Sunlie Thomas Alexander *
jawapos.com
KEJANGNYA si gundul fenomenal Ronaldo menjelang final Piala Dunia 1998 di Prancis boleh jadi disebabkan faktor psikologis. Rasa gugup dan tegang dalam menghadapi partai penentuan adalah hal wajar. Apalagi beban dipikul oleh seorang bintang yang tengah bersinar terang seperti dirinya, tentu tak ringan.
Masalahnya, spekulasi kemudian berkembang. Salah satunya adalah isu bahwa Piala Dunia 1998 tak sepi dari praktik klenik. Kesebelasan Prancis pun dituduh telah menggunakan jasa seorang dukun terkenal dari Afrika Barat, Aguib Sosso. Seperti halnya ilmu teluh dari Banten yang konon sanggup melintasi lautan, seorang dukun Afrika -kata Adam Kone, paranormal Mali- memang tak mesti ada di stadion untuk melakukan sihirnya.
Apakah Ronaldo kejang-kejang karena santet juju hitam? Benarkah balutan di lengan para pemain Les Bleus -julukan timnas Prancis- adalah jimat buatan Sosso? Benarkah dia telah memandikan Zidane dalam sebuah ritual?
Kita tidak tahu. Mistik, tak ada yang bisa membuktikan. Yang pasti, Prancis akhirnya keluar sebagai jawara Piala Dunia 1998, mengalahkan Brazil dengan skor 3-0. Zidane mencetak dua gol gemilang lewat sundulan kepalanya.
Bagi kebanyakan orang, tentu cerita Ronaldo di final Prancis 1998 memang bagaikan dongeng yang terasa mengada-ada. Namun, toh kisah itu kemudian menjadi tak lagi terlalu aneh ketika dia dikaitkan dengan sepak bola Afrika. Di Benua Hitam itu, sepak bola memang begitu lekat dengan perdukunan, dua hal yang seolah tak terpisahkan dalam kehidupan masyarakatnya. Dengan begitu, perpaduan tersebut membuat sepak bola menjadi unik dan kental dengan nuansa budaya. Ya, itulah fenomena Afrika, fenomena dunia ketiga.
Antonio Pigafetta -penjelajah Florentina yang menyertai Maggelan dalam pelayaran pertamanya mengelilingi dunia- seperti diungkapkan Gabriel Garcia Marques dalam pidato nobelnya 1982, konon telah menulis sederet laporan akurat seperti khayalan saat melewati selatan Amerika.
”Dia menulis telah melihat babi dengan pusar di sekitar pinggang, burung tanpa kuku yang bertelur di atas punggung kawannya, dan semacam burung pelikan tanpa lidah yang paruhnya menyerupai sendok. Dia mengaku telah melihat suatu makhluk menjijikkan dengan telinga dan kepala keledai, badan unta, kaki rusa, dan meringkik seperti kuda,” ujar Marques.
Penulis novel Cien Anos de Solidad (Seratus Tahun Kesunyian) itu tentu saja tidak berlebihan. Faktanya, Amerika Selatan -seperti halnya ranah Afrika dan Asia, termasuk Indonesia- selama berabad-abad dipandang sebagai dunia erotis penuh misteri. Para petualang Eropa pada masa lampau, dalam lawatannya ke pedalaman Afrika, Patagonia, dan berbagai belahan Timur, telah membawa pulang cerita-cerita fantastis menggemparkan. Keajaiban dunia, atau meminjam istilah Marco Polo, Imago Mundi, begitulah mereka membahasakan pengalaman perjumpaan mereka dengan beragam praktik ritual Indian serta upacara-upacara adat suku-suku di Afrika dan Asia. Sebagian benar, sebagian salah paham penuh prasangka, dan sebagian lagi laporan palsu yang sarat fitnah.
Karena itulah, oleh perspektif Barat yang tak bisa menerima segala hal yang beraroma gaib, karya-karya Marques dan sejumlah pengarang Afrika dan India lazim disebut sebagai realisme magis, sebuah gaya berolah kisah yang merajut pertentangan dua pandangan dunia: rasionalitas scientific ala Barat dan alam mistik. Padahal, bagi Marquez dan para penulis dunia ketiga lainnya yang terbiasa dengan dukun, santet, dan berbagai realitas supranatural dalam keseharian, ia hanyalah “karya sastra yang ditulis sebagaimana kakek-nenek kita dulu bercerita.”
Tentu saja realisme magis kemudian dianggap sebagai gaya yang cocok bagi penceritaan tanah-tanah pascakolonial untuk mengisahkan dirinya dengan kacamatanya sendiri. Ia hadir sebagai sebentuk sastra perlawanan di tanah-tanah bekas jajahan yang frame of view ”dunia”-nya berusaha dikonstruksi oleh kaum imperialis. Sastra realisme magis memperlakukan wilayah mistik dan realitas empiris secara sejajar. Sebab, peristiwa-peristiwa yang fantastis dan supernatural berkait erat dengan dunia nyata dan mengakar pada realitas yang dikenali lewat referensi sosial, historis, dan politis. Ya, sebagaimana Afrika Selatan memperlakukan sepak bola dan para inyanga (dukun suku Zulu) dengan upacara penyembelihan sapi di stadion-stadion yang dipakai Piala Dunia.
Di Afrika -kata N.A. Scotch dalam tulisannya di The Journal of Conflict Resolution, 1961, Vol.5, No.1 yang baru-baru ini diterjemahkan oleh penerbit Kepik Ungu dalam buku Afrika Gila Bola (2010)- keyakinan terhadap sihir tak cuma bertahan di tengah-tengah kehidupan yang terus mengalami modernisasi. Bahkan, itu meluas dan berevolusi untuk menjawab kebutuhan-kebutuhan hidup sekarang.
Tak jauh dengan pengalaman di Indonesia, praktik klenik tampak dalam perebutan pekerjaan di kota-kota. Ia digunakan untuk meningkatkan standar hidup kaum urban. Dengan demikian, ilmu sihir yang semula dipraktikkan dalam konteks tradisional kini diadaptasi dalam berbagai situasi baru. Jika di tanah air para paranormal begitu rajin muncul di layar televisi dan tak gaptek memanfaatkan teknologi SMS, di Afrika Selatan pada Piala Dunia 2010, seorang dukun bernama Sebenzile Nsukwini berusaha menerawang keamanan perhelatan akbar ini dengan menggunakan media serpihan tulang dan cangkang kerang.
Syahdan, seluruh tim sepak bola di Afrika memiliki inyanga yang menjampi setiap pemain sebelum pertandingan. Ilmu-ilmu gaib itu dimanfaatkan semaksimalnya untuk membantu meraih kemenangan. Berbagai ritual dan upacara pun digelar, termasuk menyembelih kambing sebelum pertandingan dimulai untuk membuka pintu keberuntungan.
Di sinilah, di Afrika, sepak bola menjadi realisme magis. Sebuah nuansa bermain yang mempertautkan teknik olahraga modern terbesar di jagat raya dengan praktik mistik khazanah tradisi. Kemampuan pemain, strategi pelatih, dan kekompakan tim bersatu padu dengan kekuatan gaib untuk meraih kemenangan. Itu juga sebuah bukti betapa sepak bola memang begitu dekat dengan kehidupan masyarakat dunia ketiga yang akrab dengan mistik.
Seberapa manjur sebuah praktik supranatural dalam sepak bola mungkin bukanlah persoalan. ”Kepercayaan terhadap sihir amat sulit dibongkar karena ia membentuk suatu sistem yang dapat menyerap dan menjelaskan apa yang gagal dijelaskan ilmu pengetahuan yang menentangnya.” Demikian pengamatan M. Gluckman (1955:101) sebagaimana dikutip N.A. Scotch.
Lebih jauh, Sindhunata (2002:47) menyebutkan bahwa kepercayaan terhadap klenik dalam sepak bola sebagai bahasa lain dari iman tak ubahnya ”tanda salib” yang selalu diperagakan kesebelasan Amerika Latin ketika memasuki lapangan. Karena itu, sebuah ritual mistik di luar kekuatan supranaturalnya yang diyakini seyogianya bisa berfungsi sebagai semacam sugesti untuk meneguhkan keberanian dan kepercayaan diri pemain di lapangan.
Tak heran pada Piala Dunia Spanyol 1982, tim Kamerun datang bersama dukunnya ke Stadion Vigo dengan menenteng koper berisi ramuan yang ditaburkan di lapangan tengah dan daerah berbahaya sekitar gawang sebelum pertandingan. Apakah berkat ramuan klenik itulah kemudian kesebelasan Kamerun yang underdog kala itu mampu menahan Italia 1:1 dan tak terkalahkan selama putaran pertama?
Dimensi fungsional sihir itulah alasan mengapa hal-hal magis dapat bertahan lama dalam keyakinan orang Afrika, berkembang, dan bahkan beradaptasi ketika berada di tengah-tengah masyarakat industri ala Euroamerica.
Di Afrika sering terjadi kemenangan sebuah tim sepak bola dipandang sebagai kemenangan seorang dukun. Jika di Australia konon para pengelola klub menyeleksi pemain dengan teori psikoanalisis Sigmund Freud, di Ghana seorang inyanga diserahi tugas mencari pemain. Maka, di samping keandalan para pemain sepak bola, kemenangan dan kekalahan sebuah tim pun dianggap bertumpu pada kemampuan seorang dukun. Karena itulah, ketika sebuah tim terus-menerus kalah, yang diganti inyanga-nya, bukan pemain atau pelatihnya.
Bagaimana dengan sepak bola Indonesia? Meskipun entah kapan timnas kita bisa berlaga di putaran Piala Dunia, toh sebetulnya kita memiliki tradisi yang serupa dengan Afrika. Wasit Jimmy Napitupulu (2005) contohnya. Dia mengaku mengetahui sejumlah kebiasaan-kebiasaan tim yang mengikutsertakan kepercayaan klenik pada liga-liga Indonesia. Misalnya, di Bali ada kebiasaan menggosokkan minyak babi di tiang gawang dan titik kickoff. Di Stadion Brawijaya, Kediri, pernah ada tiga butir telur yang ditaruh di titik kickoff sebelum pertandingan dan di Stadion 17 Mei, Banjarmasin, pernah terjadi sebuah nampan berisi dua gelas kopi dan lisong yang menyala diletakkan di tengah lapangan.
Lantas, dapatkah seorang Ki Joko Bodo membantu meningkatkan prestasi sepak bola kita? Ah, sepak bola kok jadi klenik…(*)
*) Cerpenis dan periset Parikesit Institute Yogyakarta.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Jumat, 30 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar