Kamis, 15 Januari 2009

Memburu Satwa(m) ''Segara-Wana''

Judul : Ziarah bagi yang Hidup
Pengarang : Raudal Tanjung Banua
Penerbit : Matahari Yogyakarta, 2004
Tebal : viii + 138 halaman.
Peresensi: I Nyoman Tingkat
http://www.balipost.co.id/

DIPILIHNYA Bali sebagai ruang bedah karyanya, bagi Raudal Tanjung Banua, adalah upaya menghormati tanah kelahiran keduanya. Artinya, Raudal memang memulai dunia kepengarangannya dari ber-gradag-grudug dengan Sanggar Minum Kopi (Bali) dan belajar secara intens pada Umbu Landu Paranggi. Dalam konteks ini, Raudal melakukan napak tilas sejarah bagi dunia kepengarangannya sebagaimana layaknya orang melakukan ziarah untuk sungkem dan hormat pada orang (juga tanah kelahiran) yang telah membesarkannya.

Buku "Ziarah bagi yang Hidup" ini memuat 12 cerpen yang rata-rata telah dimuat sebelumnya di koran maupun majalah bahkan ada di antaranya yang telah masuk antologi. Denyut apresiasilah yang menjadi sasaran Raudal mewartakan karyanya ke dalam berbagai media menuju arah pencapaian demokratisasi bersumber pada gerakan multikultural sebagai konsekuensi logis dari negara yang menganut semboyan Bhineka Tunggal Ika.

Jika mencermati judul buku ini, tersirat adanya inovasi melalui negasi seperti juga tersirat dalam judul "Obituari bagi yang Tak Pernah Mati". Betapa tidak, ziarah yang selama ini dikenal, diperuntukkan bagi mereka yang akan nyekar ke pemakaman leluhur, pahlawan dan sebagainya, dalam cerpen ini justru digunakan untuk makna mengunjungi rumah Datuk (yang masih hidup), walaupun tidak produktif lagi sebagai seorang pelaut. Pada titik itulah pengarang berhasil melakukan "perselingkuhan" makna atas kata yang memberikan side effect untuk mendobrak budaya konvensional. Dobrakan itu dititipkan pengarang melalui tokoh perempuan, Aida, yang nekat kawin tanpa persetujuan Datuk. Kenekatan Aida justru dilakukan secara sadar, tidak membabi buta. Buktinya, sesaat setelah kawin, Aida berziarah ke rumah Datuk yang justru tidak merestui perkawinannya. "Toh Aida tetap mempunyai keputusan sendiri dan agak keras selayaknya laki-laki dari lautan. Begitulah ketika pernikahan kami mendapat rintangan, Aida menerobos rintangan itu seorang diri. Rintangan itu datang dari Datuknya: Sang Datuk melarang Aida menikah dengan laki-laki Tanah Barabah" (hal.15).

Dari kutipan itu tercermin pula betapa sakitnya hati Datuk karena tradisi yang diwarisi secara turun-temurun mendapat tantangan berat dari cucunya (Aida) yang seharusnya mewarisi. Sakit hati juga dirasakan tokoh Aku yang berbulan madu dengan Aida melalui prosesi napak tilas menziarahi Datuknya dengan maksud mohon restu. Akan tetapi yang terjadi adalah kenangan yang mestinya manis harus ditelan dengan pahit saat berbulan madu di malam pertama. Jika mencari setting yang ditampilkan dalam kumpulan cerpen ini, tampaknya pengarang mengawinkan dua latar tempat yang penuh dengan simbol purusa (laki-laki) melalui latar daratan termasuk gunung-hutan dan pradana (perempuan) melalui latar laut termasuk sungai, seperti terungkap dalam judul "Solitude" (kesunyian). "Para ibu atau kekasih mereka cukup mengetahui kepergian itu kemudian dari bisik ke bisik, dari selembar surat, coretan arang di dapur atau tanpa apa-apa. Tanpa mempersoalkan lagi pergi ke mana. Yang jelas, pasti ke hutan". "Tapi aku tidak masuk hutan. Setelah ikut memutuskan untuk pergi, aku justru memilih lautan. Ada kapal membawa diriku, berlayar, dari pelabuhan lama, tepian tanah kelahiran yang penuh jejak duka" (hal.9).

Pemakaian simbol itu disadari atau tidak merupakan wujud kemitrasejajaran yang hendak ditawarkan pengarang terhadap dikotomi gender yang menjadi wacana hangat belakangan ini. Dari situ pula, pengarang mengajak pembaca/penikmat memburu satwa(m) dari balik segara-wana dalam rajutan cerita. "Barangkali kalau ingin mengenang kebesaran para leluhur, justru jangan di bagian muara ini; datanglah ke bagian agak ke hulu di mana rumah-rumah tiang masih kukuh berdiri dengan segala adat dan kebiasaan lebih baik" (hal.14).

Rajutan segara-wana juga terimpisit pada cerpen berjudul "Pulau Perempuan di Lautan Penuh Layar". Dikomunikasikan dengan meramu kearifan lokal Minang dengan tradisi berbalas pantunnya, cerpen ini mengajak pembaca untuk merenung seperti layaknya menafsirkan sebuah pantun.

Sebagai samudera kata, kumpulan cerpen ini menawarkan nilai keberagaman sumber daya hayati sebagai hasil kontemplasi pengarang mengonvergensikan antara keluasan alam laut dan keindahan alam bumi dalam arti fisik kemudian diangkat dan diberi makna surealistis imajis. Dalam konteks ini, "pulau perempuan" yang dimaksud pengarang adalah pulau imajinasi dan lautan penuh layar adalah simbol bagi manusia mengadu nasib dengan segala kemungkinan dan risiko sehingga perlu rasa ikhlas untuk menaklukkan keganasan arus. Di Bali tradisi ini disebut melas. Boleh jadi, tradisi melasti yang dikenal di Bali kini berawal dari sini. Bukankah dalam melasti, ritual dilakukan dengan melautkan yang di darat dan mendaratkan yang di laut?

Aliran air kebijaksanaan yang diperciki Raudal ke dalam karya-karyanya ini sangat menyentuh nilai kemanusiaan yang ditangkap dari sasmita alam laut dan hutan yang kini justru banyak ditelantarkan orang bahkan diperkosa atas nama pembangunan. Mengangkat keterasingan dan keterpinggiran manusia (Indonesia) yang merupakan realitas kehidupan berbangsa dan bernegara yang penuh dengan spekulasi dan kemungkinan sebagaimana dialami para pelaut yang menjadikan samudera sebagai natah sekaligus tanah tempat memohon rezeki demi menghidupkan anak-cucu terkasih di rumah. Berpetualang melawan arus yang mengharuskan keikhlasan (lascarya).

Selebihnya, cerpen-cerpen dalam kumpulan ini berkisah tentang kemajuan iptek ("Bis Itu seperti Pesawat" dan "Kereta yang Terus Memanjang") yang membawa kejutan budaya pada masyarakat kampung. Lalu komparasi budaya terpotret dalam "Zikir Segenggam Gigi Buaya". Sementara itu cerpen romantis terangkum dalam "Kedua Betisnya Rebah di Atas Becak Itu". Lalu, warna lokal tampil dalam "Watu Ntanda Rah" sebagai bentuk revitalisasi dari dongeng yang mengisahkan anak durhaka pada ibunya yang dalam konteks modern ditautkan dengan kekerasan hidup bak batu dalam mitos Malin Kundang.

Cerpen-cerpen dalam buku ini mengetuk hasrat kemanusiaan yang layak dipedomani sebagai salah satu kompas untuk menunjukkan kemitrasejajaran laki-perempuan dalam balutan setting segara-wana. Cerita yang mengabarkan keterasingan manusia di tengah kemajuan zaman dan iptek dalam kemasan fiktif. Namun, fiksionalitas yang ditawarkan bukan berarti tanpa pijakan di bumi fakta.

Sayangnya cerpen-cerpen yang bermuatan lokal dalam buku ini tidak disertai daftar kata yang menjelaskan secara teknis makna istilah daerah yang digambarkan. Selain itu, rasa percaya diri pengarang yang dituangkan dalam pengantar seakan membukakan jalan bagi apresiator untuk melakukan "penjelajahan". Artinya, pengarang melakukan intervensi terhadap kemungkinan baru bagi ruang penafsiran di pihak pembaca.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi