Dahta Gautama*
http://www.lampungpost.com/
PERKEMBANGAN dunia sastra di Lampung memasuki tahun 2000 hingga 2005 begitu gegap gempita. Setidaknya, ada 8 penyair dan cerpenis yang lahir pada rentang waktu itu. Untuk sekadar menyebut beberapa nama antara lain Jimmy Maruli Alfian, Inggit Putria Marga, M. Arman. AZ, Dyah Indra Mertawirana, Ardiansyah dan Alex R. Nainggolan. Memasuki tahun 2004 tiba-tiba ‘menohok’ seorang Lupita Lukman. Penyair perempuan ini begitu tiba-tiba langsung ‘bermain’ di koran nasional. Ada juga Y. Wobowo penyair asal Yogya yang kembali ke kampung halaman (Lampung) dan konsisten menyajikan suasana lokal dalam sajak-sajaknya.
Para sastrawan Lampung terkini itu lahir setelah era Iswadi Pratama, Ahmad Julden Erwin, Panji Utama, Budi P. Hatees, dan Udo Z. Karzi. Sempat ada kevakuman setelah era Iswadi dkk. Kevakuman itu sempat menjadi semacam kekhawatiran para pelaku sastra sebelum era Iswadi. Rentang tahun 1992–1996 Iswadi dkk begitu produktif menulis dan mempublikasikan karya-karyanya baik di media lokal maupun media pusat. Setelah itu pada 1997–1999, tak ada penyair maupun cerpenis regenerasi.
Namun, saya kira bukan semacam kelatahan bila mendadak memasuki tahun 2000 bermunculan nama-nama baru di belantara sastra ranah Lampung. Perkembangan kesusastraan modern di Lampung saat ini bisa dikatakan sebagai hal yang sangat fenomenal. Betapa tidak, hampir setiap minggu karya-karya sastrawan Lampung muncul di koran-koran pusat (nasional) dan Lampung sebagai lumbung sastra nasional juga diakui oleh pengamat dan pelaku budaya Nirwan Dewanto. Dengan terpublikasinya karya-karya para sastrawan era 2000 itu, notabene karena penilaian obyektif para redaktur budaya koran nasional, yaitu: mutu!.
Namun ada apa sebenarnya dengan para sastrawan Lampung? Mundur ke belakang, saya akan sedikit bercerita. Saya masuk Lampung pada 1997, sebab pada 1991 hingga 1997 saya bermukim di Bengkulu. Namun, dari teman-teman di Lampung dan ketika saya bermukim di Bengkulu, Lampung Post Minggu juga masuk Bengkulu, lalu saya menjadi tahu peta kesusastraan di Lampung. Sehingga meskipun tidak bermukim di Lampung dengan sangat akrab saya mengenal nama-nama: Iswadi Pratama, Gunawan Parikesit, Budi P. Hatees, dll.
Cerita pribadi saya tersebut sebagai instrumentalia pengetahuan saya akan peta sastra di Lampung sesungguhnya cukup lengkap. Mulai dari sastrawan A. Malik Zulqornain hingga Lupita Lukman, cukup saya kenal walaupun hanya sebatas ‘kenal’ pada karya-karyanya saja.
Mengenal rekan-rekan sastrawan dari berbagai generasi tersebut saya menjadi tahu bahwa kalau ada semacam ‘kubu’ di dunia kesustraan modern di Lampung. Pengetahuan saya tentang ‘kubu’ sastra di Lampung ini saya peroleh dari polemik-polemik yang kerap muncul di media massa. Yaitu antara sastrawan Budi P. Hatees dan sastrawan Isbedy Stiawan ZS (Budi P. Hatees adalah sastrawan yang bekerja di Harian Lampung Post sebagai wartawan dan redaktur budaya).
Pada tahun 2002 semacam ‘kabar burung’ bahwa penyair Budi P. Hatees memiliki basis penyair-penyair muda seperti Alex. R Nainggolan dan Dina Oktaviani (mungkin ada beberapa nama lainnya). Pada saat itu polemik mengenai usul ‘pensiun’ bagi sastrawan angkatan tua harus segera dimulai. Dalam sebuah Diskusi Sastra di DKL Dina Oktaviani meminta agar para sastrawan tua yang tidak produktif atau setengah produktif sebaiknya pensiun saja dari ranah sastra. Kemudian opini tersebut menjadi polemik yang cukup dahsyat, saat Alex R. Nainggolan juga mendukung usulan Dina tersebut dalam esai sastranya yang dimuat di Lampung Post. Polemik-polemik tersebut, terkesan memanah Penyair Isbedy Stiawan ZS, sehingga Isbedy mesti menjawab tantangan para pengkritiknya dalam sebuah tulisan di media massa.
Sementara dari kubu Isbedy ada penyair Jimmy Maruli Alfian, Ari Pahala Hutabarat, M. Arman AZ dan sebagian sastrawan-sastrawan muda lainnya. Sekali lagi ini cuma kabar burung, kebenarannya tidak otentik.
Namun, terlepas dari ada kubu-kubuan atau blok-blokan tersebut, sebagai insan sastra saya menilai bahwa dinamika kesusastraan modern di Lampung kurang cukup kondusif. Hak jawab yang dilakukan sastrawan Isbedy Stiawan ZS di Lampung Post, 9 Juli 2005. Ketidakpuasannya atas pemberitaan di Lampung Post tentang peluncuran kumpulan cerpen Sendainya Kau Jadi Ikan di Toko Buku Gramedia, tulisan tersebut melibatkan penyair Iswadi Pratama yang ‘memang’ tak pernah berkata-kata seperti apa yang ditulis di dalam berita tersebut. Kemarahan Isbedy Stiawan dalam hak jawabnya kepada Budi P. Hatees, sungguh ‘pasti’ telah menyesakkan bagi para sastrawan lainnya yang memang tak pernah tahu sesungguhnya ada apa antara Isbedy Stiawan ZS dan Budi P. Hatees.
Namun itulah dinamika? Polemik dan ‘keributan’ kecil bukan hanya milik wilayah politik. Namun, juga merambah sastra. Mungkin ada politik di sastra?
Mohon dimaklumi, apabila saya begitu khusus membicarakan dua tokoh sastrawan ini (Isbedy Stiawan ZS dan Budi P. Hatees). Karena saya kira bukan menjadi rahasia lagi di kalangan para sastrawan muda lainnya, bahwa memang ada semacam ‘pergulatan’ halus antara mereka berdua.
Mengapa harus ada pergulatan, kebencian dan permusuhan? Bukankah kita sama-sama insan sastra? Sastrawan peraih Nobel Derek Walcott dalam pidato budaya sastranya mengatakan bahwa penyair akan tumbang dan kesepian ditinggal sajak-sajaknya apabila ia mengacaukan wilayah orang lain dalam urusan pribadinya. Itu artinya sastrawan tidak boleh jauh-jauh dari nurani, jangan berpolitisasi dan berdendam-dendam.
Ada apa dengan Isbedy Stiawan ZS dan Budi P. Hatees? Entahlah hanya mereka berdua yang tahu. Pasti ada yang masih tersisa di masa lalu dan masih ada yang tersimpan di hati hingga kini.
Sesungguhnya dua sastrawan ini memiliki kesamaan. Sajak-sajak mereka meski lain gaya, namun sama-sama profetik dan indah. Sesungguhnya kedua penyair ini telah berhasil menyuguhkan dunia madu dalam sajak-sajaknya. Ada tema kemanusiaan, Tuhan, cinta, sosial dan keadilan. Namun mengapa berseteru?
Mari kita simak sajak Budi P. Hatees: cukup sudah kehadiran ini/di sini di ruang sunyi/aku tuliskan pada dinding-dinding/kesepianku/selamat datang, malam!/kelam ini menggeliatkan pucuk-pucuk mimpi/seperti kelelawar berdiam di sana/ribut mencium/ diteteskan waktu (“Syair Persahabatan III”).
Lalu kita simak sajak Isbedy Stawan ZS: telepon saja tak memberiku waktu/untuk bersapa/denganmu/lantas apalagi yang bisa kuharapkan/ketika kau putar/haluan perahumu/ke dermaga lain/inilah musim/kau bisa datang/dan berangkat kemana suka (“Dari Sebuah Telepon”).
Dalam sajak ‘Syair Persahabatan III’ Budi P. Hatees mengharapkan kehadiran orang saat ia berada di ruang tak berpentilasi. Yang ada hanya sepi, padahal ia ingin bersapa dengan seseorang. Kemudian ia menjadi gagap ketika tak bertemu orang yang ingin ia ajak bercakap-cakap, serasa berada di klimaks mimpi.
Sajak “Dari Sebuah Telepon” Isbedy Stiawan ZS memberi waktu kepada siapa saja yang ingin menyapanya melalui telepon. Namun, tidak ada yang ia harapkan ketika orang-orang pergi ke dermaga untuk naik perahu pergi ke suatu pulau, kemudian menyendiri dan bersunyi-sunyi di sana.
Sinkron bukan, kedua isi sajak dua penyair yang sedang berseteru itu? Bila Budi P. Hatees ingin menyapa siapa saja untuk mengisi sunyinya, agar ia tak menjadi gagap ditengah gegap gempita peradaban. Bahkan pada klimaks mimpinya ia tetap ingin bercakap-cakap, tetapi ternyata tetap sunyi yang hadir.
Sementara, Isbedy Stiawan ZS selalu saja memberi waktu kepada seseorang yang ingin bercakap-cakap dengannya meski melalui telepon. Namun, orang yang ia harapkan untuk menelepon lebih memilih menyendiri dan menyusuri jalanan sunyinya.
Sajak-sajak kedua penyair ini adalah sajak yang dalam nilai moralnya. Mungkin ‘kedengaran’ sederhana namun ada kerinduan yang mendalam antara keduanya untuk saling menyapa.
Lalu ada apa dengan Isbedy Stiawan ZS dan Budi P. Hatees, mengapa tidak mencoba saling menyapa. Padahal, kebutuhan untuk saling bercakap-cakap secara moral dari lubuk hati yang paling dalam telah tersusun dalam bait-bait sajak mereka. Alangkah indahnya, apabila sajak yang telah tersusun itu mampu pula menyusun tumpukan ‘mungkin’ kebencian yang terlanjur telah ada. Demi persahabatan yang telah ditawarkan alangkah eloknya bila dimulai percakapan yang bisa dimulai melalui pesawat telepon.
*) Penyair, tinggal di Lampung
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar