, nama Untung Basuki sekarang mungkin tak lagi dikenal banyak orang. Mereka yang pernah melihatnya bernyanyi pun hanya sebagian yang tahu bahwa sosok ini sebenarnya berbasis seni rupa. Sebelum bermusik, dia akrab dengan dunia melukis dan teater.

Ia malang melintang di teater sejak tahun 1970-an. Dia tergabung di Bengkel Teater pimpinan WS Rendra dan aktif pentas sampai era 1980-an. Kala itu Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia sering dia singgahi. Ia berteater sampai Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan.

”Kami malah jarang tampil di Yogyakarta,” ucapnya.

Sampai sekarang aktivitas berteater masih dia jalani. Bedanya, kini dia menjadi guru teater di SMA Santo Mikael, Mlati, Sleman, dengan gaji ”sekadarnya”. Kadang kala dia masih diundang sebagai pembicara dalam workshop bertema kesenian.

Melukis dan berteater memang bukan hal baru bagi Untung, tetapi justru kemampuan bermusiknya yang unik. Di Yogyakarta, dialah satu-satunya seniman yang menulis puisi, lalu menjadikannya sebagai lirik lagu.

Bila diundang pentas, Untung membawa serta Sabu, kelompok musiknya yang bernapaskan country. ”Sabu itu bagian dari Sanggar Bambu, sebuah komunitas seni rupa (di Yogyakarta),” katanya.

Begitu banyak puisi yang kemudian menjadi lirik lagu telah dia ciptakan sejak tahun 1972. ”Saya tak ingat lagi,” katanya tentang jumlah puisi lagu ciptaannya.

”Saya lebih banyak membuat puisinya dulu, baru menggarap melodinya, genjrang-genjreng. Tetapi, kadang memang bisa juga sebaliknya,” cerita Untung tentang proses penciptaan lagunya.

Enak di kuping

Tahun 2004 Untung merekam album bertajuk Lagu Puisi Tanah. Album itu diproduksi Blass Record, Yogyakarta. Inilah album rekaman pertamanya meski dia sudah membuat lagu dari puisi itu sejak bergabung di Bengkel Teater. Di sinilah dia bersentuhan dengan puisi, yang lantas membuatnya ingin menjadikan puisi itu dalam bentuk berbeda. Apa yang dilakukannya saat itu terhitung hal baru.

”Saya berusaha agar lagu itu punya bobot puitis, demikian pula sebaliknya. Makanya saya sebut lagu puisi. Pengertiannya, saya menggali melodi dari puisi itu dan menggaulinya sedemikian rupa,” tutur Untung yang konsisten dengan warna musiknya, dengan risiko tak ada perusahaan yang tertarik merekam lagunya.

Bagaimanapun, dia mengaku tetap berusaha membuat musiknya enak didengar kuping banyak orang. ”Tetapi, saya tetap tak akan memotong atau menambah kalimat puisinya agar cocok dengan musik. Musiknyalah yang mengikuti kemauan puisi,” tegas pria yang naik panggung setidaknya dua kali sebulan ini.

Lagu puisi itu berbeda dengan musikalisasi puisi. Musikalisasi puisi bersifat temporer, melayani program dan kegiatan. ”Lagu puisi itu lebih tahan lama. Kalau musikalisasi puisi bisa dilupakan pemainnya, lagu puisi tidak.”

”Kalau orang mendengar lagu puisi, ada sesuatu yang lain. Melodi lagu puisi itu sendiri sudah memberikan rasa. Bagi sebagian orang, perlu mendengar beberapa kali dulu, sebelum tahu maksud lagu itu,” tambahnya.

Album Lagu Puisi Tanah hanya direkam 1.000 kopi. Tetapi, lewat album itu, makin banyak orang yang datang kepadanya ”Mereka membuat puisi, lalu kami berdiskusi tentang membuatnya menjadi lagu puisi. Saya senang, setidaknya dengan cara ini makin banyak orang cinta puisi.”

Kenangan Istimewa

Tahun lalu, Untung Basuki diundang seorang seniman perempuan untuk mengisi acara pernikahan di Klaten, Jawa Tengah. ”Itu sejarah penting bagi saya,” katanya.

Kata ”penting” tak menyoal urusan unjuk suara di acara resepsi, namun tentang si pelukis perempuan yang nekat mengganti tanggal pernikahan agar Untung bisa datang. Tanggal pernikahan yang semula 10 Maret 2007 mundur seminggu, undangan pun ditarik.

”Waktu itu saya bersama kelompok Sabu mengisi acara festival pelajar. Kami dikontrak sebulan, dan 10 Maret itu hari terakhir,” ujarnya.

Keputusan mereka mengundurkan waktu resepsi membuat Untung kaget. Ia memohon agar tanggal resepsi jangan mundur, tetapi upayanya gagal.

Peristiwa itu membuat Untung merasa dihargai dan diakui eksistensinya. Sebagai rasa terima kasih, ia menciptakan dan membawakan lagu khusus untuk sang mempelai.

Untung sempat kuliah di Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI-sekarang Institut Seni Indonesia/ISI) Yogyakarta. Kuliahnya tak selesai sebab dia malah rajin ikut demonstrasi memprotes adanya dosen otoriter.

”Imbas dari ikut demo, saya diskors dan tidak pernah dipanggil lagi untuk kuliah, sampai sekarang,” kata Untung yang sempat kuliah selama sekitar tiga tahun.

Biodata

Nama: Aloysius Untung Basuki
Lahir: Yogyakarta, 12 Maret 1949
Pendidikan:
- SD Netral Dagen, Yogyakarta
- SMPN 2 Yogyakarta,
- Sekolah Seni Rupa Indonesia, Yogyakarta (sekarang SMKN 3 Kasihan, Bantul)
- Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI), Jurusan Seni Lukis, tidak tamat

Istri: Melania Sri Sukapti (53)

Anak:
- Yeremias Abiyoso (22)
- Bernadeta Yasmin Ratri Bumi (17)

Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2008/05/sosok-lagu-puisi-kesetiaan-untung.html

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi