Rabu, 27 Agustus 2008

Mengakrabkan Sastra Kepada Tuhannya

Judul Buku : Nabi Tanpa Wahyu
(Esei-esei Sastra Perlawanan)
Penulis : Hudan Hidayat
Penerbit : Pustaka Pujangga Lamongan
Cetakan : I, Januari 2008
Tebal : xii + 218 hlm
Peresensi : A. Qorib Hidayatullah*

Bertumpu pada kesadaran tertingginya, manusia akan mewujud melebur kedalam huruf, kata, hingga kalimat-kalimat. Manusia dapat bebas tentukan langgam tema karya sastra yang ia hasilkan. Menembus kanon sastra menjadikannya lentur. Memagnet pesastra pemula asyik-masyuk bergelut dengan dunia sastra yang tak lagi garang penuh aturan. Sehingga, terengkuh energi kreatifitas yang tak melulu membincang ihwal “langit” dari sumber tunggal (simbol agama). Serasa gawat, bila ada pemasungan kompleksitas dunia pada satu ruang agama formal.

“Bila Tuhan menubuh pada dunia, dan ruh menubuh pada badan manusia, maka kesadaranlah menubuh pada kata-kata.” Begitulah garitan kalimat mukaddimah gubahan Hudan Hidayat (HH) “Kredo Seni di Atas Kredo Puisi” dalam buku ini. Kata-kata adalah ruang bagi kesadaran untuk berdiam mengeram. Karena itu kata-kata memang alat untuk menampung kesadaran.

Nabi Tanpa Wahyu HH memuat 26 esai sastra perlawanan. HH mengajak kita (utamanya penulis sastra pemula) agar bebas temukan kemandirian genre sastra yang mengeruhi karya sastra kita kelak. Garis bernas esai HH menyiratkan bahwa beragam rute jalan mengakrabkan sastra kepada Tuhannya. HH berani berpolemik panjang nan meletihkan, demi perjuangkan kemerdekaan ekspresi tuangkan imaji.

Tamsil menggugah HH: “Dengan mengabarkan kesyahduan dan kegilaan, sisi kemanusiaan menjadi lengkap, orang bisa berkaca padanya untuk menggenapkan kehidupan. Orang bisa berkaca padanya untuk sampai pada kebajikan.” Disini HH berusaha tidak menutup sebelah mata dalam melihat realitas keduniawian. Hidup seseorang dipandang HH secara fair, mesti mutlak mengandung nilai baik dan buruk. Sastra, diharap HH tak hanya menampilkan yang baik-baik saja dari manusia. Sastra tak hanya berkutat pada wilayah estetis an-sich, berbalik jauh melampaui, sastra sebagai mesiu mengetuk hati nurani, mengakui kemunafikan.

Bermula dari Pidato Kebudayaan Taufiq Ismail didepan Akademi Jakarta (2006), yang menyuarakan moral agama dalam sastra. HH menganggap pidato tersebut bukan hanya menyerang sastra dan seni, tapi lebih memporak-porandakan hidup itu sendiri. Taufiq Ismail melancarkan serangan stigmatik sastra: sastra SMS --sastra mazhab selangkangan-- atau sastra FAK --Fiksi Alat Kelamin—(Jawa Pos, 17 Juni 2007).

Itulah pemantik polemik HH dengan tuan Taufiq. Hingga esai ini digubah, tak lain adalah wujud dialog sehat tentang “nasib sastra”. HH hendak mendedah kredo sastra yang dikunci rapat-rapat oleh tuan Taufiq. “Terasa bagi saya serangan balik tuan Taufiq sangat mematikan. Dengan semangat anti-dialog dan anti-wacana, Taufiq seolah petinju yang memukul lawannya secara ‘kalang-kabut’. Dalam SMS-nya pada saya, Taufiq menyebut tentang ‘kebakaran budaya’, yang penyebabnya antara lain sastra SMS atau sastra FAK.”

Basis tuduhan Taufiq Ismail membikin kategori sastra SMS atau sastra FAK, langsung membidik jantung karya sastra dari beberapa pesastra, sebut misalkan: Ayu Utami, Djenar Maesa Ayu, Fadjroel Rachman, Muhidin M. Dahlan, Hudan Hidayat, serta Mariana Amiruddin. Karya Ayu Utami ‘Saman’, cerpen Djenar Maesa Ayu ‘Menyusu Ayah’ di Jurnal Perempuan atau ‘Melukis Jendela’ di Majalah Horison, cerpen Mariana Amiruddin ‘Kota Kelamin’ di Jawa Pos, dsb.

Bak seamsal seorang hakim, Taufiq Ismail langsung memvonis karya-karya sastra tersebut sebagai ‘sastra cabul’ atau sastra yang membincang ‘daun surga’. Padahal kalau ditilik mendalam, menyibak makna dibalik pesan tersurat, karya sastra yang tertera diatas jauh dari klaim sepihak Taufiq Ismail.

“Membaca kedua cerpen Djenar itu memang menyebutkan alat kelamin, tapi alat kelamin itu sekadar pintu masuk untuk makna lain. Yakni, penderitaan sang anak yang menjadi korban kekerasan keluarga. Darinya menyembul simpati akan korban kekerasan. Bukan nafsu seks dalam konteks ‘sastra mazhab selangkangan’ yang dimaskud Taufiq,” ujar HH.

Begitu juga, bila membaca cerpen Mariana di Jawa Pos, Kota Kelamin. Spirit yang dibangun Mariana malah bukan hasrat seks, melainkan simpati akan manusia modern yang lelah mengatasi hipokrisi, melulu menutup rapat seolah kelamin terbalut pada tubuh manusia. Sehingga ungkap HH: “daging luar gagrak sastra seperti inilah yang ‘memfitnah’ kami sebagai motor penggerak ‘Gerakan Syahwat Merdeka’. Padahal sastra yang ditulis itu bukanlah semata ‘syahwat merdeka’. Tetapi ‘syahwat’ sebagai sampiran untuk kemerdekaan manusia (hal 11).

Dalam buku kumpulan esai ini, HH getol betul menggawangi kekebasan sastra dengan mutu argumentasi yang kokoh. Senjata ampuh HH yang dibidikkan kepada Taufiq Ismail ialah apakah ketelanjangan disana bukan sebuah ancang-ancang, untuk meraih makna kesepian atau ketuhanan? HH yakin bahwa Taufiq tidak bisa menghindar dari filsafat penciptaan dan ideologi penciptaan.

Michel Foucault (1926-1984) telah mengingatkan bahwa persepsi tentang tubuh adalah efek dari jaringan struktural kekuasaan dan pengetahuan. Tubuh mengandung metafor tempat kekuasaan memancangkan nafsu kekuasaannya sehingga melalui tubuh dapat dibaca konsekuensi perubahan-perubahan sosial sepanjang sejarah yang panjang.

Dalam ayat dari surat-Nya (QS. 7:22). Tuhan Yang Maha Imajinatif menggambarkan Adam dan Hawa telanjang, setelah melanggar. Akankah kita mengatakan Kitab Suci sebagai teks yang porno? Ketelanjangan Adam dan Hawa, ditempatkan Sang Kreator dalam bingkai sesuatu yang mengatasinya; sebagai sampiran, untuk menerobos kenyataan yang lebih tinggi. “Ketelanjangan”, dalam upaya meraih makna lebih luas, Tuhan membikin lewat peristiwa dan kata-Nya.

Nah, dari situ sastrawan dituntut melakukan tafsir dunia dan menemukan makna untuk kekayaan batin manusia. Seperti seorang ilmuwan melakukan tafsir dunia dan menemukan benda untuk kemudahan manusia. Puisi Simone Honecker “Sich Entssheiden atau Mengambil Keputusan”: Setuju tidak setuju/panas atau dingin/terserah, asal janganlah/setengah-setengah//Jika ya katakan ya, jika tidak katakan tidak.

Berkat kerisauan Taufiq Ismail dan kelompok Saut Situmorang akan neo-liberalisme yang mewujud dalam dugaan adanya “sastra seksual”, memaksa HH membuat argumen “teologis” dalam esai ini. Menjangkau Tuhan dengan lambang dan sampiran, sehingga sastra menjadi dunia metafora yang sedap untuk dibaca. Mencerahkan manusia. HH malah khawatir, bila sastra hendak menjauh dari Tuhannya. Oh, aih aih.

Tidak ada komentar:

Label

A Rodhi Murtadho A. Aziz Masyhuri A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.J. Susmana A.S. Laksana Aa Maulana Abdi Purnomo Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi W.M. Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Wachid B.S. Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Acep Zamzam Noor Ach. Sulaiman Achdiar Redy Setiawan Adhitia Armitrianto Adhitya Ramadhan Adi Marsiela Adi Prasetyo Afrizal Malna Ags. Arya Dipayana Aguk Irawan MN Agunghima Agus B. Harianto Agus Buchori Agus M. Irkham Agus Noor Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sri Danardana Agus Sulton Agus Wibowo Aguslia Hidayah Ahda Imran Ahmad Fatoni Ahmad Hasan MS Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Rafiq Ahmad Sahal Ahmad Syubbanuddin Alwy Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Sekhu Akmal Nasery Basral Alex R. Nainggolan Ali Ibnu Anwar Ali Murtadho Alia Swastika Alunk S Tohank Amanda Stevi Amien Kamil Amien Wangsitalaja Anes Prabu Sadjarwo Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Suparyanto Anugrah Gio Pratama Anung Wendyartaka Aprinus Salam Ardi Bramantyo Arie MP Tamba Arief Junianto Arif Bagus Prasetyo Aris Setiawan Arman AZ Arswendo Atmowiloto Arti Bumi Intaran AS Sumbawi Asarpin Asep Dudinov Ar Asep Sambodja Asvi Warman Adam Awalludin GD Mualif Ayung Notonegoro Bagja Hidayat Balada Bale Aksara Balok Sf Bambang Kariyawan Ys Bambang Kempling Bandung Mawardi Baridul Islam Pr Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Boni Dwi Pramudyanto Bonnie Triyana Boy Mihaballo Bre Redana Brunel University London Budi Darma Budi Hutasuhut Budi P. Hatees Budiman Sudjatmiko Bulqia Mas’ud Bung Tomo Burhanuddin Bella Cak Kandar Catatan Cerbung Cerpen Chairil Anwar Chairul Abshar Chamim Kohari Chandra Johan Chavchay Syaifullah Cover Buku Cucuk Espe D. Dudu AR D. Kemalawati D. Zawawi Imron Dadang Kusnandar Dahono Fitrianto Dahta Gautama Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Daniel Paranamesa Darju Prasetya Darmanto Jatman David Krisna Alka Deddy Arsya Dedi Muhtadi Dedy Tri Riyadi Deni Andriana Denny JA Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Dewi Rina Cahyani Dian Dian Hartati Dian Sukarno Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Dino Umahuk Djadjat Sudradjat Djoko Pitono Djoko Saryono Dorothea Rosa Herliany Dwi Cipta Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi S. Wibowo Dwi Wiyana Dwicipta E. Syahputra Ebiet G. Ade Eddy Flo Fernando Edi Sembiring Edy Firmansyah Eep Saefulloh Fatah Eka Budianta Eka Fendri Putra Eka Kurniawan Ekky Siwabessy Eko Darmoko Elnisya Mahendra Emha Ainun Nadjib Emil WE Endah Wahyuningsih Endhiq Anang P Erwin Y. Salim Esai Esha Tegar Putra Evan Ys Evi Idawati F Rahardi Fahmi Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faiz Manshur Fajar Kurnianto Fajar Setiawan Roekminto Fakhrunnas MA Jabbar Farid Gaban Fathan Mubarak Fathurrahman Karyadi Fatkhul Anas Fazar Muhardi Febby Fortinella Rusmoyo Felik K. Nesi Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fitri Yani Frans Ekodhanto Frans Sartono Franz Kafka Fredric Jameson Friedrich Nietzsche Fuad Anshori Fuska Sani Evani G30S/PKI Gampang Prawoto Ganug Nugroho Adi Geger Riyanto Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Gibb Gilang Abdul Aziz Ging Ginanjar Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gunoto Saparie Gusti Eka H.B. Jassin Hadi Napster Hadriani Pudjiarti Halim H.D. Hamdy Salad Han Gagas Handoko Adinugroho Happy Ied Mubarak Hardi Hamzah Harfiyah Widiawati Hari Puisi Indonesia (HPI) Hari Santoso Harie Insani Putra Haris del Hakim Haris Priyatna Hary B Kori’un Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helmi Y Haska Helwatin Najwa Hendra Sugiantoro Hendri R.H Hendry CH Bangun Henry Ismono Hepi Andi Bastoni Heri KLM Heri Latief Herie Purwanto Herman Rn Heru CN Heru Joni Putra Hudan Hidayat Hudan Nur I Nyoman Darma Putra I Nyoman Suaka I Nyoman Tingkat I Tito Sianipar Ibnu Wahyudi Icha Rastika Idha Saraswati Ignas Kleden Ignatius Haryanto Ilenk Rembulan Ilham Q Moehiddin Ilham Yusardi Imam Muhtarom Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indira Permanasari Indra Intisa Indra Tjahyadi Indra Tranggono Irfan Budiman Ismi Wahid Istiqamatunnisak Iwan Komindo Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar Iyut FItra Izzatul Jannah J Anto J.S. Badudu Jafar M. Sidik Jamal D Rahman Jamal T. Suryanata Jamil Massa Janual Aidi Januardi Husin Javed Paul Syatha Jefri al Malay JJ Kusni JJ Rizal Jo Batara Surya Jodhi Yudono Johan Khoirul Zaman Joko Pinurbo Joko Sandur Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Jusuf AN Karkono Kasnadi Katrin Bandel Kedai Kopi Sastra Kedung Darma Romansha Ken Rahatmi Khairul Amin Khairul Mufid Jr Khoshshol Fairuz Kirana Kejora Koh Young Hun Komang Ira Puspitaningsih Komunitas Deo Gratias Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kritik Sastra Kurniawan Kurniawan Junaedhie Lan Fang Lathifa Akmaliyah Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lela Siti Nurlaila Lidia Mayangsari Lie Charlie Liestyo Ambarwati Khohar Liza Wahyuninto Lukas Adi Prasetyo Luky Setyarini Lutfi Mardiansyah M Fadjroel Rachman M. Arman A.Z M. Arwan Hamidi M. Faizi M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Mustafied M. Nahdiansyah Abdi M. Shoim Anwar M. Taufan Musonip M. Yoesoef M.D. Atmaja Mahdi Idris Mahfud Ikhwan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Mainteater Bandung Maman S. Mahayana Manneke Budiman Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Bo Niok Mario F. Lawi Mark Hanusz Marsudi Fitro Wibowo Martin Aleida Martin Suryajaya Marwanto Maryati Mashuri Matdon Matroni A. el-Moezany Maya Mustika K. Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia Menggugat Tanggung Jawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri Mezra E. Pellondou MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Mihar Harahap Mila Novita Misbahus Surur Muhajir Arrosyid Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih Muhammad Amin Muhammad Antakusuma Muhammad Iqbal Muhammad Muhibbuddin Muhammad Nanda Fauzan Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Mulyadi J. Amalik Munawir Aziz Murparsaulian Musdalifah Fachri Musfi Efrizal Mustafa Ismail Mustofa W. Hasyim N. Syamsuddin CH. Haesy Naskah Teater Nazaruddin Azhar Nelson Alwi Nenden Lilis A Neni Nureani Ni Putu Rastiti Nirwan Dewanto Nita Zakiyah Noor H. Dee Noval Jubbek Novel Nur Faizah Nur Syam Nur Wahida Idris Nurani Soyomukti Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurrudien Asyhadie Nurul Anam Nurul Hadi Koclok Nurur Rokhmah Bintari Nuryana Asmaudi Odi Shalahuddin Oei Hiem Hwie Okky Madasari Okta Adetya Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Oyos Saroso HN Pablo Neruda Pamusuk Eneste Pandu Radea Parakitri Parulian Scott L. Tobing PDS H.B. Jassin Pengantar Buku Kritik Sastra Pepih Nugraha Pesan Al Quran untuk Sastrawan Petrik Matanasi Pipiet Senja Pitoyo Boedi Setiawan Ponorogo Pramoedya Ananta Toer Pringadi Abdi Surya Prof Dr Faisal Ismail MA Prosa Puisi PuJa Puji Santosa Pungkit Wijaya PUstaka puJAngga Putri Utami Putu Setia Putu Wijaya R. Toto Sugiharto Radhar Panca Dahana Ragil Supriyatno Samid Rahmat Sudirman Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan Pohan Rameli Agam Ramon Damora Ranang Aji SP Ratih Kumala Ratna Ajeng Tejomukti Ratu Selvi Agnesia Raudal Tanjung Banua Reko Alum Reny Sri Ayu Resensi Revolusi RF. Dhonna Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Rinto Andriono Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Robin Dos Santos Soares Rodli TL Rofiqi Hasan Rosdiansyah Rukardi S Yoga S. Jai S. Satya Dharma S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabiq Carebesth Sabpri Piliang Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifur Rohman Sainul Hermawan Sajak Sal Murgiyanto Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Salyaputra Samsudin Adlawi Sandipras Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sarabunis Mubarok Saroni Asikin Sartika Dian Nuraini Sastra Sastra Perlawanan Sastri Sunarti Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seno Gumira Ajidarma Seno Joko Suyono Sergi Sutanto Shafwan Hadi Umry Shiny.ane el’poesya Sholihul Huda Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sita Planasari A Siti Irni Nidya Nurfitri Siti Rutmawati Siti Sa’adah Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sofian Dwi Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sony Prasetyotomo Sosiawan Leak Sri Wintala Achmad St Sularto Sudarmoko Sulaiman Tripa Sultan Yohana Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Sunudyantoro Suroto Surya Lesmana Suryanto Sastroatmodjo Susianna Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suwardi Endraswara Syaiful Amin Syarif Hidayat Santoso Syarifudin Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Tantri Pranashinta Tanzil Hernadi Taufik Ikram Jamil Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Th. Sumartana Theo Uheng Koban Uer Theresia Purbandini Thowaf Zuharon Tien Rostini Titian Sandhyati Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Toef Jaeger Toko Buku Murah PUstaka puJAngga Lamongan Tri Wahono Triyanto Triwikromo Tu-ngang Iskandar Tulus Wijanarko Udin Badruddin Udo Z. Karzi Umar Fauzi Umbu Landu Paranggi Umi Laila Sari Umi Lestari Universitas Indonesia Untung Wahyudi Virdika Rizky Utama Vyan Taswirul Afkar W.S. Rendra Wahyu Prasetya Wahyudi Akmaliah Muhammad Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Widi Wastuti Wiji Thukul Wisnu Kisawa Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Yona Primadesi Yosephine Maryati Yosi M Giri Yudhis M. Burhanuddin Yulizar Fadli Yurnaldi Yusri Fajar Yuyuk Sugarman Zainal Arifin Thoha Zaki Zubaidi Zamakhsyari Abrar Zawawi Se Zehan Zareez Zulkarnain Zubairi