Sihar Ramses Simatupang
http://www.sinarharapan.co.id/
Sastrawan Sobron Aidit bertemu dengan Ramadhan KH – keduanya telah mendiang – dalam peluncuran buku karya Sobron. Keduanya terlihat sempat berpelukan, segala catatan sejarah kebudayaan termasuk sastra seakan telah pupus dengan keakraban keduanya.
Sekalipun sastrawan Martin Aleida yang semasa mudanya sempat ikut sebagai salah satu sastrawan anggota Lekra, mengatakan di kemudian hari bahwa islah bisa terjadi, tapi penegakan HAM tetap harus dilakukan. Banyak juga keluhan atas ketidakadilan termasuk soal eksistensi berkarya pada masa lalu, yang dibocorkan pada masa pra-reformasi.
“Karya saya tak pernah diikutkan dalam angkatan sastrawan 1966,” papar Sitor Situmorang, budayawan yang juga aktivis LKN – lembaga kebudayaan yang berafiliasi pada PNI.
Yang dituju adalah Taufik Ismail, sang editor. Namun, buku Prahara Budaya adalah kesaksian sekaligus pembelaan Taufik yang juga menjelaskan berbagai konflik politik seputar pra dan pasca 1965 yang rumit sekaligus keras. Keduanya kemudian dikenal sebagai pribadi yang teguh dalam perbedaan.
Ramadhan KH pun pernah menulis tentang Royan Revolusi dan Ladang Perminus yang mengkritik Soekarno dan Soeharto sekali pun belakangan dia larut dalam sikap pro terhadap Soeharto dan membuat biografi terhadap diri “The Smiling General”.
Konflik kebudayaan semakin meruncing di tengah pemihakan Soeharto terhadap satu pemikiran dan menggilas pemikiran yang lain. Perbedaan antara Persagi dan Mooy Indie – yang satu bicara kerakyatan dan yang satu melihat Indonesia sebagai negeri molek dan mengingkari penderitaan – telah ada sejak lama, begitu pun dengan perbedaan Manifestasi Kebudayaan dan Lekra. Namun, perbedaan itu masih sebatas polemik yang seimbang dengan kubu yang hampir sama besar.
Itu terjadi ketika Soeharto belum memimpin negara ini. Belakangan, dengan politiknya yang tak menerima Lekra dan LKN dan menjadikan Manifestasi Kebudayaan yang digiringnya untuk menjadi ke arah yang semakin politis. Setelah Lekra sempat di atas angin, gantian Manifes bisa menskak mat Lekra dan LKN. Di satu sisi sejarah pasca-1966 kemudian “menghilangkan” nama-nama seperti Pramoedya Ananta Toer, Utuy Tatang Sontani atau Sobron Aidit.
Di sisi lain, setelah kemenangan politik tahun 1966, Manifestasi Kebudayaan memang tak selalu ada urusan dengan politik pemerintahan Soeharto. Namun, tidak bisa dicegah, bertahun-tahun kemudian, sastrawan Manifestasi Kebudayaan diharapkan agar tak semakin kritis terhadap masyarakat – sekali pun ada juga yang belakangan di tengah penyelewengan sang Presiden setelah memerintah puluhan tahun akhirnya menjadi oposan, seperti sastrawan Goenawan Mohammad, pemimpin redaksi Tempo yang majalahnya diberedel bersama Detik dan Editor. Atau Mochtar Lubis, pemred Indonesia Raya yang tetap oposisi pada dua periode pemerintahan kepresidenan di Indonesia: Soekarno dan Soeharto (pada tahun 1972)!
Seni Berbicara
Dari dunia seni lukis, generasi pra-1960 an, tercatat Itji Tarmizi, Amrus Natalsya, dikenang sebagai para pelukis yang ikut merunduk dan baru berpameran lagi setelah Soeharto lengser – setelah nama lain seperti Basuki Resobowo atau Henk Ngantung, pelukis Lekra lainnya yang keburu wafat sebelum menghirup hawa segar reformasi.
Mereka semua adalah generasi yang sebelum dan sesudah pemerintahan Soeharto telah berkarya dan telah berproses di zaman itu. Seperti pendapat penyair Adri Darmaji Woko yang pada tahun 1980-an membuat Kelompok Poci yang mengatakan bahwa sebelum “prahara budaya” itu, sastrawan Sobron Aidit dan Ajip Rosidi pada tahun 1950-an adalah kawan erat bahkan pernah membuat antologi bersama dengan tajuk “Yang Ketemu di Jalan”. Berpisah jalan “di persimpangan” karena perbedaan berkembang menjadi rentetan kontak fisik.
Perbedaan ideologi yang meruncing pada masa itu terjadi pada semua lapisan dan profesi, selain letusan konflik politik terhadap masyarakat yang dianggap terkait unsur PKI, stigma komunis pun ditabuhkan pada setiap lawan politik, tanpa pandang bulu. Banyak dari mereka yang dituding PKI, tak mengerti apa itu definisi dan konsep dari partai.
Agak berbeda setelahnya, perlawanan tetap bermunculan dari para seniman muda dan baru tumbuh – ideologi tak begitu mengemuka pada masa 1980 hingga pra 1998. Namun, pemerintahan Orba masih tetap meniupkan fitnah ideologis, makar dan menuding setiap perlawanan termasuk dari kalangan budayawan sebagai “organisasi tanpa bentuk”.
Berbagai latar prinsip dari para aktivis itu kemudian mengarah pada satu tujuan mengkritik Soeharto, memuliakan demokrasi. Muncullah isu mulai dari anti-imperialisme yang meletus di Malari tahun 1974, atau Tanjung Priok 1980, Penembak Misterius 1990, dan reaksi terhadap pelanggaran HAM di tiap wilayah di Indonesia.
Pada sejarah itu juga, muncullah nama-nama seniman yang dikenal kritis terhadap pemerintahan Orde Baru antara lain Rendra, Syumanjaya dan N Riantiarno. Pada masa itu juga, seirama pergerakan seni Wiji Thukul, muncul “seniman yang turun ke jalan” baik dari generasi tua hingga muda mulai dari M Brewok AS di Surabaya, Sosiawan Leak dari Solo, Ratna Sarumpaet dari Jakarta, Butet Kertaredjasa dari Yogyakarta yang mendapatkan simpati dari sebagian besar rakyat, sekali pun rasa simpati masih diungkapkan dengan rasa takut dan cemas.
Pencekalan, penangkapan terhadap seniman dan karyanya terjadi di mana-mana termasuk pelarangan dan pembubaran pementasan. Pelukis Semsar Siahaan malah mendapatkan pemukulan atas karya seni muralnya – sebelum dia ke Kanada dan wafat beberapa tahun lalu saat dia sudah kembali di Indonesia.
Perlawanan dan gerakan oposisi para seniman pada generasi 1990-an, memang tanpa beban ideologis seperti generasi sebelum mereka. Dari generasi itu, muncullah nama-nama Wiji Thukul, Gojek JS, dan banyak lagi.
Ketika itu, banyak media massa yang “tiarap” pascapemberedelan, sebut saja Sinar Harapan (1986), Tempo, Detik dan Editor (1990). Beberapa seniman yakin sastra adalah alternatif untuk berkelit di masa sulit. Seniman baik lukisan, mural, instalasi dan karikatur mampu memberi bahasa simbolik, dua makna antara fakta dan metafora, sehingga bisa menghindar dari hantaman pemerintah Orde Baru.
Ketika jurnalisme dibungkam, sastra yang bicara, demikian prosais yang juga jurnalis melahirkan Saksi Mata berkisah tentang insiden Santa Cruz di Timtim dengan karya yang imajinatif dan estetik. Seno memang sempat dimutasi dari jabatannya di media massa karena esai dan feature juga laporan khususnya tentang Timtim. Juga banyak karya para penulis muda di antologi buku, jurnal, atau majalah alternatif seperti majalah kampus, sebut saja nama Linda Kristanti, Eka Kurniawan yang tergabung dalam antologi Tak Ada Pilihan Lain terbitan Sumbu bekerja sama dengan Taring Padi, Yogyakarta. Bila pada generasi 1980-an, senimannya kemudian bisa mencair dan kembali pada pembongkaran konsep, eksperimen dan pencarian estetik, maka pada seniman 1960-an punya fenomena yang agak berbeda.
Tegangan sisa ideologi – atau dendam fisik masa lalu generasi 1960-an (dari kedua kubu) juga penegakan keadilan HAM yang terbengkalai, persoalan itu tampaknya tak mudah selesai. Hingga sekarang, di tengah keakraban salah seorang dari mereka, pada kedua kubu itu tetap saja masih ada personal senimannya yang enggan bertemu dan berbincang.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar