Tien Rostini
http://republika.co.id/
Sam menimang-nimang patung macan yang tengahnya kopong. Lelaki bertubuh jangkung itu sedang mencoba menaksir jumlah recehan yang ia cemplungkan setiap mendapatkannya dari warung saat belanja.
"Mau diapakan si macan, Mas? Katanya tidak mau membolonginya kalau belum penuh." Suara Marni mengejutkan sang suami yang masih asyik dengan binatang tanahnya.
"Ah, tidak diapa-apakan. Aku cuma iseng kepingin menaksir jumlah isi perutnya."
Marni tersenyum tipis sekilas. Di dadanya mendadak ada rasa perih melintas. Suaminya berjuang keras setiap hari sebagai petugas kebersihan kota. Habis salat Subuh sudah mulai mengayunkan sapu lidi di jalan. Jika ada keramaian, pekerjaan Sam akan bertambah karena limpahan sampah akan membanjiri jalan.
Perlahan Sam meletakkan patung macan duduknya di atas bupet kepala tempat tidur kayu model lama. Ia mundur beberapa jengkal dan dengan hati-hati meletakkan pantatnya di pingir dipan.
Mata Sam berpindah pada kalender yang menempel pada dinding kamar yang catnya sudah pudar. Gambar bunga sakura dengan latar langit biru ditatapnya lekat-lekat. Namun yang ada di benak lelaki itu bukan Fujiyama, tapi hamparan hijau persawahan di desanya.
Ada ayah dan ibunya yang tua keriput dan bermata lelah di desa. Ibunya tiap hari mengangkut kayu bakar yang dikumpulkannya di hutan pinggir sawah. Punggung ayahnya pun sarat bawaan, rumput untuk makanan kambing.
"Ah! Seperti apa nasib orang tuaku sekarang? Tak ada yang mau mengirim kabar padaku. Mungkin saudara-saudaku juga sibuk atau mungkin marah dan benci padaku, karena lama tak menjenguk ayah dan ibu."
Sam merasa telah menjadi pecundang di perantauan. Ia telah menikahi seorang perempuan dan hingga belasan tahun belum pernah perempuan itu kenal mertuanya. Marni, perempuan Jawa yang nrimo, telah melahirkan dua anak. Dan, kedua itu anaknya pun belum pernah bertemu nenek dan kakeknya.
"Ada apa, Mas? Sepertinya kau sangat bersedih!" Marni yang kembali muncul di kamar melihat Sam yang sedang mematung di depan kalender.
"Tidak ada apa-apa, Marni," Kilah Sam pendek.
"Tadi Mas memegangi si macan, sekarang memandingi kalender dan tampak sangat bersedih. Ada masalah? Atau sampeyan punya hutang yang harus dilunasi?" Marni terus mendesak.
"Ya, aku punya hutang!" Sam kembali duduk di tepi dipan disusul Marni duduk di sampingnya.
"Hutang kepada siapa, Mas? Hutang untuk apa?" Marni cemas karena selama ini Sam tak pernah berhutang tanpa sepengetahuannya.
"Kepada orang tuaku."
"Kapan berhutang kepada mereka, Mas? Mengapa selama ini tak pernah mengatakannya?" Marni berbalik dan berusaha memandangi wajah keruh suaminya.
"Aku tidak berhutang uang atau materi apa pun kepada mereka. Aku tak pernah bisa menjenguk mereka bahkan tak pernah berhasil mengenalkan kalian, anak dan istri yang telah kumiliki lebih dari sepuluh tahun. Maafkan aku, Marni!" Sam menggamit pundak Marni lalu memeluknya erat.
Tanpa disadari ada tetesan air jatuh di pundak Marni. Merasakan tetesan hangat di pundaknya, Marni pun tak kuasa membendung air mata.
"Mas, jika sampeyan mau pulang untuk menjenguk orang tua, pulanglah. Mumpung mereka masih hidup. Aku dan anak-anak tak usah diajak dulu. Insya Allah, suatu waktu Tuhan memberi rezeki jika menghendaki kami bertemu dengan kedua orang tuamu."
"Tidak, Marni! Jika aku pulang harus membawa serta kalian. Kita sekeluarga, Marni."
"Tapi, untuk sekarang tidak mungkin, Mas! Uang kita tidak mencukupi untuk membiayai perjalanan pergi dan pulang. Kalau Mas Sam saja, insya Allah cukup." Marni berusaha menenangkan Sam yang masih menunduk.
"Aku tahu, Mas. Sampeyan terpengaruh orang-orang yang ingin mudik pada lebaran haji nanti. Orang-orang yang Lebaran lalu tak bisa mudik, ingin mudik pada Idul Adha besok untuk berkumpul dengan keluarga besarnya dan berkurban di kampung. Tapi, tidak semua orang dapat mewujudkan keinginannya itu, termasuk kita. Mas harus yakin juga bukan hanya kita yang tak punya kesempatan itu. Kita tak dapat berbuat banyak. Kita hanya orang kecil yang hanya mampu mencari sesuap nasi."
Sam terdiam, ia membenarkan apa yang dikatakan Marni. Ia hanya segelintir orang yang tak punya daya untuk banyak berbuat. Dunianya hanya panas matahari dan cucuran keringat.
"Meskipun aku harus pulang sendiri, tetap aku tak punya uang. Kalian di sini kan juga harus makan," kata Sam dengan suara tersekat di kerongkongan.
"Insya Allah, ada, Mas. Aku punya si macan yang lain."
Marni berdiri dan melangkah menuju lemari pakaian. Tangan kanan perempuan bertubuh kerempeng itu merogoh belakang lemari. Kemudian ia mengangkat patung macan yang sama dengan macan yang ditimang Sam tadi. Senyum Marni mengembang. Ia berjalan dan kembali duduk. Ia menyodorkan benda itu kepada Sam.
"Ini hasil penjualan kompos yang aku buat di belakang rumah, Mas. Insya Allah isinya dapat mencukupi biaya hidup kami selama ditinggal Mas pulang, dan dapat menambah ongkos mudik sampeyan."
Sam terharu. Sejurus ia menatap patung yang sudah diletakkan di atas kasur yang kempes. Ia pegang kepalanya.
"Tidak marni. Ini hasil jerih payahmu. Kaulah yang harus menikmatinya. Pergunakan untuk membeli keperluanmu. Kalau ikhlas membantuku, belikanlah anak-anak pakaian yang layak. Buatlah mereka senang."
"Mas, kita sudah terbiasa menikamati apa yang bisa kita dapatkan dan apa yang ada. Jenguklah orang tua. Belasan tahun Mas meninggalkan mereka, sudah selayaknya mereka ditengok. Aku yakin, bertemu denganmu adalah sebagian dari kebahagiaan mereka juga baktimu kepada mereka." Marni membujuk Sam dengan suara lirih. Sam diam membisu.
Sejak muncul tawaran dari sang istri untuk mudik sendiri, Sam tak henti berpikir. Berbagai pertimbangan bergelut dalam benaknya. Terkadang bulat tekadnya untuk pulang. Terkadang ia menolak mudik tanpa disertai istri dan kedua anaknya. Suara beduk di surau kecil di kampung seakan memanggil-manggilnya. Hari terus berlari melewati angka demi angka di kelender pada dinding kamar Sam. Sam tetap bimbang. Terkadang ia ingin berteriak sekeras-kerasnya. Ia benar-benar merasa tolol untuk membuat suatu keputusan.
Menjelang lebaran haji anak-anak merengek pada Marni.
"Mak, kapan membeli baju? Lebaran lalu kan belum beli baju baru. Baju dan seragam sekolah Andi sudah jelek semua. Malu sama teman-teman."
"Bagaimana kalau kalian membeli baju dengan uang tabungan kalian?"
"Maksud Mak, kami memecah si jago dan si babon?" tanya Andi penuh selidik.
Marni mengangguk pelan.
"Kenapa, Mak? Celengan kami, kan belum penuh. Kami masih sayang untuk memecahnya." Santi protes.
"Tolong, kalian mengerti. Bapak ingin pulang ke Jawa menengok Mbah. Jadi kita harus menghemat uang agar Bapak bisa menengok kakek dan nenek." Marni menjelaskan dengan suara pelan setengah berbisik karena takut didengar Sam yang baru pulang kerja dan duduk di beranda.
"Jadi kita mau mudik, Mak? Kita akan naik pesawat atau kapal seperti Jaka?" Tanya Santi polos.
"Bukan kita yang mudik, tapi Bapak!" Andi memotong.
"Ya, Cuma Bapak. Enak Bapak, dong, naik kapal, naik bis besar atau kereta. Kita cuma di rumah saja." Santi kembali protes.
Marni tak enak berdebat di ruang tamu yang berdekatan dengan tempat Sam duduk. Akhirnya ia mencari alasan untuk menjauh dari sana.
"Kalian bisa membantu Mak, enggak?"
"Bantu apa, Mak?" tanya Andi.
"Kita buat keripik pisang, yuk! Nanti kita bungkusi dengan plastik dan kita jual di pasar pagi atau sama tetangga juga bisa. Siapa tahu bisa untuk menambah uang buat beli baju seragam kalian."
"Tapi, aku mau ikut ke Jawa sama Bapak!" Santi masih merengek.
"Makanya harus rajin menabung agar kita bisa menjenguk nenek bareng-bareng lebaran tahun depan, ya!" bujuk Marni sambil menggamit kedua anaknya berjalan menuju dapur.
Pembicaraan anak dan istrinya terdengar samar-samar oleh Sam. Batinnya menjerit. Ulu hatinya sesak seperti diganjal bongkahan batu gunung. Ia berdiri dan berjalan ke kamar. Di sana ia hanya mampu memandangi si macan kembar yang melambangkan tetesan keringat sepasang manusia yang hanya mampu bercita-cita.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Rodhi Murtadho
A. Aziz Masyhuri
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.J. Susmana
A.S. Laksana
Aa Maulana
Abdi Purnomo
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi W.M.
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Acep Zamzam Noor
Ach. Sulaiman
Achdiar Redy Setiawan
Adhitia Armitrianto
Adhitya Ramadhan
Adi Marsiela
Adi Prasetyo
Afrizal Malna
Ags. Arya Dipayana
Aguk Irawan MN
Agunghima
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus M. Irkham
Agus Noor
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sri Danardana
Agus Sulton
Agus Wibowo
Aguslia Hidayah
Ahda Imran
Ahmad Fatoni
Ahmad Hasan MS
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Rafiq
Ahmad Sahal
Ahmad Syubbanuddin Alwy
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Sekhu
Akmal Nasery Basral
Alex R. Nainggolan
Ali Ibnu Anwar
Ali Murtadho
Alia Swastika
Alunk S Tohank
Amanda Stevi
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Anes Prabu Sadjarwo
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Suparyanto
Anugrah Gio Pratama
Anung Wendyartaka
Aprinus Salam
Ardi Bramantyo
Arie MP Tamba
Arief Junianto
Arif Bagus Prasetyo
Aris Setiawan
Arman AZ
Arswendo Atmowiloto
Arti Bumi Intaran
AS Sumbawi
Asarpin
Asep Dudinov Ar
Asep Sambodja
Asvi Warman Adam
Awalludin GD Mualif
Ayung Notonegoro
Bagja Hidayat
Balada
Bale Aksara
Balok Sf
Bambang Kariyawan Ys
Bambang Kempling
Bandung Mawardi
Baridul Islam Pr
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Boni Dwi Pramudyanto
Bonnie Triyana
Boy Mihaballo
Bre Redana
Brunel University London
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budi P. Hatees
Budiman Sudjatmiko
Bulqia Mas’ud
Bung Tomo
Burhanuddin Bella
Cak Kandar
Catatan
Cerbung
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abshar
Chamim Kohari
Chandra Johan
Chavchay Syaifullah
Cover Buku
Cucuk Espe
D. Dudu AR
D. Kemalawati
D. Zawawi Imron
Dadang Kusnandar
Dahono Fitrianto
Dahta Gautama
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Paranamesa
Darju Prasetya
Darmanto Jatman
David Krisna Alka
Deddy Arsya
Dedi Muhtadi
Dedy Tri Riyadi
Deni Andriana
Denny JA
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Dewi Rina Cahyani
Dian
Dian Hartati
Dian Sukarno
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Dino Umahuk
Djadjat Sudradjat
Djoko Pitono
Djoko Saryono
Dorothea Rosa Herliany
Dwi Cipta
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi S. Wibowo
Dwi Wiyana
Dwicipta
E. Syahputra
Ebiet G. Ade
Eddy Flo Fernando
Edi Sembiring
Edy Firmansyah
Eep Saefulloh Fatah
Eka Budianta
Eka Fendri Putra
Eka Kurniawan
Ekky Siwabessy
Eko Darmoko
Elnisya Mahendra
Emha Ainun Nadjib
Emil WE
Endah Wahyuningsih
Endhiq Anang P
Erwin Y. Salim
Esai
Esha Tegar Putra
Evan Ys
Evi Idawati
F Rahardi
Fahmi
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faiz Manshur
Fajar Kurnianto
Fajar Setiawan Roekminto
Fakhrunnas MA Jabbar
Farid Gaban
Fathan Mubarak
Fathurrahman Karyadi
Fatkhul Anas
Fazar Muhardi
Febby Fortinella Rusmoyo
Felik K. Nesi
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fitri Yani
Frans Ekodhanto
Frans Sartono
Franz Kafka
Fredric Jameson
Friedrich Nietzsche
Fuad Anshori
Fuska Sani Evani
G30S/PKI
Gampang Prawoto
Ganug Nugroho Adi
Geger Riyanto
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Gibb
Gilang Abdul Aziz
Ging Ginanjar
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gunoto Saparie
Gusti Eka
H.B. Jassin
Hadi Napster
Hadriani Pudjiarti
Halim H.D.
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko Adinugroho
Happy Ied Mubarak
Hardi Hamzah
Harfiyah Widiawati
Hari Puisi Indonesia (HPI)
Hari Santoso
Harie Insani Putra
Haris del Hakim
Haris Priyatna
Hary B Kori’un
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helmi Y Haska
Helwatin Najwa
Hendra Sugiantoro
Hendri R.H
Hendry CH Bangun
Henry Ismono
Hepi Andi Bastoni
Heri KLM
Heri Latief
Herie Purwanto
Herman Rn
Heru CN
Heru Joni Putra
Hudan Hidayat
Hudan Nur
I Nyoman Darma Putra
I Nyoman Suaka
I Nyoman Tingkat
I Tito Sianipar
Ibnu Wahyudi
Icha Rastika
Idha Saraswati
Ignas Kleden
Ignatius Haryanto
Ilenk Rembulan
Ilham Q Moehiddin
Ilham Yusardi
Imam Muhtarom
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indira Permanasari
Indra Intisa
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Irfan Budiman
Ismi Wahid
Istiqamatunnisak
Iwan Komindo
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
Iyut FItra
Izzatul Jannah
J Anto
J.S. Badudu
Jafar M. Sidik
Jamal D Rahman
Jamal T. Suryanata
Jamil Massa
Janual Aidi
Januardi Husin
Javed Paul Syatha
Jefri al Malay
JJ Kusni
JJ Rizal
Jo Batara Surya
Jodhi Yudono
Johan Khoirul Zaman
Joko Pinurbo
Joko Sandur
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Jusuf AN
Karkono
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedai Kopi Sastra
Kedung Darma Romansha
Ken Rahatmi
Khairul Amin
Khairul Mufid Jr
Khoshshol Fairuz
Kirana Kejora
Koh Young Hun
Komang Ira Puspitaningsih
Komunitas Deo Gratias
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurniawan Junaedhie
Lan Fang
Lathifa Akmaliyah
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lela Siti Nurlaila
Lidia Mayangsari
Lie Charlie
Liestyo Ambarwati Khohar
Liza Wahyuninto
Lukas Adi Prasetyo
Luky Setyarini
Lutfi Mardiansyah
M Fadjroel Rachman
M. Arman A.Z
M. Arwan Hamidi
M. Faizi
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Mustafied
M. Nahdiansyah Abdi
M. Shoim Anwar
M. Taufan Musonip
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Mahdi Idris
Mahfud Ikhwan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Mainteater Bandung
Maman S. Mahayana
Manneke Budiman
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Bo Niok
Mario F. Lawi
Mark Hanusz
Marsudi Fitro Wibowo
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Marwanto
Maryati
Mashuri
Matdon
Matroni A. el-Moezany
Maya Mustika K.
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri
Mezra E. Pellondou
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Mihar Harahap
Mila Novita
Misbahus Surur
Muhajir Arrosyid
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih
Muhammad Amin
Muhammad Antakusuma
Muhammad Iqbal
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Nanda Fauzan
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Mulyadi J. Amalik
Munawir Aziz
Murparsaulian
Musdalifah Fachri
Musfi Efrizal
Mustafa Ismail
Mustofa W. Hasyim
N. Syamsuddin CH. Haesy
Naskah Teater
Nazaruddin Azhar
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Neni Nureani
Ni Putu Rastiti
Nirwan Dewanto
Nita Zakiyah
Noor H. Dee
Noval Jubbek
Novel
Nur Faizah
Nur Syam
Nur Wahida Idris
Nurani Soyomukti
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurrudien Asyhadie
Nurul Anam
Nurul Hadi Koclok
Nurur Rokhmah Bintari
Nuryana Asmaudi
Odi Shalahuddin
Oei Hiem Hwie
Okky Madasari
Okta Adetya
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Oyos Saroso HN
Pablo Neruda
Pamusuk Eneste
Pandu Radea
Parakitri
Parulian Scott L. Tobing
PDS H.B. Jassin
Pengantar Buku Kritik Sastra
Pepih Nugraha
Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Petrik Matanasi
Pipiet Senja
Pitoyo Boedi Setiawan
Ponorogo
Pramoedya Ananta Toer
Pringadi Abdi Surya
Prof Dr Faisal Ismail MA
Prosa
Puisi
PuJa
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
PUstaka puJAngga
Putri Utami
Putu Setia
Putu Wijaya
R. Toto Sugiharto
Radhar Panca Dahana
Ragil Supriyatno Samid
Rahmat Sudirman
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan Pohan
Rameli Agam
Ramon Damora
Ranang Aji SP
Ratih Kumala
Ratna Ajeng Tejomukti
Ratu Selvi Agnesia
Raudal Tanjung Banua
Reko Alum
Reny Sri Ayu
Resensi
Revolusi
RF. Dhonna
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Rinto Andriono
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Robin Dos Santos Soares
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rosdiansyah
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Satya Dharma
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabiq Carebesth
Sabpri Piliang
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifur Rohman
Sainul Hermawan
Sajak
Sal Murgiyanto
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Salyaputra
Samsudin Adlawi
Sandipras
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sarabunis Mubarok
Saroni Asikin
Sartika Dian Nuraini
Sastra
Sastra Perlawanan
Sastri Sunarti
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seno Gumira Ajidarma
Seno Joko Suyono
Sergi Sutanto
Shafwan Hadi Umry
Shiny.ane el’poesya
Sholihul Huda
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sita Planasari A
Siti Irni Nidya Nurfitri
Siti Rutmawati
Siti Sa’adah
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sofian Dwi
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sony Prasetyotomo
Sosiawan Leak
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Sudarmoko
Sulaiman Tripa
Sultan Yohana
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Sunudyantoro
Suroto
Surya Lesmana
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suwardi Endraswara
Syaiful Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syarifudin
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Tantri Pranashinta
Tanzil Hernadi
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Th. Sumartana
Theo Uheng Koban Uer
Theresia Purbandini
Thowaf Zuharon
Tien Rostini
Titian Sandhyati
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Toef Jaeger
Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan
Tri Wahono
Triyanto Triwikromo
Tu-ngang Iskandar
Tulus Wijanarko
Udin Badruddin
Udo Z. Karzi
Umar Fauzi
Umbu Landu Paranggi
Umi Laila Sari
Umi Lestari
Universitas Indonesia
Untung Wahyudi
Virdika Rizky Utama
Vyan Taswirul Afkar
W.S. Rendra
Wahyu Prasetya
Wahyudi Akmaliah Muhammad
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Widi Wastuti
Wiji Thukul
Wisnu Kisawa
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Yona Primadesi
Yosephine Maryati
Yosi M Giri
Yudhis M. Burhanuddin
Yulizar Fadli
Yurnaldi
Yusri Fajar
Yuyuk Sugarman
Zainal Arifin Thoha
Zaki Zubaidi
Zamakhsyari Abrar
Zawawi Se
Zehan Zareez
Zulkarnain Zubairi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar