Minggu, 09 Januari 2011

Jiwa-jiwa Merpati yang Lara

Endah Wahyuningsih
http://sastra-indonesia.com/

Aku adalah Rosita Angraini,kekasih Roi Pramudya. Sesosok pemuda tampan yang begitu dikagumi oleh kaum wanita namun mempunyai sifat angkuh dan tak pernah mau peduli dengan perasaan orang lain.Sedangkan Saskila adalah kekasih Roi yang dahulu dan kini telah meninggal karena sebuah penantian pahit yang tak bisa ia lalui seorang diri. Tanpa Roi Pramudya. Saskila begitu mengaguminya namun baginya sudah tak ada harapan, karena sifat Roi yang begitu egois, acuh dan tak pernah mau mengerti tentang perasaan orang lain. Tapi Saski tetap setia, selalu berusaha memahami karakter kekasihnya dengan menanti sebuah harapan yang tak jelas. Hingga akhirnya jiwa merpati yang lara itu mulai lemah dan putus asa kemudian memilih mati tenggelam disebuuah lautan.

Disebuah pantai kujumpai Roi seorang diri.kulihat ada sedikit gundah yang tengah mengusik fikirannya. Kuhampiri dia sembari kutepuk pundaknya.memang sudah kuduga bahwa ia akan mengabaikanku dan kenyataan yang terjadi memang seperti itu, ia hanya menenggok sebentar kemudian kembali mengacuhkan keeberadaanku.Masa bodoh bagiku, yang terpenting aku bisa meengungkapkan apa yang tengah menganjal rasaku.

“ Hai Roi “. Sapaku rama namun tak ada jawaban. Hanya menenggok sebentar kearahku lalu kembali acuh. “kurasa kau tengah mengingat Saskila “.

“ Tidak sama sekali “. Jawab Roi senggit.

“ sudah hampir dua tahun Saski meninggalkanmu. Namun tak sekalipun kau datang kemakamnya walau hanya sekedar untuk menyapa bagaimana kabarmu disana Saski ? dia yang selalu menderuh dengan rasa sakit. Menantimu tanpa sebuah kepastian dan akhirnya meninggal. Mengapa kau tak pernah menghargai pengorbanannya. Mungkin sesaat lagi aku juga akan seperti dia “.

Roi menjalani dari sisi dirinya yang buruk. Tak pernah mau peduli dengan derita dan pesona orang lain. Begitu juga dengan pengorbanan Saski yang sangat mencintainya namun tak pernah mendapat balasan baik dari Roi.

“ kenapa kau bicara seperti itu. Sangat tidak penting buatku “.

“ Kau memang tak punya hati Roi. Kau buat begitu banyak wanita terpesona dan mencintaimu, kemudian kau buat mereka menderita lalu mati. Apakah kau tak sadar bahwa aku tak jauh berbeda dari mereka. Aku yakin kau masih mengingat Saski. Bersama siksa yang kuat ia tak pernah bersuara.Hanya tetes air mata yang menandakan sebuah isyarat luka yang begitu dalam namun dia tak pernah membencimu. Apa kau sadar hanya demi cinta. Demi dirimu yang tak pernah mau tau tentang dirinya “.

Begitu panjang lebar kujelaskan tentang masa lalu dan isi hati ini. Tapi nampaknya Roi tetap tak peduli. Aku heran mengapa ia seacuh itu akan penderitaan orang lain. Tak pernah kusangkah bahwa seorang Roi sekeras itu akan sebuah rasa.

“ Kuharap kau diam “. ucap Roi membentak hingga membuatku tersentak.

“ Tapi Roi “.
“ Diam kubilang. Untuk apa kau bicara terus tentang Saski yang sudah mati ? “.

Seketika Rosita tersentak, sangat tidak menyangka kalau Roi akan bicara sekeras itu. Sejenak suasana terasa hening. Hanya terdengar suara debur ombak mengisi ketegangan dan keheningan mereka dan Rosita, karena dia tak berani lagi bicara, akhirnya dia mengambil buku dan bolpen dalam tas lalu menuliskan sebuah kata – kata dan diberikan pada Roi.

Dimana hati nuranimu Roi. Ketika dia hidup dengan harapan yang tak pasti. Sekarang katakan padaku ? mengapa saat hidup, Saskila tak pernah ada artinya dalam dirimu. Katakan juga padaku, mengapa harus ada kematian baru kau akan menghargai pengorbanan dan kesetiaannya. Meski aku sadar,bahwa kau tetap takkan peduli dengan semua yang telah dikorbankan olehnya. Apakah aku akan seperti dia Roi? menjadi merpati kedua yang mati karena cinta hampa.

Kau manusia sombong. Kau selalu berpikir tanpa orang lain kau akan tetap merasa bahagia. Apa yang kau tau dari cinta, apa yang kau mengerti dari kesetiaan serta arti sebuah pengorbanan. Apa kau sadar, aturan dari hati telah membuatmu menjadi manusia yang angkuh dan sombong. Kau tak pernah mau mendengar dan juga tak pernah mau mengerti tentang dia, aku juga orang lain. Kapan akan kau pahami bahwa kau butuh cinta, butuh aku, dia juga orang lain.

Kuakui kau begitu pandai, kau tampan, kaya juga dambaan semua wanita. Tapi untuk apa ? jika kau tak punya hati dan perasaan.kau begitu senang mengorbankan orang lain dan menganggap dirimu paling benar. Omong kosong Roi. Kau bukan laki –laki sejati. Lihatlah, suatu ketika kau akan banyak ditinggalkan oleh orang –orang yang kau sayangi dan disaat itu kau baru akan merasakan, bahwa kau memang butuh mereka.

“ Apa maksudmu ? “. Tanya Roi seusai membaca tulisan dari Rosita.

“ Aku tau kau tak pernah membutuhkanku. Bahkan saat kematian nanti, kau juga pasti takkan menghargaiku. Sungguh kasihan Roi Pramudya, karena kau tak pernah sadar bahwasanya kau akan menjadi orang yang paling menderita “.

“ Aku tak butuh saranmu “. Jawab Roi angkuh
“ sudah kukira bahwa kau akan mengatakan itu. Hatimu terbuat dari batu Roi, percaya suatu ketika kau akan tenggelam bersama kesombonganmu dan tak seorangpun yang akan memperhatikanmu “.

“ Diam…..aku sudah muak dengan saran dan ucapan – ucapanmu “. Sentak Roi hingga membuat Rosita kaget.

“ Heeemmm……kenapa Roi ? kurasa kau memang tak pantas untuk dikagumi, ditakuti dan yang lebih tak pantas adalah untuk dicintai. Jika harus ada kematian dihari esok, maka dari detik ini aku sudah siap. Tapi kau tak perlu bangga Roi Pramudya, karena aku tak pernah butuh kamu untuk menghargai pengorbananku “.

“ kau benar – benar gila. Kenapa kau rela mati demi aku? “.

“ Aku adalah kekasihmu yang tak pernah kau anggap.sekarang kau baru tau aku memang gila. Aku gila karena sebuah penantian yang tak pasti akan datang atau tidak. Tapi perlu kau tau, bahwasanya aku orang gila yang beruntung, karena masih punya hati dan rasa. Punya kepekaan atas penderitaan orang lain dan punya arti sebagai manusia dalam hidup ini.bisakah kau bandingkan dengan dirimu? . semua orang pasti akan mati Roi. Seperti halnya Saskila.tapi kau harus tau, bahwa dia mati ketika ia telah tau apa arti ketika ia hidup dengan cinta dan pengorbanannya.

Rosita segera beranjak meninggalkan Roi seorang diri dengan rasa gundah.Rosita berpikir bahwa ini akan sia – sia karena takkan pernah membuat seorang Roi menjadi jerah dan luluh dari keagkuhanya.

Aku memang kekasihnya, sudah hampir satu tahun aku bersamanya namun selama itu aku tak pernah punya arti dalam dirinya. Tak heran jika Saskila kekasihnya yang dahulu lebih memilih mati dari pada menanti sebuah harapan tanpa kepastian. Berhadapan dengan layar kosong memang sangat menyakitkan namun tak mudah bagiku untuk mengatakan “ aku bisa hidup tanpamu Roi “.

Seketika itu juga aku sudah putus asa. Ingin rasanya kutuliskan garis kematianku sendiri seperti halnya Saskila. Akupun mulai berpikir. Kematianku mungkin akan semakin dekat setelah hari ini. Tapi disaat sepelik itu, ada ruang yang tiba –tiba hadir membantuku menerangkan kembali lentera yang telah redup. Hanya dengan sebuah kata.

“ Aku butuh kamu Rosita “.

Kini kusaksikan sosok api yang telah menjadi air. Hati yang dulu sekeras batu kini telah menjadi selembut kapas. Aku tentu terkejut namun aku senang,karena dengan kekuatan cinta bisa menghadirkan keajaiban. Seorang Roi…..kini dia telah sadar bahwa dalam hidupnya dia butuh cinta, dia butuh aku, dia juga butuh orang lain. Dia butuh kata untuk menjadi mutiara yang bisa membuatnya mengerti akan arti hidup dan sebuah pengorbanan.

“ Hidupku memang telah kalut Rosita dan kini aku telah sadar bahwa aku butuh kamu untuk menjadi air ketika aku menjadi api. Aku juga baru menyadari tak ada kebahagian yang lebih utuh, ketika kita hidup dengan cinta dan bersama orang yang kita cintai untuk menciptakan arti hidup yang kuat. Trimakasih dan maafkan aku Sita “.

Aku hanya mampu tersenyum. Memandangi wajah yang kini telah menjadi cahaya. Aku tak bisa berkata apa – apa. Hanya mampu menatap wajah sayu dengan butiran air mata. Aku juga tak bisa berkata, bahwa aku tak pernah mencintainya.kubiarkan dia bersama arti hidup yang baru ia sadari.bersama cintanya, bersama tawaku dan kebahagiaannya. Bersama cerita baru tentang pengorbanan seorang perempuan yang tak pernah berhenti berharap untuk mendapatkan Roi sepenuhnya. Mendapatkan Roi bersama pengorbanan dan cintanya.
***

*) dari buku Sehimpun Cerpen Jombang “Hujan Sunyi Banaspati” Dekajo 2010.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi