Judul : Ziarah bagi yang Hidup
Pengarang : Raudal Tanjung Banua
Penerbit : Matahari Yogyakarta, 2004
Tebal : viii + 138 halaman.
Peresensi: I Nyoman Tingkat
http://www.balipost.co.id/
DIPILIHNYA Bali sebagai ruang bedah karyanya, bagi Raudal Tanjung Banua, adalah upaya menghormati tanah kelahiran keduanya. Artinya, Raudal memang memulai dunia kepengarangannya dari ber-gradag-grudug dengan Sanggar Minum Kopi (Bali) dan belajar secara intens pada Umbu Landu Paranggi. Dalam konteks ini, Raudal melakukan napak tilas sejarah bagi dunia kepengarangannya sebagaimana layaknya orang melakukan ziarah untuk sungkem dan hormat pada orang (juga tanah kelahiran) yang telah membesarkannya.
Buku "Ziarah bagi yang Hidup" ini memuat 12 cerpen yang rata-rata telah dimuat sebelumnya di koran maupun majalah bahkan ada di antaranya yang telah masuk antologi. Denyut apresiasilah yang menjadi sasaran Raudal mewartakan karyanya ke dalam berbagai media menuju arah pencapaian demokratisasi bersumber pada gerakan multikultural sebagai konsekuensi logis dari negara yang menganut semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Jika mencermati judul buku ini, tersirat adanya inovasi melalui negasi seperti juga tersirat dalam judul "Obituari bagi yang Tak Pernah Mati". Betapa tidak, ziarah yang selama ini dikenal, diperuntukkan bagi mereka yang akan nyekar ke pemakaman leluhur, pahlawan dan sebagainya, dalam cerpen ini justru digunakan untuk makna mengunjungi rumah Datuk (yang masih hidup), walaupun tidak produktif lagi sebagai seorang pelaut. Pada titik itulah pengarang berhasil melakukan "perselingkuhan" makna atas kata yang memberikan side effect untuk mendobrak budaya konvensional. Dobrakan itu dititipkan pengarang melalui tokoh perempuan, Aida, yang nekat kawin tanpa persetujuan Datuk. Kenekatan Aida justru dilakukan secara sadar, tidak membabi buta. Buktinya, sesaat setelah kawin, Aida berziarah ke rumah Datuk yang justru tidak merestui perkawinannya. "Toh Aida tetap mempunyai keputusan sendiri dan agak keras selayaknya laki-laki dari lautan. Begitulah ketika pernikahan kami mendapat rintangan, Aida menerobos rintangan itu seorang diri. Rintangan itu datang dari Datuknya: Sang Datuk melarang Aida menikah dengan laki-laki Tanah Barabah" (hal.15).
Dari kutipan itu tercermin pula betapa sakitnya hati Datuk karena tradisi yang diwarisi secara turun-temurun mendapat tantangan berat dari cucunya (Aida) yang seharusnya mewarisi. Sakit hati juga dirasakan tokoh Aku yang berbulan madu dengan Aida melalui prosesi napak tilas menziarahi Datuknya dengan maksud mohon restu. Akan tetapi yang terjadi adalah kenangan yang mestinya manis harus ditelan dengan pahit saat berbulan madu di malam pertama. Jika mencari setting yang ditampilkan dalam kumpulan cerpen ini, tampaknya pengarang mengawinkan dua latar tempat yang penuh dengan simbol purusa (laki-laki) melalui latar daratan termasuk gunung-hutan dan pradana (perempuan) melalui latar laut termasuk sungai, seperti terungkap dalam judul "Solitude" (kesunyian). "Para ibu atau kekasih mereka cukup mengetahui kepergian itu kemudian dari bisik ke bisik, dari selembar surat, coretan arang di dapur atau tanpa apa-apa. Tanpa mempersoalkan lagi pergi ke mana. Yang jelas, pasti ke hutan". "Tapi aku tidak masuk hutan. Setelah ikut memutuskan untuk pergi, aku justru memilih lautan. Ada kapal membawa diriku, berlayar, dari pelabuhan lama, tepian tanah kelahiran yang penuh jejak duka" (hal.9).
Pemakaian simbol itu disadari atau tidak merupakan wujud kemitrasejajaran yang hendak ditawarkan pengarang terhadap dikotomi gender yang menjadi wacana hangat belakangan ini. Dari situ pula, pengarang mengajak pembaca/penikmat memburu satwa(m) dari balik segara-wana dalam rajutan cerita. "Barangkali kalau ingin mengenang kebesaran para leluhur, justru jangan di bagian muara ini; datanglah ke bagian agak ke hulu di mana rumah-rumah tiang masih kukuh berdiri dengan segala adat dan kebiasaan lebih baik" (hal.14).
Rajutan segara-wana juga terimpisit pada cerpen berjudul "Pulau Perempuan di Lautan Penuh Layar". Dikomunikasikan dengan meramu kearifan lokal Minang dengan tradisi berbalas pantunnya, cerpen ini mengajak pembaca untuk merenung seperti layaknya menafsirkan sebuah pantun.
Sebagai samudera kata, kumpulan cerpen ini menawarkan nilai keberagaman sumber daya hayati sebagai hasil kontemplasi pengarang mengonvergensikan antara keluasan alam laut dan keindahan alam bumi dalam arti fisik kemudian diangkat dan diberi makna surealistis imajis. Dalam konteks ini, "pulau perempuan" yang dimaksud pengarang adalah pulau imajinasi dan lautan penuh layar adalah simbol bagi manusia mengadu nasib dengan segala kemungkinan dan risiko sehingga perlu rasa ikhlas untuk menaklukkan keganasan arus. Di Bali tradisi ini disebut melas. Boleh jadi, tradisi melasti yang dikenal di Bali kini berawal dari sini. Bukankah dalam melasti, ritual dilakukan dengan melautkan yang di darat dan mendaratkan yang di laut?
Aliran air kebijaksanaan yang diperciki Raudal ke dalam karya-karyanya ini sangat menyentuh nilai kemanusiaan yang ditangkap dari sasmita alam laut dan hutan yang kini justru banyak ditelantarkan orang bahkan diperkosa atas nama pembangunan. Mengangkat keterasingan dan keterpinggiran manusia (Indonesia) yang merupakan realitas kehidupan berbangsa dan bernegara yang penuh dengan spekulasi dan kemungkinan sebagaimana dialami para pelaut yang menjadikan samudera sebagai natah sekaligus tanah tempat memohon rezeki demi menghidupkan anak-cucu terkasih di rumah. Berpetualang melawan arus yang mengharuskan keikhlasan (lascarya).
Selebihnya, cerpen-cerpen dalam kumpulan ini berkisah tentang kemajuan iptek ("Bis Itu seperti Pesawat" dan "Kereta yang Terus Memanjang") yang membawa kejutan budaya pada masyarakat kampung. Lalu komparasi budaya terpotret dalam "Zikir Segenggam Gigi Buaya". Sementara itu cerpen romantis terangkum dalam "Kedua Betisnya Rebah di Atas Becak Itu". Lalu, warna lokal tampil dalam "Watu Ntanda Rah" sebagai bentuk revitalisasi dari dongeng yang mengisahkan anak durhaka pada ibunya yang dalam konteks modern ditautkan dengan kekerasan hidup bak batu dalam mitos Malin Kundang.
Cerpen-cerpen dalam buku ini mengetuk hasrat kemanusiaan yang layak dipedomani sebagai salah satu kompas untuk menunjukkan kemitrasejajaran laki-perempuan dalam balutan setting segara-wana. Cerita yang mengabarkan keterasingan manusia di tengah kemajuan zaman dan iptek dalam kemasan fiktif. Namun, fiksionalitas yang ditawarkan bukan berarti tanpa pijakan di bumi fakta.
Sayangnya cerpen-cerpen yang bermuatan lokal dalam buku ini tidak disertai daftar kata yang menjelaskan secara teknis makna istilah daerah yang digambarkan. Selain itu, rasa percaya diri pengarang yang dituangkan dalam pengantar seakan membukakan jalan bagi apresiator untuk melakukan "penjelajahan". Artinya, pengarang melakukan intervensi terhadap kemungkinan baru bagi ruang penafsiran di pihak pembaca.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar