Rabu, 16 September 2009

Dari Sastra ke Rupa ke Sastra

Sjifa Amori
jurnalnasional.com
 
Seni rupa dan sastra bergulat mengemukakan pemaknaannya atas perang.
Perang menjadi titik perjalinan antara puisi, lukisan, dan instalasi dalam pameran Festival Salihara tahun ini. Pameran yang bertajuk Perang, Kata, dan Rupa ini memilih beberapa karya teks puisi dengan tema “perang” sebagai pusat perbincangannya. “Perang” ini akan dimulai dari pertempuran dalam makna sebenarnya hingga perang yang memuat pertikaian dengan diri sendiri. Seperti yang diutarakan penyair kenamaan Chairil Anwar dalam puisinya, Malam.
 
Mulai kelam
belum buntu malam
kami masih berjaga
–Thermopylae?-
- jagal tidak dikenal ? -
tapi nanti
sebelum siang membentang
kami sudah tenggelam hilang
(Zaman Baru, No. 11-12, 20-30 Agustus 1957)
 
Perupa Putu Sutawijaya mereinterpretasi puisi ini sebagai bentuk sisi peperangan Chairil melawan sisi gelap ke-preman-annya. Putu menganggap bahwa peperangan selalu terjadi pada diri setiap orang. Energi peperangan pribadi inilah yang diangkatnya dengan menggunakan idiom Chairil Anwar walaupun dengan lukisan potret yang tidak mirip.
 
“Saya menggeser peperangan dalam jiwa Chairil ke dalam karakter orang lain. Malam yang identik dengan segala sesuatu yang negatif, saya jadikan pondasi untuk eksplorasi membangun karakter preman ini. Makanya gaya merokoknya pun berbeda, lebih menunjukkan mata yang penuh perlawanan yang saya tambahkan coretan beberapa bait puisi Malam,” kata Putu dalam pembukaan pameran di Salihara, Kamis (16/7).
 
Pameran yang dibuka oleh calon wakil presiden Boediono ini memang dimaksudkan untuk mengungkap perang sebagai hal yang lebih luas dari sekadar pertikaian fisik, kecamuk senjata, dan kekacauan suasana, tapi juga beragam pernyataan dan ekspresi estetik dalam memperjuangkan kebebasan.
 
“Seni rupa tidak bisa mencegah perang, tetapi mungkin bisa mengubah pandangan kita tentang itu. Pameran di Galeri Salihara kali ini memilih tema perang bukan untuk merekam sebuah peperangan yang terjadi. Tema ini dipilih untuk melihat respons seni rupa terhadap sebuah keadaan dahsyat, namun sampai ke dalam hidup kita dengan perantara kata dan rupa,” kata penyair Sitok Srengenge yang karyanya juga ditafsirkan dalam pameran ini.
 
Pameran seni rupa Perang, Kata, dan Rupa menampilkan lukisan dan instalasi karya perupa Aminudin T H Siregar, Chandra Johan, Jopram, Jumaadi, Mujahidin Nurrahman, Putu Sutawijaya, R E Hartanto, Jompet Kuswidananto, Teguh Ostenrik, Ugo Untoro, Wayan Suja, Wilman Hermana, dan Yustoni Volunteero. Ketigabelas perupa ini akan menafsirkan puisi karya Acep Zamzam Noor, Agam Wispi, Chairil Anwar, Goenawan Mohamad, Iswandi, Nirwan Dewanto, Rivai Apin, Sitok Srengenge, Subagyo Sastrowardoyo, Toto Sudarto Bachtiar, dan Triyanto Triwikromo.
 
Menyertakan sastra dalam memaknai perang adalah kekayaan dari pameran ini. Putu melihat pertautan antara bahasa seni dan rupa bukannya tanpa “pertikaian”. Malah perlu ada proses bergumul dalam batin agar kemudian muncul dalam bentuk karya lukisnya tersebut. “Perlu waktu untuk memvisualkannya karena tidak mudah membaca isi sebuah puisi,” kata Putu.
 
Hal ini sejalan dengan pemikiran Sitok yang ia lontarkan dalam pengantar pameran ini, “Memang kata, rupa, bahkan seluruh bentuk ekspresi karya, ternyata tak pernah cukup untuk mengusung secara utuh -seluruh kehendak dan pemahaman kita tentang yang nyata dan yang maya. Sebab itu dalam komunikasi selalu ada beda dan selisih faham, dalam interaksi bisa terjadi perang. Dengan itu kita dapat menemukan keasyikan sebuah karya seni.”
 
Pameran ini melingkupi aspek yang luas terkait tema perang. Perang dalam arti yang sebenarnya tentu juga dipertontonkan dalam lukisan dan instalasi yang kuat dengan unsur estetika visual. Sebut saja instalasi topi, genderang, dan boots perang prajurit yang tergantung seolah dipakai oleh tubuh yang tak kelihatan. Instalasi ini dilengkapi audio yang berbunyi secara otomatis memperdengarkan suara tabuhan siap perang dan derap langkah yang mengingatkan akan suasana perang yang “horor”. Suara-suara teror yang otomatis “menghidupkan” tulisan Acep Zamzam Noor pada dinding galeri:
 
Buat Padwa Tuqan
 
Semuanya belum juga menepi, tongkang-tongkang sepanjang kanal
Kapal-kapal sepanjang lautan, panser-panser sepanjang jalan
Sepanjang medan pertikaian. Dan abad-abad yang bergulir
Tahun-tahun yang mengalir, musim-musim yang anyir
Entah kapan berakhir. “Dilarang kencing di sini!” seekor anjing
Menyalak pada dunia. Langit nampak masih membara
Hujan bom di mana-mana. Terdengar tangis bayi
Jerit para pengungsi. Tak henti-henti-
Bukankah seratus hadiah Nobel telah diobral
Dan seribu perundingan digelar? Tapi di manakah
Perdamaian? Masih adakah perdamaian itu? Semuanya
Belum mau menepi, belum mau melabuhkan diri
 
Sebagaimana puisi Acep Zamzam Noor juga mengangkat realitas situasi perang, beberapa karya lukis juga berusaha mengungkapnya dalam pilihan artistik beragam. Misalnya karya perupa Mujahidin yang menggambarkan pesawat pengebom Hiroshima dan Nagasaki dalam visual yang ia katakan merupakan stimulasi bentuk dengan menghindari ilustrasi. Mujahidin membuat karyanya dengan terlebih dulu membuat sketsa.
 
“Saya tidak mereinterpretasi puisi, tapi seperti diingatkan oleh puisi Acep bahwa banyak orang berkoar menolak perang, tapi tetap dilakukan,” kata perupa asal ITB yang sudah sejak lama mengekplorasi tema militer dalam pencarian bentuk visual yang terus dikembangkannya. Untuk pameran itu, Mujahidin memamerkan karya yang salah satunya dijuduli Enola Gay.
 
Yustoni Volunteero juga banyak mengangkat soal perang sebagai pertempuran, hanya saja ia melibatkan sudut pandang yang lebih meluas. “Saya mengangkat masalah pertempuran dan reformasi bangsa ini. Dalam berkarya, saya sudah berperang dalam setiap sapuan kuasnya yang meluapkan semua perasaan saya mengenai apa yang saya maknai dari karya sastranya. Saya lalu membuat puisi kembali dari lukisan saya,” kata Yustoni yang menghabiskan satu bulan dalam membuat lukisannya untuk pameran ini.
 
Bisa jadi pameran yang akan berlangsung hingga 15 Agustus ini akan mengantarkan siapa pun yang datang untuk mendekati berbagai dimensi perang melalui media kata dan rupa. Termasuk untuk merenungi kembali peristiwa pengeboman di Hotel JW Marriott & The Ritz Carlton yang terjadi keesokan hari setelah pembukaan pameran ini. Seperti kata Acep, Nobel perdamaian sudah diumbar, sebagaimana perjanjian damai diselenggarakan, tapi mengapa perdamaian tak kunjung tiba.

***

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi