Minggu, 28 November 2010

Ben Okri Dan Penyair Tulen

Nurel Javissyarqi
http://pustakapujangga.com/?p=340


Penyair dipertentangkan dengan dunia, karena ia tak dapat menerima segala yang tampak sebagaimana apa adanya (Ben Okri).

Penyair hadir dari kegelisahan menggila atas beban lingkungannya; ladang di mana dirinya menemukan benturan hebat, di hadapannya rumusan hidup tiada yang becus, wewarna sengkarut. Namun tatkala melihat langit biru peroleh rongga pernafasannya lega, awan beterbangan sewujud pergerakan sosial, peradaban bertumpuk-tumpuk. Dan saat angin menghampiri didapati abad silam-semilam memberi kabar, lantas turun balik peroleh kekacauan yang sedikit jinak.

Maka diteruskan kembara memasuki gelombang hayati mengendarai ombak perasaan sesama, bertemu tebing curam mata-mata di tengah laluan pun jurang terjal pandangan sinis antar manusia. Ia melangkah seolah tak berjejak juga tiada bayangan, dalam keadaan itulah mengenal kata-kata.

Ia bayang-bayang berlarian dari awan tubuhnya, menggembol kesedihan teramat sangat akan nasib bermakhluk yang hilang di rimba belantara kebisingan. Kala kepedihan memuncak bertambah air mata tumpah membeningkan pandangan. Kerutan dahi bekerja berkumpulnya awan-gemawan menghitam hujan deras turun, bumi bathinnya disegarkan menyerupai keajaiban. Sisi tertentu sama kusut rambunya terkenai rintikan hujan semerah besi karatan.

Di sini penyair tengah mengimbangi ruang-waktu memadukan jarak nilai tatapan, direntangkan kemungkinan sejauh-jauhnya sewaktu anak panah cahaya matahari sampai ke telatah kelahiran. Ia setubuhi pelbagai kodrat benda menyelisik lembut melewati cela-cela fikiran, meramu perihal berpeluk utuh mengaduk relung kemanusiaan, menghampiri bibir molek analisa melumat tandas sebelum mengeja cumbui kata-kata.

Malam-siang bukan jadi soal baginya sebab menghidupi alam antara, sejenis terselubungi tabir hawa singkupnya senja mekaran fajar; bumi langit berbahasa. Tetumbuhan tebarkan petuah, bunga-bunga menginspirasi harapan manusia. Kelak gilirannya dianggap setengah gila sampai derajat tak waras oleh kerap memenggal jalan-jalan dianggap penting kebanyakan orang, yaitu aturan pemerataan yang membunuh. Maka kadang ia seolah terlihat menelikungi realitas demi peroleh jawaban purna, semisal menggeser tempat duduk.

Karena perenungannya begitu khas, mereka terpesona tetapi penuh kebencian, lantaran yang hadir mendongkolkan faham sudah berlaku. Namun mereka membutuhkan dukungan sebab segala permasalahan jatuh di linggiran penciumannya. Yang tentu kalimahnya tak berasal anganan tampak pun tidak dari lecutan mimpi berakar kepercayaan sempit menunggu pulung. Keyakinannya telah tanak membumi hingga gayuhannya menjelma gelegar suara bathin bersama. Atau spiritualitasnya bermeditasi sosial mengikuti pusaran hayati terjaga, makanya kita sulit memahami darinya kata-kata.

Ia bukan terbangun atas definisi para ahli kritik, kritikus sastra sekadar meraba berusaha mendekati seolah-olah mengenyam penghidupan penyair dan kerap terbentur persilangan teori dipegangnya. Sedang jika penyair menghasilkan kritik ialah yang selama ini dialami, kritik diri jalan dilewati membetot ingatan pada geliat kreatif, andai mengutip kata-kata penyair lain sekadar senggol menyapa.

Renungan di masa kanak merupakan sketsa mahal tatkala menuju remaja sampai jenjang dewasa, detikan hari-hari tertancap mawas terjaga kehati-hatian. Umpama pembawa gelas berair penuh diharapkan tak tumpah, atau menyunggi tampa di mana keseimbangan nomor pertama antara nalar-perasaan dalam tungku perapian malam. Juga membaca tidak silap berkedip kantuk menghilang, kekantuknya menyerupai ruh kekasih meninggal dunia yang mendatangi dengan pengertian. Maka kesadarannya memperlus wilayah menganyam panjang jejaring untuk tangkapan tidak luput sedari sergapan makna kata-kata.

Lelangkahnya pemburu hujan lebat batu-batu runcing pada wajah spekulan politik mengancam ambruknya nilai saham kemanusiaan. Seperti takdirnya titisan kembang segar diperbaharui kelopak-kelopak, andai gugur menjelma emas pertukaran kasih. Lihatlah dirinya memukul ketebalan bayu keadaan atas perubahan tak tampak, tapi tekanan udara dari jantungnya dipompa kesungguhan menetralisir wacana berseliweran. Maka semakin mantab memilah peristiwa dijadikan cermin pandangan terang yang membalikkan pantulan panorama.

Ia bukan makluk seperti peramal atau pesulap, tapi atas rasa nggigil menyaksikan pembantaian diejawantah dalam kehalusan. Tiupan syairnya menandaskan hati membuai hormon dibangkitkan tubuh kata-kata tak sekali saji. Kala melenyapkan rasa dingin berbaju basah kehujanan pulas tidur di lantai tanpa alas, kecuali matanya masih tajam mengamati genangan air kericuan di selokan sampah kebendaan. Ia membersihkan hingga para pendengarnya tercukupi perbendaharaan niscaya dalam kehidupan berbeda, yang seyogyanya dimaknai ulang puitika.

Suatu kali melihat penyair berbisik sesama penyair dengan jarak terdekat padahal bersuara keras. Ini ketulian pendengaran kita oleh telah disibukkan suara sumbang benturan benda, atau kegiatan sehari-hari mementingkan masa depan sendiri saling jegal mengejar mimpi. Sudah jauh kita tinggalkan bahasa hati hingga apa saja dikatakannya tidak faham, lantas menganggap ia hanya mengucapkan kata-kata kosong.

Penyair tulen berjalan seolah lenyap memasuki gelap malam dan kita sulit menyimak jejak-jejaknya karena ditumbuhi kesombongan, menganggap hidup penyair tak lebih berguna dari gelandangan. Kala itu ia masuk menafsirkan watak-watak manusia yang seolah bermain catur sendiri menata kata-kata. Kita semakin pekat hanya menikmati keindahan ucapannya sampai merasakan terkurung, lantas melepaskan hati pada kebiasaan membuta.

Dunia penyair berada dalam naungan jaman-jaman jauh dilupakan manusia pun kerap mengunjungi masa belum terfikirkan. Melintasi sekat-sekat waktu keluar-masuk reingkarnasi dengan karcis rangkap, atau di sisi tertentu menggunakan paspor perenungan dalam, sedang visanya ajek menguliti realitas kehidupan.

Ia insan paling ganjil seperti keunikan tradisi yang mengerami bentukan puisi tidak terganti wujud lain. Penampakan alam raya teman sejati, dirinya peroleh dialog yang tak terdengar kita akan masa-masa. Dan para informan paling obyektifnya ialah orang-orang yang kita anggap gila, padahal mereka menggembol kegilaan dunia, tapi karena tidak pernah menempati keluasaan kesadaran, maka tak sanggup mengutarakan. Olehnya penyair mengambil saripati kegelisahannya dalam percakapan membisu; ini betapa saling menyenangkan dan ia mendapatkan lebih.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi