(Ditulis kembali dari apresiasi novel Mahadewa Mahadewi)
M Fadjroel Rachman*
Media Indonesia, 02 Sep 2007
APAKAH para sastrawati generasi abad XXI di Indonesia, sebagian seperti Ayu Utami, Djenar Mahesa Ayu, Dinar Rahayu, Nova Riyanti Yusuf (Noriyu), Mariana Amiruddin, dan Fira Basuki, mengungkapkan persoalan seksualitas untuk eksploitasi seksual semata? Samakah karya mereka dengan karya pornografi jalanan, cetak maupun elektronik di kaki lima di seluruh penjuru Tanah Air, dan pantas dicap menganut eksploitasi seksual sebagai standar estetika? Penulis ingin mengenali dan mencatat bagaimana para sastrawati muda Indonesia mengaktualisasi diri. Dengan apresiasi tentu saja, sebagai apresiator.
Marilah dengan kepala dingin kita apresiasi secara singkat sebagian karya Noriyu, Ayu Utami, Djenar Mahesa Ayu, dan Fira Basuki. Dimulai dari Mahadewa Mahadewi (MM), karya Noriyu, seorang dokter umum, ahli kejiwaan, penulis skenario film Merah itu Cinta. Bila Anda mengutuki dan meratapi zaman ini, seks bebas, perkawinan tanpa cinta, percintaan liar kaum gay, lesbian, biseks, dan transeksual. Lalu agama dan moralitas bertopeng kepalsuan, menjadi dalih pintar omong kosong. MM memberikan kesaksiannya.
Kesaksian tentang dunia yang disembunyikan rapi, ditutup-tutupi, dunia bawah tanah yang sebenarnya adalah realitas hidup kita hari ini. Tanpa menghakimi. Tanpa penilaian. Telanjang sehabis-habisnya, karena kata MM, “Ini tentang dirimu. Aku hanya menonton. Ironi yang terkemas apik.” Membaca MM seperti mengizinkan palu menghantam kepala kita secara sukarela. Dengan sinis dan pintar MM membongkar pertahanan diri kita, menelanjangi semua selimut moralitas dan dalih pintar hidup kita yang terkemas apik sehabis-habisnya.
Tepatnya, menyetubuhi seluruh diri kita seliar-liarnya: pikiran, perasaan, dan segenap daging tubuh kita. Sebuah kejujuran tanpa beban, layaknya dokter Yukako yang ‘menyiksa’ kita karena jatuh cinta pada Reno, orang gila dan pasiennya di rumah sakit jiwa (RSJ) dengan deskripsi persetubuhan teramat liar (hlm 42):
“Ooooooohhhhhhhhh,” Kako menjerit. “Ren-no?” Seluruh energi terpancar dalam jeritannya. Bahkan peluh menjadi saksi akan terlumpuhkannya seluruh sistem tubuh dari ujung kepala sampai kaki. Kenikmatan berlebihan membunuh tenaga Kako yang masih tersisa, semata-mata karena kontraksi menggila otot genital yang terus-menerus dipacu penetrasi Reno yang cepat dan dalam. Klimaks seksual pertama. Begitu lepas.
Lalu percintaan liar dari pasangan gay, Gangga dan Prasetyo (hlm 59):
Kamu membahagiakan saya malam ini. Kamu hebat sekali bisa membuat saya berkali-kali orgasme. Tetapi, apakah kamu akan menemui saya lagi? Atau seperti biasa, ini akan menjadi ‘one night stand’?
Dalam MM, Nova memilih secara sadar aktivitas seksual untuk menghantam tabu yang paling sakral, dibarengi dengan penggambaran perilaku seksual dramatis. Akibatnya, terjadi demistifikasi kebutuhan biologis, perilaku seksual maupun orientasinya, demikian pula pada penulis segenerasinya, seperti Fira Basuki (Jendela-Jendela, Gramedia, 2001), Djenar Mahesa Ayu (Mereka Bilang, Saya Monyet, Gramedia, 2002), dan Ayu Utami (Saman, Gramedia 2002, cetakan ke-21). Dengar Ayu Utami (hlm 195):
Jakarta, 16 Juni 1994
Saman,
Orgasme dengan penis bukan sesuatu yang mutlak. Aku selalu orgasme jika membayangkan kamu. Aku orgasme karena keseluruhanmu
Jakarta, 20 Juni 1994
Saman
Tahukah kamu, malam itu, malam itu yang aku inginkan adalah menjamah tubuhmu, dan menikmati wajahmu ketika ejakulasi. Aku ingin datang ke sana. Aku ajari kamu. Aku perkosa kamu
Atau dengan terbuka June, tokoh Fira Basuki dalam Jendela-Jendela mengakui hubungan seksualnya dengan Dean sahabat suaminya, kepada suaminya Jigme (hlm 123):
“Aku melakukan ‘affair’?”
Jigme terdiam. Ia tidak bodoh, aku yakin ia tahu apa yang terjadi.
“Dean”
Aku mengangguk
“‘Did you sleep with him’?”
Aku tidak menjawab. Jigme menggeleng
“‘He’s my best friend’?”
Cerita pendek Djenar Maesa Ayu, bahkan langsung menyebut nama alat kelamin perempuan sebagai nama tokohnya (lihat Namanya hlm 90). Mereka menulis dalam detail yang sungguh luar biasa, dibarengi pengetahuan ilmiah yang harus dipahami secara seksama sebelum dapat secara ‘sempurna’ mengapresiasi karya mereka.
***
Bandingkan cara penggambaran seksualitas dan aktivitas seksual antara keempat penulis perempuan tersebut dengan cara Budi Darma menangani Olenka. Dalam novel tersebut Fanton Drummond memperlakukan tubuh Olenka seperti peta dunia, menghafal setiap lika-likunya, meletakkannya di atas tempat tidur, lalu ke meja seterika, selanjutnya ke bak kamar mandi, terus ke sofa, terus ke permadani, lalu ke meja masak, dan ke atas lemari pakaian. Penggambaran seksualitas ini terasa berjarak, namun dengan daya imajinasi yang sama liarnya dengan para pengarang perempuan tersebut.
Novel saya, Bulan Jingga dalam Kepala (Fadjroel Rachman, Gramedia, 2007) juga menggunakan imajinasi aktivitas seksual sebagai upaya desakralisasi dan pencitraan sensualitas. Sehingga status aktivitas seksual menjelma aktivitas manusiawi.
Setelah bergulat bagai binatang, telanjang menghadap langit di aspal hitam jalanan, diusap jari-jemari bintang. Inilah keheningan dan kebahagiaan Adam dan Hawa saat pertama kali merasakan tubuh manusia di hutan surgawi, sebelum diusir ke hutan dunia.
***
Apakah artinya aktivitas seksual di tangan para pengarang perempuan itu? Tidak lain adalah upaya merumuskan kembali identitas seksual mereka sebagai perempuan, mengatasi, dan membongkar dominasi konstruksi sosial yang menjadikan perempuan sebagai manusia kelas dua (second sex). Konstruksi sosial yang memusuhi tubuh dan organ kelamin perempuan. Sebuah upaya untuk menjadi perempuan, kata Simone de Beauvoir. Sangat berbeda dengan para pengarang lelaki yang melihatnya secara berjarak, tidak jarang menjadikan perempuan, tubuh dan organ kelaminnya, sebagai objek sensualitas belaka. Atau menghukumnya dengan nilai dan norma absolut yang bias gender.
Selain pembongkaran dominasi konstruksi sosial, juga kejujuran, jujur pada pikiran dan kata hati sendiri, dan bertanggung jawab terhadap pilihan sendiri sebagai manusia yang bebas dan otonom, menjadi kata kunci pada karya sastrawati abad XXI Indonesia tersebut. Kejujuran pada pikiran dan perasaan merupakan sarana manusia menjadi dirinya sendiri (man for him/herself). Kejujuran pada pikiran dan perasaan, juga menjadi kunci penting pada novel terkenal peraih hadiah Nobel Dokter Zhivago karya Boris Pasternak, sehingga Pasternak menengarai, “Ini merupakan penyakit terparah jaman kita. Sebagian besar kita harus menjalani hidup yang konstan dan berulang secara sistematik. Kesehatanmu pasti terpengaruh, jika hari demi hari engkau menyatakan sebaliknya dari apa yang kau rasakan, merendahkan diri di depan apa yang tak kau sukai dan harus bergembira dengan sesuatu yang tidak menghasilkan apa pun selain kemalangan.”
Dokter Zhivago adalah tragedi manusia, kemanusiaan, dan kehidupan dengan latar Revolusi Oktober 1917 di Rusia. Para tokoh dalam cerita dari sastrawati baru Indonesia adalah tragedi manusia, kemanusiaan, dan kehidupan dengan latar perubahan sosial, ekonomi, politik, dan ilmu pengetahuan dalam kepungan sistem sosial kapitalisme yang berstatus semifeodal dan semikolonial pada awal abad XXI.
***
‘Sastra pembebasan’ atau ‘sastra emansipasi’, itulah istilah yang tepat pada para generasi penulis baru seperti Ayu Utami, Djenar Maesa Ayu, Dinar Rahayu, Noriyu, Fira Basuki, dan lainnya. Sastra wangi pengharum progresivitas sastra baru Indonesia. Penulis-penulis muda dengan palu penghancur! Mereka ialah saksi, memberikan kesaksian terhadap hiruk pikuk zaman kita, dan menggambarkan tokoh-tokohnya tanpa belas kasihan ke hadapan kita.
Raungan dan hantaman telak terhadap dunia! Perlawanan atau pembebasan terhadap dunia yang menistakan manusia dan kehidupan, menistakan perempuan, demikian individual sifatnya. Generasi sastrawati baru ini merupakan bagian dari perlawanan individu yang menolak dibendakan, diobjektivikasi, didominasi konstruksi sosial di manapun di muka bumi. Siapa yang mesti menghakimi ekspresi mereka? Hanya pembaca serta waktu yang akan menghukum atau mengapresiasi karya sastra mereka.
Manusia dan kehidupan adalah keajaiban, dalam jutaan tahun sejarah semesta dan manusia, kita belajar bahwa tidak ada sejarah individu, sejarah alam dan sejarah sosial yang linear, tidak ada akhirisme (endism), tidak ada yang absolut. Semuanya sementara dan rapuh, bahkan, sebuah validitas terhadap kebenaran pun bersifat hipotetis. Jadi ‘kebenaran’ pun hanyalah hipotetif, bahkan tidak ada pernyataan tentang ‘fakta’ yang benar tidak teragukan. Eksperimen dalam karya sastra adalah upaya menangkap keajaiban hidup dan manusia. Menciptakan dunia baru dalam tangan penulis dan seniman kreatif.
Oleh karena itu, “Siapa pun yang takut terhadap kebebasan dan tanggung jawab pribadi, takut terhadap perbedaan, kehidupan dan progresivitas, dilarang membaca karya sastrawati Indonesia abad XXI”.
* M Fadjroel Rachman, esais dan penggagas Memo Indonesia
Diambil dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2007/09/sastrawati-menulis-identitas-seksual.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar