Selasa, 30 Agustus 2011

Sastrawati Menulis Identitas Seksual

(Ditulis kembali dari apresiasi novel Mahadewa Mahadewi)
M Fadjroel Rachman*
Media Indonesia, 02 Sep 2007

APAKAH para sastrawati generasi abad XXI di Indonesia, sebagian seperti Ayu Utami, Djenar Mahesa Ayu, Dinar Rahayu, Nova Riyanti Yusuf (Noriyu), Mariana Amiruddin, dan Fira Basuki, mengungkapkan persoalan seksualitas untuk eksploitasi seksual semata? Samakah karya mereka dengan karya pornografi jalanan, cetak maupun elektronik di kaki lima di seluruh penjuru Tanah Air, dan pantas dicap menganut eksploitasi seksual sebagai standar estetika? Penulis ingin mengenali dan mencatat bagaimana para sastrawati muda Indonesia mengaktualisasi diri. Dengan apresiasi tentu saja, sebagai apresiator.

Marilah dengan kepala dingin kita apresiasi secara singkat sebagian karya Noriyu, Ayu Utami, Djenar Mahesa Ayu, dan Fira Basuki. Dimulai dari Mahadewa Mahadewi (MM), karya Noriyu, seorang dokter umum, ahli kejiwaan, penulis skenario film Merah itu Cinta. Bila Anda mengutuki dan meratapi zaman ini, seks bebas, perkawinan tanpa cinta, percintaan liar kaum gay, lesbian, biseks, dan transeksual. Lalu agama dan moralitas bertopeng kepalsuan, menjadi dalih pintar omong kosong. MM memberikan kesaksiannya.

Kesaksian tentang dunia yang disembunyikan rapi, ditutup-tutupi, dunia bawah tanah yang sebenarnya adalah realitas hidup kita hari ini. Tanpa menghakimi. Tanpa penilaian. Telanjang sehabis-habisnya, karena kata MM, “Ini tentang dirimu. Aku hanya menonton. Ironi yang terkemas apik.” Membaca MM seperti mengizinkan palu menghantam kepala kita secara sukarela. Dengan sinis dan pintar MM membongkar pertahanan diri kita, menelanjangi semua selimut moralitas dan dalih pintar hidup kita yang terkemas apik sehabis-habisnya.

Tepatnya, menyetubuhi seluruh diri kita seliar-liarnya: pikiran, perasaan, dan segenap daging tubuh kita. Sebuah kejujuran tanpa beban, layaknya dokter Yukako yang ‘menyiksa’ kita karena jatuh cinta pada Reno, orang gila dan pasiennya di rumah sakit jiwa (RSJ) dengan deskripsi persetubuhan teramat liar (hlm 42):

“Ooooooohhhhhhhhh,” Kako menjerit. “Ren-no?” Seluruh energi terpancar dalam jeritannya. Bahkan peluh menjadi saksi akan terlumpuhkannya seluruh sistem tubuh dari ujung kepala sampai kaki. Kenikmatan berlebihan membunuh tenaga Kako yang masih tersisa, semata-mata karena kontraksi menggila otot genital yang terus-menerus dipacu penetrasi Reno yang cepat dan dalam. Klimaks seksual pertama. Begitu lepas.

Lalu percintaan liar dari pasangan gay, Gangga dan Prasetyo (hlm 59):

Kamu membahagiakan saya malam ini. Kamu hebat sekali bisa membuat saya berkali-kali orgasme. Tetapi, apakah kamu akan menemui saya lagi? Atau seperti biasa, ini akan menjadi ‘one night stand’?

Dalam MM, Nova memilih secara sadar aktivitas seksual untuk menghantam tabu yang paling sakral, dibarengi dengan penggambaran perilaku seksual dramatis. Akibatnya, terjadi demistifikasi kebutuhan biologis, perilaku seksual maupun orientasinya, demikian pula pada penulis segenerasinya, seperti Fira Basuki (Jendela-Jendela, Gramedia, 2001), Djenar Mahesa Ayu (Mereka Bilang, Saya Monyet, Gramedia, 2002), dan Ayu Utami (Saman, Gramedia 2002, cetakan ke-21). Dengar Ayu Utami (hlm 195):

Jakarta, 16 Juni 1994

Saman,

Orgasme dengan penis bukan sesuatu yang mutlak. Aku selalu orgasme jika membayangkan kamu. Aku orgasme karena keseluruhanmu

Jakarta, 20 Juni 1994

Saman

Tahukah kamu, malam itu, malam itu yang aku inginkan adalah menjamah tubuhmu, dan menikmati wajahmu ketika ejakulasi. Aku ingin datang ke sana. Aku ajari kamu. Aku perkosa kamu

Atau dengan terbuka June, tokoh Fira Basuki dalam Jendela-Jendela mengakui hubungan seksualnya dengan Dean sahabat suaminya, kepada suaminya Jigme (hlm 123):

“Aku melakukan ‘affair’?”

Jigme terdiam. Ia tidak bodoh, aku yakin ia tahu apa yang terjadi.

“Dean”

Aku mengangguk

“‘Did you sleep with him’?”

Aku tidak menjawab. Jigme menggeleng

“‘He’s my best friend’?”

Cerita pendek Djenar Maesa Ayu, bahkan langsung menyebut nama alat kelamin perempuan sebagai nama tokohnya (lihat Namanya hlm 90). Mereka menulis dalam detail yang sungguh luar biasa, dibarengi pengetahuan ilmiah yang harus dipahami secara seksama sebelum dapat secara ‘sempurna’ mengapresiasi karya mereka.

***

Bandingkan cara penggambaran seksualitas dan aktivitas seksual antara keempat penulis perempuan tersebut dengan cara Budi Darma menangani Olenka. Dalam novel tersebut Fanton Drummond memperlakukan tubuh Olenka seperti peta dunia, menghafal setiap lika-likunya, meletakkannya di atas tempat tidur, lalu ke meja seterika, selanjutnya ke bak kamar mandi, terus ke sofa, terus ke permadani, lalu ke meja masak, dan ke atas lemari pakaian. Penggambaran seksualitas ini terasa berjarak, namun dengan daya imajinasi yang sama liarnya dengan para pengarang perempuan tersebut.

Novel saya, Bulan Jingga dalam Kepala (Fadjroel Rachman, Gramedia, 2007) juga menggunakan imajinasi aktivitas seksual sebagai upaya desakralisasi dan pencitraan sensualitas. Sehingga status aktivitas seksual menjelma aktivitas manusiawi.

Setelah bergulat bagai binatang, telanjang menghadap langit di aspal hitam jalanan, diusap jari-jemari bintang. Inilah keheningan dan kebahagiaan Adam dan Hawa saat pertama kali merasakan tubuh manusia di hutan surgawi, sebelum diusir ke hutan dunia.

***

Apakah artinya aktivitas seksual di tangan para pengarang perempuan itu? Tidak lain adalah upaya merumuskan kembali identitas seksual mereka sebagai perempuan, mengatasi, dan membongkar dominasi konstruksi sosial yang menjadikan perempuan sebagai manusia kelas dua (second sex). Konstruksi sosial yang memusuhi tubuh dan organ kelamin perempuan. Sebuah upaya untuk menjadi perempuan, kata Simone de Beauvoir. Sangat berbeda dengan para pengarang lelaki yang melihatnya secara berjarak, tidak jarang menjadikan perempuan, tubuh dan organ kelaminnya, sebagai objek sensualitas belaka. Atau menghukumnya dengan nilai dan norma absolut yang bias gender.

Selain pembongkaran dominasi konstruksi sosial, juga kejujuran, jujur pada pikiran dan kata hati sendiri, dan bertanggung jawab terhadap pilihan sendiri sebagai manusia yang bebas dan otonom, menjadi kata kunci pada karya sastrawati abad XXI Indonesia tersebut. Kejujuran pada pikiran dan perasaan merupakan sarana manusia menjadi dirinya sendiri (man for him/herself). Kejujuran pada pikiran dan perasaan, juga menjadi kunci penting pada novel terkenal peraih hadiah Nobel Dokter Zhivago karya Boris Pasternak, sehingga Pasternak menengarai, “Ini merupakan penyakit terparah jaman kita. Sebagian besar kita harus menjalani hidup yang konstan dan berulang secara sistematik. Kesehatanmu pasti terpengaruh, jika hari demi hari engkau menyatakan sebaliknya dari apa yang kau rasakan, merendahkan diri di depan apa yang tak kau sukai dan harus bergembira dengan sesuatu yang tidak menghasilkan apa pun selain kemalangan.”

Dokter Zhivago adalah tragedi manusia, kemanusiaan, dan kehidupan dengan latar Revolusi Oktober 1917 di Rusia. Para tokoh dalam cerita dari sastrawati baru Indonesia adalah tragedi manusia, kemanusiaan, dan kehidupan dengan latar perubahan sosial, ekonomi, politik, dan ilmu pengetahuan dalam kepungan sistem sosial kapitalisme yang berstatus semifeodal dan semikolonial pada awal abad XXI.

***

‘Sastra pembebasan’ atau ‘sastra emansipasi’, itulah istilah yang tepat pada para generasi penulis baru seperti Ayu Utami, Djenar Maesa Ayu, Dinar Rahayu, Noriyu, Fira Basuki, dan lainnya. Sastra wangi pengharum progresivitas sastra baru Indonesia. Penulis-penulis muda dengan palu penghancur! Mereka ialah saksi, memberikan kesaksian terhadap hiruk pikuk zaman kita, dan menggambarkan tokoh-tokohnya tanpa belas kasihan ke hadapan kita.

Raungan dan hantaman telak terhadap dunia! Perlawanan atau pembebasan terhadap dunia yang menistakan manusia dan kehidupan, menistakan perempuan, demikian individual sifatnya. Generasi sastrawati baru ini merupakan bagian dari perlawanan individu yang menolak dibendakan, diobjektivikasi, didominasi konstruksi sosial di manapun di muka bumi. Siapa yang mesti menghakimi ekspresi mereka? Hanya pembaca serta waktu yang akan menghukum atau mengapresiasi karya sastra mereka.

Manusia dan kehidupan adalah keajaiban, dalam jutaan tahun sejarah semesta dan manusia, kita belajar bahwa tidak ada sejarah individu, sejarah alam dan sejarah sosial yang linear, tidak ada akhirisme (endism), tidak ada yang absolut. Semuanya sementara dan rapuh, bahkan, sebuah validitas terhadap kebenaran pun bersifat hipotetis. Jadi ‘kebenaran’ pun hanyalah hipotetif, bahkan tidak ada pernyataan tentang ‘fakta’ yang benar tidak teragukan. Eksperimen dalam karya sastra adalah upaya menangkap keajaiban hidup dan manusia. Menciptakan dunia baru dalam tangan penulis dan seniman kreatif.

Oleh karena itu, “Siapa pun yang takut terhadap kebebasan dan tanggung jawab pribadi, takut terhadap perbedaan, kehidupan dan progresivitas, dilarang membaca karya sastrawati Indonesia abad XXI”.

* M Fadjroel Rachman, esais dan penggagas Memo Indonesia
Diambil dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2007/09/sastrawati-menulis-identitas-seksual.html

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi